Pendamping Dev

3K 236 4
                                    

Vote dulu guys!😈
F

ollow AubiAtmariniAiza

•••

Ketika minggu berlalu, bulan berganti dan semua terlewatkan dengan lancar. Devan pergi ke Paris untuk melakukan perjalanan bisnis, Wina tidak mau ikut dan memilih menjaga rumah.

Tiba-tiba rumah mereka kedatangan tamu, seorang wanita berpenampilan glamour dengan sikap sombong.

"Kamu pasti tidak mengenaliku. Heh! Jelas saja kamu kan orang kampung yang beruntung dinikahi Dev!"

'Mengapa aku harus tau dia?' tanyanya dalam hati.

Tapi Wina tetap menyambutnya dengan baik sebagaimana ia memperlakukan tamu lain.

"Silahkan duduk, mau saya buatkan minum apa?" tanya Wina sopan.

"Em apa saja, terserah kau."

Cara wanita itu bicara terdengar sangat centil dan mengganggu pendengaran. Sebenarnya Wina sudah risih sejak awal melihat penampilannya yang sangat terbuka dengan suara genit seperti Syahrini.

*Sebenarnya terserah sih mau bicara dengan nada apapun, tetapi suara centil seperti itu kalau dilakukan di depan lawan jenis akan menimbulkan rangsangan. Kita para perempuan tidak tau dimana letak salahnya, tapi kembali lagi pada hakikatnya gender yang memiliki banyak perbedaan. Kasusnya sama seperti ketika ada beberapa perempuan yang tiba-tiba berteriak histeris atau tersipu mendengar suara pria yang serak seperti suara ketika baru bangun tidur, hal itu menimbulkan syahwat yang timbul dari suara.

Memang sebagai perempuan kita perlu menjaga sikap, hal itu mencakup nada bicara. Kita tidak boleh bicara dengan nada tinggi atau tertawa 'ngakak', tapi bukan berarti nada bicara kita menjadi centil dan terkesan agresif.

Setelah minuman tersaji Wina duduk di sofa yang berhadapan dengan wanita itu yang baru diketahui namanya...

"Namaku, Bianca Swan. Kamu pasti Nyonya Tommason, Wina?"

Wina tersenyum sembari mengangguk, "anda memiliki pengetahuan yang banyak. Benar saya Wina. Tapi em...anda ini teman suami saya?"

Bianca tersenyum lebar, riasan tebal nan menornya membuat Wina meringis merasakan risih. Tetapi ia menahan diri untuk tetap menjaga sikap baik terhadap siapapun itu.

"Kalau dibilang teman Dev, bisa iya, bisa teman yang lebih dekat dari sahabat," ia tersenyum sangat manis.

"Em saya tidak mengerti," sungguh Wina tidak mengerti dengan ucapan wanita itu.

Panggilan akrab 'Dev' dari wanita itu membuat Wina cemas, ditambah dengan pernyataan wanita itu yang berkata "aku pendamping Dev!"

Wina tidak bodoh, beberapa dari mereka berkata bahwa pendamping itu adalah pendamping 'wanita penghibur'.

Wina tidak ingin menjadi perempuan emosional yang tidak rasional. Devan bukan tipe orang yang menyimpan sesuatu darinya, pun kalau misal ada hubungan seperti itu, pasti itu masa lalu.

"Baiklah, jadi tujuan apa yang membuat anda datang kemari?" tanya Wina, tenang penuh wibawa.

"Tujuanku?" ia tertawa sebelum melanjutkan, "tidak perlu tujuan untukku datang kemari. Tapi aku hanya ingin melepas rindu dengan kekasihku."

Wina mengeryit melihat senyum miring di wajah cantik wanita itu.

"Kakasih?" tanya Wina, dan wanita itu mengangguk yakin.

Bukan Sugar Daddy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang