Ketika Badai

3.2K 254 1
                                    

Vote dulu Guys!😈
- Saya yakin anda sekalian tau bagaimana caranya menghargai tulisan ini -
Follow akun saya AubiAtmariniAiza

•••

Ruang operasi menunjukan aktivitasnya, lampu di atas pintu yang menandakannya. Devan terus merapalkan do'a, duduk di sana bersama sang istri tercinta. Gavin dijaga oleh baby sitter keluarga Max, sementara Max dan Vanessa belum sempat ke Rumah Sakit lagi.

"Aku takut Win, Daddy meninggalkanku."

Wina merangkul bahu lebar suaminya, mengelusnya lembut.

"Enggak Dev, sejatinya bumi memang bukan rumah bagi manusia. Ada akhirat tempat kita berpulang, yang membedakan adalah mereka lebih dulu atau kita yang lebih dulu. Ini soal waktu dan kita yang menentukan tempat kita di sana. Aku harap kita bisa bersama di surga."

Devan menarik Wina dalam pelukannya, hatinya seolah disiram es saat kobaran itu membara. Meski perih, tetapi kebenaran itu menyadarkannya.

"Aku pernah merasakan rasa takut kehilangan orang yang paling berharga dalam hidupku. Ibu meninggal saat menjelang UNBK. Sebelumnya ibu sakit keras, perasaanku sama sepertimu takut kehilangan, tetapi aku mencintainya lebih dari apapun di dunia ini. Dari pada ia merasa sakit lebih lama, lebih baik mengikhlaskan dan merelakannya pulang."

Wina memeluk pinggag Devan erat, menyalurkan energi padanya.

"Dengar Dev, kamu sudah berusaha semaksimal mungkin. Setelah itu kita serahkan pada Allah Subhanahu Wata'ala yang tau apa yang terbaik untuk Daddy dan kamu."

Benar, kesedihan Devan yang mendalam justru membuatnya lebih buruk. Lagipula Jason tidak akan senang melihatnya terpuruk, ia tidak boleh terlarut dalam kesedihan.

"Kamu benar sayang, harusnya aku berfikir dewasa. Aku hanya tidak berpengalaman dalam hal ini, meski usiaku jauh di atasmu, faktanya aku belum pernah belajar rasanya menuntaskan masalah dengan ikhlas, bukan dendam."

Wina melepas pelukannya, menatap suaminya lembut.

"Demi Daddy, kamu harus kuat!" senyum itu memberi kekuatan, seperti memberi tanda bahwa ia adalah orang Allah percayakan untuk menjadi belahan jiwanya.

"Aku kuat!" balas Devan tersenyum lembut.

"Bagus!" Wina menepuk bahu kanan Devan dan mulai mengalihkan pembicaraan dengan cerita tentang Gavin selama seminggu bersamanya.

••• VOTE! •••

Setelah tujuh jam operasi, Dokter keluar dari ruangan itu dengan wajah sedih.

"Kami sudah berusaha maksimal, namun Sir Jason sudah tidak tertolong. Maafkan kami!" ujar salah satu Dokter menunduk.

Devan hancur, ia memeluk Wina dengan erat dan mereka menangis bersama. Ayahnya telah tiada, kemudian mereka melihat Jason sudah tertutup kain hijau yang awalnya digunakan untuk operasi.

"Dad!"

Devan memeluk tubuh tak bernyawa itu, Devan tidak sempat bicara padanya untuk yang terakhir kali.

"Aku sangat mencintaimu Dad, aku belum sempat mengatakannya tetapi mengapa kamu tega meninggalkanku sebelum itu?" tangisnya pilu.

Wina memegang bahu suaminya dengan tangis juga, ia memahami betul perasaan Devan.

Max dan Vanessa datang terburu-buru ke ruangan itu, Max menangis juga melihat kakak tersayang pergi. Vanessa dan Wina berpelukan sedih, meski mereka bukan keluarga kandung Jason, tetapi mereka ikut merasakan pedihnya hati suami mereka.

Bukan Sugar Daddy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang