Menerjang Badai Bersama

3.6K 284 13
                                    

Hayoloh! Nungguin yah?
Yok vote dulu sebelum baca😉

Follow my acount AubiAtmariniAiza😘

•••

"Udah kamu pulang dulu sama Gavin dan Cici, kasian Gavin tidurnya gak nyaman kalau kayak gitu."

Devan menunjuk Gavin yang tidur dalam pangkuan Wina, Cici juga terlihat sudah mengantuk, semantara Max pamit mengambil keperluan kakaknya.

Wina ragu, "kamu gak ada yang nemenin."

Devan tersenyum dalam wajah lelahnya, ia menggenggam tangan kanan Wina lalu menatapnya yakin.

"Aku baik-baik aja, kamu bisa balik ke sini lagi besok pagi, bawain aku baju ganti dan masakin aku sarapan yah."

Wina tidak yakin, tapi ia mengangguk. Kemudian berdiri dan mengajak Cici pulang, ia masih menggendong Gavin yang tertidur sangat pulas.

"Aku pulang dulu, jangan begadang yah, istirahat."

Devan tersenyum sayu, Wina meraih tangan kanannya dan menciumnya hormat.

"Iya, kamu juga istirahat yang nyenyak."

Wina mengangguk kemudian mengucapkan salam sebelum pergi.

Devan menatap punggung sang istri yang tertutup hijab lebar, ia merasa bersalah karena di hari bahagia itu ia tidak bisa menemani malam pertama sang istri. Tetapi dari awal ia tak salah pilih, Wina pengertian dan mampu menjadi pendamping yang menemani suka dukanya, bukan hanya saat bahagia saja.

Ia tenang, Gavin bahkan seolah lega setelah dari lahir tak memiliki waktu penuh bersama sosok ibu, kini ia memilikinya.

Di antara banyak kesedihan atas sakitnya Jason, Wina adalah kebahagiaan yang ia banggakan pada saat bersamaan. Hal itu membuat hatinya ringan dan mantab membuat keputusan.

•••

Pagi harinya...

"Assalamu'allaikum!"

Wina tak berani mengetuk pintu ruangan sebab takut mengganggu wkatu istirahat mertuanya.

Saat ia datang pagi ini, perawat bilang Jason sudah dipindahkan di ruang rawat setelah melewati masa kritisnya jam tiga dini hari.

Belum mendapat jawaban, ia pun membuka pintu dan masuk dengan hati-hati bersama Gavin di gandenannya, sementara Cici mengikutinya dari belakang.

Tepat ketika ia menoleh ke sofa, Devan tengah tertidur di sana. Ia menghampiri sang suami dan mengguncang bahunya.

"Dev! Ayo bangun," ujarnya lembut.

Devan yang sensitif saat tiudr, mulai mengerjap. Ia terlihat sangat lelah.

"Daddy, bangun!" panggil Gavin keras.

Wina terkejut menatap si kecil yang sibuk menepuk pipi Devan, usinya sudah empat tahun hampir masuk TK.

Devan meraih tangan kecil putranya dan membuka matanya, menatap anak dan istrinya lega.

"Kamu udah subuh?" pertanyaan itu langsung membuat Devan terkesiap.

Ia mengusap wajahnya, "maaf sayang, kebablasan tidurnya."

Ia langsung beranjak dari sofa menuju kamar mandi tanpa memperdulikan Wina yang pipinya sudah memerah. Ia belum terbiasa dipanggil 'sayang' jadi setiap kata-kata itu keluar rasanya seolah ditabrak sesuatu.

Gavin menatap Wina bingung, "Mommy kenapa mukanya merah?" tanyanya polos.

Wina terkejut lagi, kemudian menggeleng keras sambil tersenyum manis.

Bukan Sugar Daddy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang