Flashback
6 years ago
"Halo? Ini dengan Sean?"
Lelaki itu menyrengitkan dahinya heran. Baru saja ia mendapat telepon dari nomor tidak dikenal. "Iya, dengan saya sendiri. Ada apa?" tanya lelaki itu tak mau basa-basi.
"Saya dari pihak rumah sakit. Apa benar anda adalah keluarga dari Kianna Krystal?"
"Iya, saya keluarganya. Ada apa?"
Sebuah pengakuan.
Sebuah pengakuan bahwa lelaki itu sudah sepenuhnya menerima gadis itu dalam hidupnya.
"Pasien baru saja mengalami kecelakaan, bersama 3 orang lelaki lainnya."
Deg
Bohong, pasti ini semua bohong. Oh! Atau mungkin gadis itu sengaja membuat rencana itu agar dirinya datang untuk menjenguknya kembali?
"Yang benar saja? Baru kemarin lusa aku bertemu dengannya. Jangan mengada-ada!" desis Sean antara percaya tidak percaya. Bagaimana jika semua fakta? Bagaimana jika...
Tidak-tidak! Dirinya terlalu berprasangka buruk.
"Pasien kecelakaan karena oleng dan menabrak pembatas jalan lalu memasuki arus lawan. Lalu kendaraan yang berada di depannya tidak bisa mengendalikan rem dan akhirnya menabrak mobil pasien hingga terguling beberapa meter, benturan cukup keras memang. Melihat arus lawan yang sedang sepi, jadi pengendara berjalan dengan kecepatan tinggi. Pasien pengemudi awalnya sedikit susah untuk dikeluarkan karena kakinya terhempit. Jika dipaksakan, maka kaki pasien pengemudi akan putus." Ya, pengemudi yang kakinya terhempit adalah Dejun.
Sean mencelos. Secepat itukah? Semuanya benar-benar tak terduga.
"Saat ini pihak polisi masih berada di TKP. Mencari tahu lebih lanjut tentang kejadian."
Kaki Sean langsung berubah menjadi agar-agar, jantungnya merosot, pikirannya sudah yang tidak-tidak. Kenapa di saat dirinya sudah membaik, kejadian tak diinginkan itu terjadi?
"Saya akan segera kesana." finalnya dan langsung mematikan panggilan secara sepihak. Langsung menyambar kunci mobil dan bergegas menuju garasi. Tak memperdulikan penampilannya saat ini.
Sudah beberapa kali lelaki itu hampir menabrak pengendara lain yang tidak bersalah, hampir menabrak pejalan yang sedang menyebrang, menerobos lampu merah secara ugal-ugalan. Menyetir tak karuan.
Secara uring-uringan, lelaki itu menyumpah-serapahi pengendara di depannya yang berjalan dengan kecepatan pelan. Tak tahu saja, jika dirinya sedang kesetanan.
Terkutuklah kau karena sudah berani menyumpahi orang yang tidak bersalah, Sean Barvey.
Sesampainya di rumah sakit lelaki itu memarkirkan mobilnya tak karuan. Di tengah jalan, membuat pengendara di belakangnya yang juga ingin parkir ikut-ikutan menyumpah-serapahinya.
Berlari menuju meja resepsionis, dengan tak sabar ia menanyakan perihal adik dan teman-teman adiknya tersebut. Lalu ia diarahkan menuju UGD. Setibanya di depan pintu UGD, segudang harapan ia adukan kepada Tuhan, berharap semuanya baik-baik saja. Sebelum satu dokter keluar dari ruangan itu dengan ekspresi wajah yang tidak bisa ditebak.
"Anda dari keluarga salah satu pasien bukan?"
Lelaki itu mengangguk.
"Maaf, semuanya tidak bisa diselamatkan. Mereka sudah berpulang, ke tempatnya."
~
Sejak hari itu, Sean memberi tahu Jeffrey tentang Kianna yang sudah pergi menyusul Jeno bersama teman-temannya. Juga, jauh sebelum gadis itu sembuh sebelumnya, Jeffrey telah melepaskan Kianna dari penjara, membebaskan dirinya tanpa alasan yang tepat.
Ya, sewaktu Jeffrey kabur dari rumah selepas menembak Kianna– yang malah mengenai Jeno, ia langsung menuju kantor polisi dan menutup kasus itu untuk tidak dilanjutkan lagi. Lalu, ia pergi ke mansion yang jauh dari ibu kota.
Lalu sekarang, setelah 6 tahun lamanya, banyak hal yang lelaki itu tinggalkan. Dulu, Jeno yang ditembak, ia lepas tangan dan bersembunyi. Hingga Kianna yang kecelakaan ia sama sekali tak tahu.
Kegiatan apa saja yang kau lakukan di mansion mu hingga hal besar seperti ini kau tak tahu, Jeffrey Daren?
Semenjak Sean mengetahui semuanya telah pergi waktu itu, ia segera menghubungi Jeffrey. Niat hati ingin mengeluarkan semua emosinya pada adiknya tersebut, mengetahui bahwa Jeffrey lah yang menyebabkan semua ini. Andai ia tak membawa Kianna ke ruang bawah tanah waktu itu, andai Jeffrey tidak gegabah. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terlanjur.
Tetapi kalimatnya hanya sampai di ujung lidah saja. Sean sudah terlalu kecewa dan lemas. Hanya sekedar ingin mengumpati adiknya saja ia sudah tak sanggup.
"Jeno sudah pergi. Sekarang Kianna dan teman-temannya ikut pergi. Siapa lagi yang ingin kau singkirkan dari dunia ini, Jeff?" cicit lelaki itu pelan dengan ponsel yang digenggamnya dengan gemetar.
Lelaki itu langsung memutuskan panggilan secara sepihak. Bagaimana ia menjelaskan kepada orang tua Aldrich? Dariel? Dejun? Oh! Untuk Dejun ia belum berkenalan sebelumnya. Mengingat Dejun dekat dengan mereka karena misi.
Kacau. Entah, seporak poranda apa pikiran Sean saat ini. Sungguh, baru saja ia merasakan mempunyai adik perempuan– yang sebelumnya ia benci mempunyai saudara perempuan.
Apakah ini balasan dari perbuatan bejatnya selama ini?
.
.
.
.
.
To be continue
Halo, yang aku bilang nggak jadi end, semoga suka ya ( ◜‿◝ )♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Juta Luka
ActionIni bukan tentang cinta. Ini tentang keduanya yang tidak memanusiakan manusia. "Hari ini, aku berdiri di sini bukan untuk mati, tetapi melepas rasa penat ku selama ini." "Jun, bolehkah aku bertemu dengan Jeno?" © 2020, oceancty