22. Ada yang Hilang

121 28 15
                                    

Happy reading<3


Satu Juta Luka
© oceancty

Kianna perlahan-lahan mulai membuka matanya yang masih terasa berat. Samar-samar ia melihat sekelilingnya yang hanya berwarna putih, bau menyengat khas tempat itu yang membuat Kianna langsung mengetahui di mana ia berada.

Saat ia berusaha menggerakkan sedikit tubuhnya, ia merasa ada yang janggal di bagian anggota tubuhnya. Dengan ancang-ancang yang Kianna tak yakin, ia perlahan mulai menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Betapa terkejutnya ia saat melihat salah satu anggota tubuhnya menghilang. Kianna sontak teriak histeris, yang menyebabkan sosok dari kamar mandi keluar dengan celana yang masih belum terkancing rapat.

Kini, sosok itu juga tak kalah terkejutnya dengan Kianna saat mendapati Kianna menatap ke arah kakinya tersebut. "Kaki sebelah kiriku, kemana, Jun?" tanyanya histeris sambil memandang lelaki itu penuh penjelasan.

Perlahan Dejun mendekat ke arahnya. Berusaha menenangkan gadis yang statusnya kini berubah menjadi gadis penyandang disabilitas. "Kakimu terpaksa harus diamputasi, Na. Akibat peluru yang menembus di betismu tidak segera diatasi. Jika tidak di amputasi, maka akan terjadi infeksi parah yang akan menyebar ke seluruh tubuhmu. Maka dari itu, dokter memutus saraf-saraf dan otot-otot pada kakimu agar tidak merambat ke bagian anggota tubuh yang lainnya." Kianna mendengar penjelasan itu dengan seksama, tetapi hatinya masih menolak kenyataan pahit ini.

"Maafkan aku. Andai waktu itu aku datang lebih cepat, pasti semua tidak akan berakhir seperti ini." Air mata Kianna perlahan mulai menetes. Ia sedang mengeluhkan takdirnya kepada Tuhan dalam hati. Mengapa ujian yang diberikan kepada dirinya sangatlah berat? Belum sempat ia mengikhlaskan kepergian Jeno, kini ia sudah harus dihadapkan dengan kepergian sebelah kakinya.

"Jeno, aku ingin ke makam Jeno." ucapnya datar walau disertai sedikit isakan. Dejun terlihat menghela nafas, ia tahu betul kondisi sikis Kianna saat ini, namun ia juga tahu, kondisi fisik Kianna saat ini.

"Na, lihatlah kondisimu sekali saja." pinta lelaki itu yang langsung mendapat gelengan dari Kianna. "Aku ingin ke makam Jeno, Dejun!" bentaknya kekeh sambil menatap mata Dejun penuh harap. Jika sudah begini, Dejun tak bisa melakukan apa-apa selain meng'iya'kan.

Dengan segala macam paksaan Dejun kepada sang dokter, kini akhirnya Kianna diperbolehkan untuk keluar ruangan, namun dengan syarat tak boleh melebihi batas waktu yang sudah ditentukan, mengingat kondisi gadis itu belum sepenuhnya pulih.

Kini, Kianna dan Dejun sudah berada di dalam mobil yang juga terdapat Aldrich dan Dariel di sana. Seperti biasa, Dariel yang selalu memainkan jemari gadis itu tanpa bosan. Tiba-tiba Kianna melontarkan kata-kata yang membuat mereka seketika terdiam. "Bagaimana kalian tahu bahwa aku dan..." Kianna terlihat menjeda kalimatnya. Ia memikirkan agar nama 'Jeno' disebut atau tidak. Hatinya semakin terasa tak rela jika ia mengucap nama tersebut.

"Jeno berada di ruang bawah tanah?" Ia berbicara dengan satu tarikan nafas, ia tak ingin jika nantinya Jeno semakin tersakiti karena Kianna belum bisa mengikhlaskan kepergiannya.

"Waktu itu, kami bertiga memang di ajak Jeno untuk menghadiri acara kelulusannya. Ia ingin kita berangkat bersama, lantas kami bertiga pergi ke rumah mu pagi itu. Tetapi saat melihat mobil Jeffrey yang melaju dengan cepat dan hampir manabrak ku, membuatku ada yang tidak beres di dalam rumah itu. Dengan segera kami bertiga menelusuri setiap sudut ruangan di rumah mu. Hingga titik dimana kami menemukan mu dengan Jeno yang bersimbah darah, itu semua terlalu mengejutkan untuk kami bertiga." jelasnya panjang lebar Dariel kepada Kianna.

"Lantas, Dejun dan Aldrich segera menggendong jasad Jeno. Aku yang menggendong tubuhmu. Aku kira, dirimu juga sudah tak bernyawa saat itu. Namun merasakan kulitku yang diterpa seperti angin tetapi hangat, aku sedikit bernafas lega saat mengetahui kau masih bernafas." ocehnya kini hanya didengar oleh Kianna, tanpa berniat ingin membalasnya.

Satu Juta Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang