Happy reading<3
Satu Juta Luka
© oceancty
"Indah, bukan?" Lamat-lamat Jeno mulai memandang paras cantik Kianna dari samping. Ia tersenyum kala Kianna pun tersenyum, sesederhana ini kebahagiaannya. Bukan kekasih ataupun yang lain, cukup Kianna berada disisinya."Mari duduk, Na." Jeno mulai meraih jemari itu pelan, ditariknya menuju salah satu kursi yang terdapat di sana. "Jen, mari membicarakan tentang masa depan." pinta Kianna sambil mengambil posisi duduk berhadapan dengan Jeno, menatap manik itu lekat-lekat.
"Bagaimana jika kau sudah menjadi orang sukses? Apakah aku harus angkat kaki dari rumah mu?" tanya gadis itu pelan, lembut, dan sopan. Jeno hanya menggeleng, ia belum mau membuka suara, biar Kianna-nya dulu yang bersuara. "Lantas, bagaimana jika aku sudah bersuami? Atau kau yang sudah beristri? Atau bahkan dua-duanya?"
Kini Jeno nampak berpikir, beristri atau bersuami ya? "Bahkan aku belum berpikir sejauh itu, Na." ungkapnya sembari membetulkan posisi duduknya. "Jika aku sudah bersuami, maka aku akan tinggal bersama suamiku, jika kau sudah beristri, maka aku yang harus keluar dari rumah mu." tutur Kianna sambil memainkan jari-jarinya.
"Mengapa begitu?" Jeno melayangkan protesnya, bukankah tak masalah jika Kianna tetap berada di rumahnya dan bekerja seperti biasanya? Kianna nampak menghela nafasnya sebelum bersuara. "Bukan begitu, Jen. Kau sudah beristri, bukankah aku harus keluar agar aku tak menjadi pengganggu antara kau dan istri mu? Atau bahkan mungkin kita sama-sama keluar dari rumah itu, yang yang memulai hidup baru di tempat yang baru dengan istri mu?" Opini Kianna yang masih dicerna oleh Jeno.
"Tidak, Na. Kau sudah ku anggap sebagai adik, bukan? Lantas apa yang salah dari hubungan kita jika aku sudah beristri?" tuntutnya sambil menyatukan kedua alisnya. "Bukan begitu Jen. Tak selamanya kau harus bergantung padaku, begitulah sebaliknya, akupun tak bisa terus-terusan bergantung kepada mu. Ingat? Sembilan puluh lima persen dari lima persen yang menganggap kehadiran ku di rumah itu, Jen. Bukankah aku sangat tidak sopan?" jelasnya panjang lebar.
"I'm disagree," pungkas Jeno cepat, "jangan membuatku semakin membebani, Na. Bukankah malam ini malam perayaan atas kerja keras ku? Malam di mana aku bisa bahagia barang sebentar? Kau merusak malam ini, Na." sambungnya yang sambil mengacak rambutnya frustasi.
Kianna terhenyak, benarkah, ia merusak malam bahagia Jeno? "Maaf, Jen. Aku sama sekali tak bermaksud begitu." sesalnya sambil meremat ujung bajunya. Jeno tak manyahut, ia langsung beranjak dari kursi itu dan entah pergi menuju kemana.
Kianna pun kini perlahan mulai beranjak dari tempatnya, berjalan ke depan untuk melihat langit-langit yang sedang cerah ini, namun tidak dengan hatinya, mendadak hatinya berubah menjadi mendung. "Ayah, ibu. Lihat, bahkan kini aku juga mengecewakan orang yang selalu ada di sampingku." lirihnya sambil menatap ke langit luar.
Tak terasa, air matanya kini mengalir tanpa permisi. "Apa aku dilahirkan menjadi seorang yang tak berguna dan selalu membebani, bu?" Lagi, kini air matanya semakin mengucur deras. "Ayah, ibu, tolong selalu lindungi aku, tolong selalu ada di sisiku. Aku, aku merindukan kalian, aku merindukan masa-masa kita." Kakinya semakin melemas saja. Untung saja sebelum ia terjatuh, ada sebuah dekapan yang Kianna tahu siapa pelakunya.
"Jeno, maafkan aku, aku menjadi orang yang tak berguna." lirihnya dalam dekapan erat nan hangat itu. "Sshhh... Don't cry, jangan menangis." Semakin dieratkan dekapan itu olehnya, diletakkan dagunya pada bahu kecil Kianna. Ia menyesal, Jeno menyesal sudah membuat Kianna-nya menangis karena lisannya.
Cup cup cup
Dikecupnya berkali-kali mata yang penuh air mata itu, berharap agar sang gadis berhenti menangis. "Maafkan aku hmm?" ujarnya sambil menghapus jejak air mata tersebut. Kianna hanya mengangguk, dan itu terlihat menggemaskan di mata Jeno. Sudah seperti sepasang kekasih saja, tapi kenyataannya Jeno suka berperilaku romantis kepada Kianna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Juta Luka
ActionIni bukan tentang cinta. Ini tentang keduanya yang tidak memanusiakan manusia. "Hari ini, aku berdiri di sini bukan untuk mati, tetapi melepas rasa penat ku selama ini." "Jun, bolehkah aku bertemu dengan Jeno?" © 2020, oceancty