O9. Persiapan

106 36 11
                                    

Happy reading<3

Satu Juta Luka
© oceancty

Sudah berhari-hari lamanya ia tak bergabung dalam pencarian berkas itu, dikarenakan lukanya. Tetapi semakin ke hari, luka itu berangsur membaik, kini Kianna pun bisa sedikit lebih bebas dari hari-hari yang sebelumnya. Oh, asal kalian tahu, Jeno sama sekali tak mengetahui hal ini, bahkan Dariel dan Aldrich tidak membuka suara tentang pencarian mereka kepada Jeno.

Pagi ini, Kianna baru bangun dari tidurnya, melihat jam yang ternyata masih jam setengah lima pagi. Ia mengucek matanya dengan lesu, kemudian meraih ponsel, melihat notifikasi apa saja yang ia terima. Ia terbelalak melihat salah satu notifikasi dari Dejun. Ia segera membuka isi pesan itu.

Dejun mengirimkan pesan bahwa ia sudah menemukan pelakunya, namun, untuk meringkus, ia menunggu Kianna sampai Kianna bisa ikut bergabung lagi bersama mereka. Kianna menjawab, bahwa hari ini juga ia sanggup untuk meringkus pelakunya. Ia sudah siap sekarang, jantungnya berdegup kencang. Setelah ini, ia tahu siapa yang mencuri berkas penting milik Jeffrey tersebut.

Sore ini, ia berkumpul di rumah Dejun dengan Dariel dan Aldrich. Mereka berangkat bersama-sama ke tempat tinggal pelaku, dengan membawa barang bukti yang kuat, ia segera menuju ke tempat tujuan. Kianna terlalu tidak sabar melihat wajah pelaku tersebut.

Selama di perjalanan, Dejun menjelaskan apa saja yang ia lakukan selama Kianna tidak hadir dalam tugas tersebut. "Kau masih ingat kertas dengan sedikit noda darah waktu itu?" tanyanya sambil fokus menyetir, tidak sama sekali mengalihkan pandangannya dari jalanan. Kianna mengangguk, Dejun melihat itu dari ekor matanya, kemudian kembali memberi penjelasannya.

"Ternyata itu adalah kode email," Kianna mengerjap pelan, menyrengit bingung, ia masih belum bisa mencerna penjelasan pria yang berada di sampingnya ini. "jadi, kertas itu berisikan kode steganografi, yang artinya metode komunikasi untuk menyembuhkan pesan rahasia. Ia memberikan kode dalam bentuk teks. Jika lebih di teliti, kode itu akan merangkai sebuah email. Dari situlah, aku mulai meng-hack dan melacak lokasi email tersebut. Untungnya, dulu aku pernah belajar sedikit tentang ilmu hacker, jadinya kasus ini mungkin terlihat sedikit ringan." jelasnya Dejun pada Kianna panjang lebar.

Kianna tak habis pikir, "Bisa-bisanya ia sempat memberikan kode seperti itu. Apa ia tak takut jika ketahuan? Atau bahkan di masukkan ke dalam penjara?" tanyanya heran. Baru kali ini ia menemukan pencuri yang terang-terangan memberi kode.

"Entahlah, mungkin metode itu jarang banyak yang orang ketahui. Namun ketahuilah, aku orang yang tidak gampang di bodohi." ucapnya seraya membanggakan dirinya, seolah-olah ia kapten dalam penelitian ini, meskipun nyatanya memang benar adanya.

"Pastikan kalian tidak ada yang membawa senjata. Kalaupun kalian membawa, jangan aktifkan pelatuk tersebut. Ini bukan seperti film action yang dengan mudahnya menembak kepala orang. Ingat, tugas kita hanya membantu, jangan ikut sertakan nama kalian ke dalam penjara jika tidak ingin terkurung." titah Dejun kepada Dariel dan Aldrich. Sedangkan salah satu dari mereka hanya cekikikan pelan.

Seolah tahu siapa orang itu, Dejun segera menegurnya. "Jangan perlihatkan revolver mu, Al. Ia semakin menentang jika kau langsung menodongkan senjata mu itu. Jangan main-main dengan benda berbahaya seperti itu. Kau juga ingin menemaninya di dalam penjara?" tegurnya pelan dan menghela nafas berat akan teman sekaligus yang ia anggap seperti adiknya sendiri.

"Aku mengambil satu di kamar ayahku tadi. Aku tidak akan mengaktifkannya, hanya untuk berjaga-jaga saja, sekaligus ancaman jika ia ingin melarikan diri. Jangan bilang ayahku tentang ini, ia pasti akan mengurungku jika aku ketahuan mengambil salah satu senjatanya." Ia meringis pelan, sontak hal itu mendapatkan gelengan dari teman-temannya. Bisa-bisanya bocah satu ini sudah mengerti akan barang-barang berbahaya seperti itu.

Satu Juta Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang