25. Terkuak

96 33 6
                                    

Happy reading<3

Satu Juta Luka
© oceancty

"Bipolar?" Benar saja, Dejun memang tak pernah salah dalam hal menebak. Kini dirinya sedang berhadapan dengan dokter kejiwaan, berkonsultasi tentang keadaan Kianna saat ini.

"Ya, bipolar, episode mania." terang dokter itu yang diketahui bernama Johnny tersebut. "Fase ini fase di mana pengidap merasa hiperaktif, rasa senang yang berlebihan, bahkan bicara dengan cepat karena rasa antusiasnya. Jarang tidur karena merasa itu tidak penting." Ia sedikit memperjelas gejala orang yang mengidap penyakit bipolar tersebut.

"Tetapi Kianna tidur dengan tepat waktu." tukas Dejun mengingat Kianna selalu tidur tidak lebih dari jam sembilan malam dan bangun pukul enam pagi, seperti orang biasanya.

"Ya, memang. Tidak semua orang pengidap bipolar seperti itu, tidak semua gejala-gejala yang ada mereka tunjukkan, hanya sebagian tapi ada juga yang menunjukkan semua gejala-gejalanya. Apa akhir-akhir ini dia terlihat antusias?" tanya dokter itu sambil menautkan kedua tangannya di atas meja, menatap Dejun sedikit serius.

"Ya, dia selalu beranggapan bahwa kakaknya yang sudah meninggal itu masih ada. Bahkan terkadang ia berbicara sendiri seolah ia sedang berbicara dengan kakaknya, berbicara dengan antusias, juga terkadang sedikit menggoyang-goyangkan tubuhnya hingga hampir terjatuh." jelasnya sambil mengingat-ingat kejadian apa saja yang pernah Kianna lakukan.

"Tetapi terkadang tatapannya bisa berubah menjadi kosong, semacam... Orang kesetanan." Keduanya kini terlihat terkekeh bersama saat mendengar perkataan terakhir yang Dejun ucap. Sesekali mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang.

Kini mereka kembali seperti semula. "Berarti dia juga mengidap episode depresi." sahut dokter itu santai. Sepertinya Dejun ingin menuntut lebih banyak tentang penyakit Kianna kepada dokter satu ini.

"Gejalanya?" tanya Dejun dengan alih-alih penasaran. "Episode ini sedikit berbeda dari depresi biasa, karena cara penyembuhannya juga berbeda. Pengidap fase ini sering merasa seperti sudah tak ada gunanya hidup lagi di dunia, nafsu makan berubah drastis, dari yang awalnya rajin makan secara teratur, bahkan kini sudah tak mempunyai nafsu makan, gampang lelah dan mulai kehilangan banyak konsentrasi. Dan yang terakhir, keinginan untuk bunuh diri lebih besar."

Waw... Bunuh diri? Bahkan Dejun tak akan pernah dan tak akan bisa membayangkan jika gadis itu bunuh diri. Bagaimana nasibnya jika ia kehilangan Kianna? Mencari lagi? Hey, dude! Di jaman sekarang susah sekali mencari teman modelan Kianna. Gadis polos nan lugu yang asli tak dibuat-buat, pintar, anggun, dan tidak banyak tingkah, terlebih gadis itu rela mengorbankan dirinya demi siapapun yang akan ditolongnya.

"Faktor orang yang mengidap gangguan ini biasanya disebabkan oleh traumatis yang mendalam, kecanduan alkohol, atau mungkin ada riwayat keluarga yang mengidap gangguan bipolar." ucap dokter yang kerap dipanggil Dr. John tersebut.

"Mungkin salah satu penyebabnya adalah traumatis. Dia berperilaku seperti itu semenjak kakaknya meninggal." Dejun memberi argumennya yang langsung mendapat anggukan dari dokter tersebut.

"Tetapi jika sudah memasuki episode depresi, berarti orang itu sudah mengidap gangguan ini dari lama." sangkal dokter itu yang lantas membuat Dejun berpikir. "Mungkin, ia juga trauma sewaktu ia kehilangan kedua orangtuanya beberapa tahun silam."

"That's right!" Dr. John menjentikkan jarinya. "Mungkin gangguan awalnya dari situ, tetapi orang disekitarnya belum ada yang menyadari bahwa dia sudah terkena gangguan bipolar, dan baru terungkap sekarang."

Ahh kini Dejun paham awal mula Kianna terkena gangguan bipolar. Ternyata sudah sedari dulu gadis itu mengidap, namun mengapa ia pandai menutupinya? Apa gadis itu benar-benar tidak sadar jika ia mulai depresi berat sehingga muncul gangguan itu dari dalam dirinya?

Satu Juta Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang