Happy reading<3
Satu Juta Luka
© oceanctyHari ini adalah hari kelulusan Jeno. Tak dipungkiri bahwa Jeno merasa amat senang, semalam ia dan Jeffrey datang ke kantor polisi untuk membebaskan Kianna barang sehari. Acara kelulusan Jeno tak hanya didatangi oleh saudara-saudaranya, melainkan Aldrich, Dariel, dan Dejun juga ikut berpartisipasi dalam hari kelulusan Jeno.
Ia sedang bersiap sekarang. Pakaian resmi sudah berada di atas kasurnya sekarang. Namun masalahnya, sedari tadi semenjak ia keluar kamar, ia sama sekali tak melihat batang hidung Kianna. Biasanya, Kianna yang selalu membangunkannya, tetapi pagi ini ia sama sekali tak mendengar suara gadis itu.
Sementara di sisi lain.
"Tidak, Jeff. A- aku sama sekali tak melakukan hal itu, sungguh!" Kini, Kianna dihadapkan lagi dengan ruang bawah tanah, yang artinya penyiksaan akan menjemput dirinya. Ia sama sekali tak mengerti perkataan Jeffrey. Jeffrey bilang, Kianna lah yang memang membunuh salah satu karyawannya pada malam itu.
Juga ia bilang bahwa saat itu Kianna menyuruh agar Jeno hanya menunggu di mobil. Jeffrey terus mendesak Kianna, tetapi demi Tuhan, Kianna bahkan tidak melakukan apa-apa. Bahkan ia hampir pingsan saat pagi itu Jeffrey mengintrogasinya.
"Jangan harap kau bebas dalam sehari bisa tersenyum, sialan." umpatnya sambil meludah tepat di depan Kianna. Kianna merasa dirinya benar-benar kotor di titik terendah ini. Bahkan ia sanggup mengakui kepada semesta bahwa dirinya tidak sekeji itu. Bahkan dirinya juga tak tahu apa motif dari pembunuhan tersebut.
Semua terlalu mendadak baginya. Bayangkan saja, jika kau tak mengetahui apa-apa, namun kau dituduh mencuri. Pastinya marah dan ingin menentang bukan? Bagaimana dengan Kianna yang malah dituduh membunuh?
Juga ia sempat pingsan di dalam sel tahanan, namun ia sama sekali tak digubris oleh polisi yang berjaga, polisi itu mengira bahwa Kianna hanya berpura-pura pingsan agar mendapat perhatiannya. Nyatanya memang Kianna tak sadarkan diri sungguhan. Berakhirlah dengan Kianna yang dibiarkan begitu saja dan terbangun esok harinya.
"Demi Tuhan, Jeff," lirihnya parau sambil mengangkat kedua tangannya membentuk pola V dan terisak kemudian. "aku berani bersumpah, bahwa itu bukanlah diriku. Aku benar-benar tidak melakukannya." lanjutnya dengan serak.
"Jangan berbohong, sialan!" Lagi-lagi umpatnya sambil memandang gadis itu tajam dan gelap. "Lakukanlah sesukamu jika aku memang benar-benar terbukti melakukannya." seru gadis itu namun terdengar lemah.
Tiba-tiba Jeffrey mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya. Kianna terpekik saat melihat benda itu dikeluarkan oleh Jeffrey. Ia mulai mundur perlahan, sorot matanya tak lepas dari benda yang ditodongkan oleh Jeffrey. Ia mulai menggeleng sambil menutup mulutnya. "Jangan jangan!"
Sedangkan perlahan-lahan Jeffrey mulai maju. "Kau bilang, lakukanlah sesukamu, bukan? Maka aku akan menuruti perkataan mu." Ia mulai mengisi peluru ke dalam tabung revolver yang ditodongkan. Tubuh Kianna bergetar hebat saat ini, keringat dingin mulai bercucuran membasahi dahinya. Dirinya ingin lari saja, namun kakinya terasa kaku untuk dibuat sekedar melangkah.
Kianna sungguh ketakutan, kakinya serasa ditahan oleh seseorang yang menyebabkan ia tak bisa beranjak dari titik itu, sedangkan Jeffrey terus maju. Kini pria itu memegang erat revolver dengan kedua tangannya. Tanpa diaktifkanpun, senjata itu siap untuk meledak.
Kini Kianna hanya bisa pasrah, ia segera menutup matanya. Jika memang ini akhirnya, tak apa-apa, ia bisa segera bertemu dengan ayah ibunya, meninggalkan segalanya dengan rasa kecewa, berakhir dengan dirinya yang berada di surga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Juta Luka
AcţiuneIni bukan tentang cinta. Ini tentang keduanya yang tidak memanusiakan manusia. "Hari ini, aku berdiri di sini bukan untuk mati, tetapi melepas rasa penat ku selama ini." "Jun, bolehkah aku bertemu dengan Jeno?" © 2020, oceancty