18. Hilang Rasa

86 26 1
                                    

Happy reading<3

Satu juta Luka
© oceancty

Semua ini terlalu mendadak untuk Jeno dan Kianna. Mereka masih belum bisa menerima kenyataan pahit ini. "AARRGHHH..." Jeno menggeram marah. Sudah dua hari ini ia dikurung di dalam kamarnya oleh Jeffrey, bahkan ia sama sekali tak mendapat pasokan makanan dan minuman. Keadaannya bahkan kini jauh lebih buruk. Muka yang berminyak, rambut yang acak-acakan. Baju yang entah seperti apa bentuknya. Jeno terlihat sangat kacau kali ini.

Ia tak bisa tinggal diam, Jeno harus menyelamatkan Kianna. Ia tak bisa melihat gadis itu lebih menderita di balik jeruji besi. Ia lantas mencari seribu cara agar dapat keluar dari kamarnya. Ia berpikir, kini kakaknya sangat egois. Tak pernah ia dilarang untuk melakukan sesuatu yang ia mau, bahkan waktu Sean yang membawa Kianna kabur, Jeffrey melepaskannya.

Ia lantas segera menuju balkon. Ya, ia akan melompat dari situ, tentu tidakklah pendek jarak dari balkonnya ke arah bawah, tapi siapa peduli? Jeno hanya ingin Kianna saat ini. Tak apa jika sekujur tubuhnya kini luka-luka, toh, memangnya dia peduli?

BUGH

Jeno berhasil mendarat meski lutut dan sikunya tergores karena ia tak mendarat dengan sempurna. Ia lantas segera menuju gerbang. Ia segera lari keluar menuju jalanan, tapi sebelum itu, sang satpam yang berjaga dengan cekatan menahan Jeno. Satpam di rumah ini bukan sembarang satpam, gestur tubuh saja sudah seperti bodyguard.

"Lepaskan aku, sialan!" Jeno berusaha memberontak, namun kekuatan sang satpam lebih besar darinya, juga efek karena ia kekurangan energi dua hari ini. "Tidak. Ini sudah perintah dari tuan Jeffrey." tolak sang satpam sambil merogoh ponselnya. Ia ingin menelpon Jeffrey.

"Tuan, tuan Jeno keluar dari kamarnya. Sekarang saya sedang berusaha menahannya." Tanpa salam, sang satpam langsung mengadukan hal itu kepada atasannya, tentu sambil menahan Jeno juga pastinya.

"Aku akan segera ke sana. Tolong tahan hingga aku datang."

"Baik, tuan." Sang satpam langsung melempar ponsel itu ke sembarang arah. Lalu lebih kuat lagi menahan Jeno yang sedari tadi selalu mengumpatinya agar dilepaskan tahanannya tersebut. "Maaf tuan. Ini sudah perintah dari tuan Jeffrey."

Tapi mengapa? Jeno juga sama-sama tuannya!

"Lepas, kak! Aku ingin bertemu dengan Kianna!" Seakan tuli, Jeffrey sama sekali tak menyahuti seruan adiknya tersebut. Jeno terus memohon, berteriak, dan mengumpat saat dirinya diseret oleh Jeffrey menuju ruang bawah tanah. Ini satu-satunya cara agar Jeno tak kabur lagi.

Dirinya dibanting layaknya barang oleh Jeffrey di dalam ruangan usang itu, Jeno merasa direndahkan oleh saudaranya sendiri saat ini. "KENAPA?! KENAPA DIRIMU SANGAT EGOIS?!" raung Jeno yang sudah muak akan sikap kakaknya tersebut.

"MANA? MANA RASA SAYANG YANG SELALU KAU JANJIKAN?!" Otot-otot pada wajah, leher, dan tangannya kini semakin jelas terlihat, Jeno benar-benar murka. "Kau, kau tak jauh dari seorang iblis, Jeffrey Daren!" Tudingnya tepat pada wajah Jeffrey, bersamaan dengan air matanya yang mengalir. Lihat, bahkan kini Jeno sudah bisa melebihi dari mengumpat di depan Jeffrey.

Jeffrey yang sedari tadi diam, kini kesabarannya mulai hilang. Ia tak menyangka adiknya akan sekurang ajar ini kepadanya. Dengan nafas yang beradu, ia mulai menonjok pipi kiri adiknya tersebut dengan keras, mengakibatkan Jeno tersungkur ke bawah.

Jeno menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya dan hidungnya, lalu segera meludahkan darahnya. Ia berdecih saat mendongak menatap Jeffrey. Jika Jeffrey tak menyangka akan Jeno yang sudah berani berbicara kasar kepadanya, kini Jeno yang tak menyangka Jeffrey mulai bermain tangan dengannya.

Satu Juta Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang