No copy paste! Hargai sesama penulis!
Ini lanjutannya, cekidotttttt
Shafa sampai di rumah, ia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa, lelah. Kepalanya terasa cukup pening, mengingat pertemuan tadi pagi yang tanpa sengaja dengan Akbar. Darimana Akbar tahu bahwa ia melamar pekerjaan di perusahaan Jaya group? Shafa tidak membertitahu siapapun temannya bahwa ia akan melamar pekerjaan di perusahaan itu.
Hamidah menghampiri putrinya yang tengah beristirahat.
"Gimana? Udah di terima?" tanya Hamidah duduk di samping Shafa.
"Belum buk, masih tunggu besok pengumumannya," jawab shafa menatap Hamidah.
"Berdoa nak, siapa tahu di terima," saran Hamidah.
"Pasti buk," Shafa berdiri dan melangkah ke dalam kamarnya untuk berganti baju.
Selesai berganti baju, Shafa beranjak keluar kamar, Shafa hari ini memakai daster ibu-ibu rumahan bermotif bunga- bunga yang sangat sederhana. Namun, tak mengurangi kecantikan wajahnya.
Shafa bergegas keluar, ia mengambil sapu lidi. Matanya mengedar ke berbagai arah, melihat begitu banyak kumpulan sampah daun berserakan di depan halaman rumahnya. Maklum, sekarang adalah musim gugur. Dimana banyak pohon yang berguguran daunnya.
Shafa begitu semangat menyapu halaman rumahnya, peluh menetes di pelipis dan juga sebagian tubuhnya yang lain. Itung-itung olahraga. Pikirnya.
Saat sedang asyik menyapu halaman, Alif datang menghampiri dirinya. Shafa berhenti sejenak, melirik Alif yang membawa nampan berisi air es untuknya. Selanjutnya, Shafa segera menempatkan bokongnya di bawah pohon mangga.
"Ibuk, inni," Alif menyodorkan gelas yang berisi air es kepada Shafa. Shafa tersenyum, lantas segera mengambil air es yang di pegang Alif.
"Bismillahirrahmanirrahiim," Shafa segera meneguk minuman yang di berikan Alif.
"Terima kasih, sayang," Shafa memberikan gelas kosong bekas minumnya ke tangan Alif. Alif duduk di samping ibunya. Ia tak menjawab, ia malah sibuk memainkan ranting kayu dari pohon mangga dengan menggerak-gerakkan ranting itu ke tanah menggunakan tangannya.
"Alif," yang di panggil menoleh.
"Alif pengen beli apa?" tanya Shafa, ingin sekali dirinya membelikan Alif apa yang di sukai putranya itu.
"Es kim," sahut Alif dengan logat berantakan.
"Ish! Es krim mulu!" Shafa pura-pura cemberut, namun akhirnya tersenyum. "Iya ibuk pasti belikan kok," imbuh Shafa kemudian setelah melihat ekpresi wajah Alif yang mengerecutkan bibirnya. Shafa gemas rasanya, tangannya menowel pipi Alif lalu mendekatkan bibirnya tepat di pipi Alif. Shafa mencium pipi Alif.
"Alif," Hamidah menghampiri cucu dan anaknya, Shafa dan Alif menoleh ke arah sumber suara.
"Ya ampun Alif, kamu gak mau mandi nak? Dari tadi di suruh mandi gak mau!" omel Hamidah. Alif hanya menggeleng pelan.
"Main terus, ayo mandi dulu. Nanti kalau sudah mandi, boleh main lagi," ujar Hamidah menggapai tangan Alif. Alif tetap menggeleng bahkan merajuk, ingin tetap bermain.
Hamidah menghela napas, pasrah. Lalu melepaskan tangan cucunya.
"Ya sudah buk, biar nanti Shafa saja yang mandiin Alif," ujar Shafa. Hamidah pun segera berlalu.
"Alif, main di sana saja ya, nak. Di sini ibuk mau nyapu dulu sayang, takut debunya ke hirup hidung Alif. Nanti Alif batuk-batuk lagi?!" ucap Shafa menyuruh Alif bermain di ruang tamu, Alif melangkah pergi seraya membawa gelas kosong bekas minum Shafa.
Shafa terus menatap Alif hingga putranya itu telah berada di ruang tamu, Alif hanya meletakkan gelas kosong itu di meja tanpa membawanya ke dalam rumah.
Shafa hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah lucu Alif lalu melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.
Akhirnya halaman rumahnya sudah bersih dari sampah daun, Shafa menaruh kembali sapu lidi pada tempatnya. Setelah sampah daun itu di satukan pada satu tempat, Shafa segera meraih korek api dan membakar sampah tersebut.
Kepulan asap memenuhi halaman rumah Shafa, dalam beberapa menit saja sampah daun berubah menjadi abu. Shafa beranjak pergi, tangannya menepuk-nepuk debu yang menempel di sebagian tubuhnya.
Sejurus kemudian, Shafa masuk ke dalam rumahnya. Bola matanya mengedar mencari keberadaan putra semata wayangnya. Tampak Alif yang sedang bermain robot ultraman di ruang tengah. Shafa segera menghampiri Alif.
"Alif, ayo mandi sayang," ajak Shafa, Alif menoleh dan menggeleng cepat.
"Alif, kalau Alif gak mau mandi, ibuk gak jadi yang mau belikan es krim buat Alif," ujar Shafa, ancamannya cukup berhasil kali ini. Alif menaruh mainannya asal, lalu berdiri mengikuti langkah Shafa menuju kamar mandi.
Shafa melepas baju kotor yang di pakai Alif dan menaruhnya pada wadah plastik khusus baju kotor, lalu meraih gayung dan menyiramkan air di sekujur tubuh Alif. Bocah itu tertawa riang, seakan ada hal yang lucu. Shafa membasahi sabun menggunakan air dan menyabunkannya pada badan Alif. Setelah itu, Shafa menyiram kembali tubuh Alif yang sudah di beri sabun.
Alif selesai mandi, Shafa segera menuntun Alif menuju kamarnya. Setelah itu ia memakaikan handuk, menggosok handuk ke semua badan Alif. Lalu segera memberikan minyak kayu putih, minyak sereh dan telon ke bagian tertentu dari tubuh Alif setelah kering.
Shafa dengan cepat membuka lemari mini yang berisi baju Alif dan mengambil satu setelan atasan dan bawahan kaos warna hijau bergambar spongebob.
Alif selesai memakai baju, Shafa meraih sisir yang berada di dekat meja rias dan segera menyisir rambut bocah empat tahun itu.
TBC
Harap tinggalkan jejak, terima kasih yang sebanyak-banyaknya buat yang sudah mampir.
Di publikasikan pada tanggal : 24 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you Shafa (On Going)
RandomBagi siapapun yang mengcopy paste isi seluruhnya atau sebagian dari cerita ini. Demi Allah aku gak ikhlas dunia akhirat, jadilah penulis yang hebat dengan mengarang sendiri, bukan dari hasil mencuri! Mohon untuk tidak copy paste!! Hargai sesama penu...