chapter 28

26 2 0
                                    

Mohon untuk tidak copy paste sebagian atau seluruhnya dari cerita ini! Hargai sesama penulis!

Lanjut lagi nih, jangan lupa vote dan komennya ya guys! See you.
Terima kasih  buat yang sudah mampir ya!

Hamzah mengangkat piring-piring kotor yang telah disatukan dengan ditumpuk lalu menaruhnya dibak dekat sumur timba didalam, lalu melangkah keluar setelah dirasa selesai melakukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hamzah mengangkat piring-piring kotor yang telah disatukan dengan ditumpuk lalu menaruhnya dibak dekat sumur timba didalam, lalu melangkah keluar setelah dirasa selesai melakukannya.

Netranya melirik Farida dan Rohmah yang tampak berbincang hangat. Hamzah mendekat, mendaratkan bokongnya disalah satu kursi kosong disamping Farida.

Farida menoleh, ia tersenyum hangat ketika mendapati lelaki yang disukainya tepat disampingnya.

"Eh Zah, lu kerja dimana?" tanya Farida memandang Hamzah. Mencoba berbasa-basi.

"Pabrik," singkat Hamzah yang terkesan jutek menurut Rohmah.

"O," balas Farida tak tahu harus ngomong apa lagi karena Hamzah terkesan menghindarinya. Gadis manis itu merasa tak enak hati, tatapan matanya berubah sendu. Tidak bisakah Hamzah meliriknya walau sekali saja? Pikir Farida diam termenung.

Farida menatap Hamzah secara diam-diam, tatapannya lekat ke arah laki-laki berkulit putih disampingnya. Jujur Farida merasa rindu setelah setahun tak bertemu Hamzah.

"Zah," panggil Farida, Hamzah yang merasa dipanggil segera mengalihkan pandangan ke arah gadis manis disampingnya. Hamzah mengerutkan kening seakan penuh tanda tanya, ia memandang Farida lekat.

"Kamu mau ngomong apa sih, Da?" tanya laki-laki itu.

"Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu," Farida berdiri dari duduknya dan menatap ke arah Rohmah, ia menundukkan kepala. Lalu melangkah pelan, Hamzah yang mengerti isyarat Farida perlahan mengikuti langkah Farida.

Farida menghentikan langkahnya, kini ia berdiri tepat didepan halaman rumah Hamzah tepat dibawah pohon mangga besar disamping rumah. Farida membalikkan badan dan tatapannya segera tertuju ke arah Hamzah yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.

"Zah, aku kangen kamu," Farida menunduk dan tampak grogi, Farida tampak salting ditatap Hamzah dengan lekat.

Gadis itu beberapa kali mengalihkan tatapannya ke arah lain ketika tak mendengar Hamzah merespon ucapannya. Hamzah menghembuskan nafas pelan, ia perlahan mendekat dan menarik tangan gadis dihadapannya.

"Sama Da, aku juga kangen kebersamaan kita," sahut Hamzah, Farida tersenyum mendengar apa yang dikatakan Hamzah. Tanpa sadar, Hamzah mengelus-ngelus kepala Farida dengan tangan besarnya, menampilkan senyum hangat untuk gadis itu.

"Kamu beneran kangen sama aku Zah?" tanya Farida, Hamzah segera mengangguk cepat.

"Aku kangen kebersamaan saat kita sebagai sahabat baik, please! Tetep jadi sahabatku Da, jangan jauhin aku lagi ya," senyum Farida mendadak hilang mendengar penuturan Hamzah, jadi Hamzah merindukan ia hanya sebagai sahabat? Farida merasa sesak, tatapannya berkaca-kaca. Beberapa kali ia mendongakkan kepala, menghalau air mata yang akan jatuh membasahi pipinya. Ia tidak ingin terlihat lemah dimata laki-laki itu.

Perlahan, Farida melepaskan kaitan tangan Hamzah yang menggenggam tangannya. Jangan ditanya seberapa kecewanya ia. Farida sudah dari dulu berharap Hamzah membalas rasa sukanya .

"Aku pengen lebih Zah," Farida berbalik membelakangi Hamzah, ia terisak pelan. Hamzah mengerutkan kening, menatap punggung Farida dengan tatapan sendu.

"Maksud kamu apa sih, Da?" Hamzah mendekat dan memperhatikan Farida yang menangis entah karena apa.

"Kamu emang gak peka Zah," Farida berbalik dan memukul pelan lengan Hamzah dengan frustasi. "Kamu jahat Zah!"  Farida tak hentinya memukul dada Hamzah dengan memaki laki-laki tampan dihadapannya.

Hamzah dengan gesit menangkap kedua pergelangan tangan Farida dan menatap perempuan berwajah manis didepannya.

"Kamu kenapa jadi kayak gini Da? Kalau yang kamu inginkan hal lebih dari hubungan kita. Maaf aku gak bisa mewujudkan itu," ucap Hamzah yang mulai paham akan arah perkataan Farida. Farida menatap nanar Hamzah, perkataan pria itu membuatnya terasa dicabik-cabik.

"Kenapa Zah? Apa aku kurang cantik menurut kamu, hingga kamu nolak aku kayak gini?" Farida berkata dengan suara parau. Manik mata Farida tampak berkaca-kaca ketika memandang laki-laki dihadapannya.

"Kamu cantik dan baik Da, tapi perasaan gak bisa dipaksa," sahut Hamzah cepat dan membuat Farida yang mendengarnya jadi sakit hati.

Farida berontak dari genggaman Hamzah dan gadis manis itu menangis semakin keras. Hamzah yang berada didekatnya sampai panik karena suara tangis Farida seperti orang Gila.

"Da jangan kayak gini, please Da," Hamzah mendekap tubuh Farida dengan mengelus puncak kepala Farida dengan sayang. Farida berontak, beberapa kali gadis itu mencoba melepaskan dekapan Hamzah.

"Kamu jahat! Jahat! Sama aku Zah!" suara Farida meninggi menatap Hamzah dengan ekspresi benci.

"Maaf, aku minta maaf sama kamu kalau perkataanku nyakitin perasaan kamu," Hamzah menatap Farida dengan raut merasa bersalah.

"Aku gak butuh maaf kamu Zah! Kalau kamu cuma akhirnya nyakitin aku kayak gini!"
Farida berkata dengan menunjuk Hamzah langsung.

Farida segera pergi dari hadapan laki-laki itu, berjalan dengan cepat sambil menangis. Hamzah menatapnya dengan iba, ia merasa bersalah.

Hamzah menunduk dan tatapannya beralih ke arah Akbar dan Feri yang tengah duduk santai lantas melangkah menghampiri dua orang pria dewasa itu. duduk disamping Akbar dan Feri yang sejak tadi memperhatikannya.

"Cewek lo tadi, kan?" tanya Akbar melirik ke arah Hamzah. Mereka tepat duduk dikursi bambu tepat didepan teras rumah Hamzah.

"Bukan!" singkat Hamzah pelan.

"Kirain pacar lo, lumayan cantik juga untuk ukuran badan mungil kayak dia. Bodynya bagus, setidaknya gak tepos depan belakang," Feri berkata dengan terus terang membuat Akbar langsung mendelik ke arah Feri langsung.

"Heh, ngomong apaan nih anak!" Akbar menggeplak kepala Feri. Hamzah menoleh kepada keduanya.

"Kalian gak mau pulang?" Hamzah menatap keduanya.

"Jadi ceritanya lu ngusir kita nih!" Akbar langsung sewot.

"Gak ngusir juga, cuma ingetin aja. Takut kalian lupa jalan pulang," celetuk Hamzah enteng.

"Sembarangan! Gue masih inget ya letak kos gue dimana! Emang gue bang toyib" balas Akbar ketus.

"Emosian bener! Ngomong gitu langsung tersinggung!" sindir Hamzah tertawa.

"Loe emang rajanya bikin orang kesel tau nggak, pengen gue tendang loe ke laut. Kalau perlu pengen gue jahit bibir loe itu, selalu ngomong julid dan bikin gue gedek tiap dengerinnya,"

"Lo aja yang sensi sama gue, kayak gue musuh loe aja," sahut Hamzah tak terima, Feri yang mendengarnya sampai dibuat heran dengan tingkah Hamzah dan Akbar. Tadi akur, sekarang mendadak ribut. Sebenarnya mereka kenapa sih? Pikir Feri.

"Dasar buaya darat loe, semua cewek mau diembat semua!" cibir Akbar.

"Gue gak buaya ya, lu kalau ngomong bisa gak sih jangan ngasal?!" sanggah Hamzah seraya memandang Akbar dengan tajam.

"Kalian udah pada makan, sini masuk!" tiba-tiba suara Rohmah terdengar, membuat Hamzah dan Akbar berdiri dari duduknya dan segera memasuki dalam rumah Hamzah.

Tbc
Sorry guys kalau part ini belum sempurna. Akan aku revisi lain waktu.
Dipublikasikan oleh TansahElingdd pada tanggal 13 juli 2022

I love you Shafa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang