Part 22

70 1 0
                                    

Mohon untuk tidak copy paste!! Hargai sesama penulis!!

Assalamu'alaikum my readers, masihkah ada yang tetep nunggu lanjutan cerita ini? Maaf ya sering telat up dan membuat kalian menunggu lama, karena aku sebenarnya belum menemukan ide yang tepat untuk lanjutinnya. Jangan bosen-bosen ya?! Terima kasih buat yang sudah mampir. Salam sayang😍🤗

Tolong beri tanda bintang ya, dan jangan lupa simpan diperpustakaan jika kalian suka cerita aku. See you

 See you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Akbar melipat sajadahnya, setelah melaksanakan sholat Ashar. Pemuda tampan itu segera menaruh peci yang dikenakannya di atas nakas. Pandangannya beralih, melihat Feri yang tengah duduk santai.

Akbar menghampiri Feri dan duduk diatas lantai semen.

"Fer," panggil Akbar. Feri menoleh dan tatapanmya berubah jadi tanda tanya.

"Apa?"  Akbar berdiri dan beranjak menuju lemari, mencari pakaian yang pantas dikenakannya untuk bertemu H. Mahmudin.

"Gue izin keluar sebentar ya, ada perlu," ujar Akbar membuka baju koko yang yang dipakainya tadi, memperlihatkan ototnya yang kekar. Akbar dengan cepat meraih kaos warna hijau tua lengan pendek dan bawahan celana kain warna hitam. Terlihat santai, namun tak mengurangi ketampanan wajahnya.

"Gue pergi dulu fer, assalamu'alaikum,"  Akbar melangkah keluar tanpa mendengar sahutan dari Feri dan berjalan ke arah alamat yang diberitahukan H. Mahmudin. Laki-laki dengan tubuh atletis dan wajah yang rupawan itu mengayunkan kaki perlahan melewati rumah demi rumah untuk sampai ditujuan.

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya Akbar sampai di rumah sederhana ber cat putih dimana banyak pohon-pohon mangga dan tanaman yang berjejer rapi di depan halaman. Laki-laki itu segera merogoh saku celananya untuk melihat alamat yang dikirim H. Mahmudin diponselnya benar atau salah. Matanya melirik no rumah dan tersenyum tipis, Laki-laki berkulit putih itu menghela nafas perlahan, menghilangkan perasaan gugup yang tiba-tiba melanda. Akbar menaruh ponselnya kembali, merapikan pakaian dan rambut yang dikenakannya sebelum mengucap salam. Akbar mengedarkan pandangan, memperhatikan rumah yang nampak minimalis namun bersih dan terawat.

Tok...tok...tok...

"Assalamu'alaikum,"

Suara ketukan pintu terdengar menggema, membuat sang empu berjalan tergopoh-gopoh. Setidaknya itu yang ditangkap Akbar dari gendang telinganya. Laki-laki itu menghirup dan menghembuskan nafas untuk menghindari perasaan gugup.

I love you Shafa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang