29

19 5 0
                                    

Mohon untuk tidak copy paste cerita ini! Hargai sesama penulis!


Assalamualaikum semua, maaf ane telat update! Jangan lupa tekan tanda bintang dan komen sebanyak-banyaknya jika kalian suka sama cerita yg aku tulis ini. Kalau kalian penasaran sama kelanjutan cerita ini, kalian bisa tambahkan diperpustakaan ya. See you.

Harun berdiri didepan pintu, tangannya yang hendak mengetuk pintu diurungkannya lagi, entah kenapa ia merasa gugup, sudah beberapa minggu semenjak terakhir kali ia bertemu dengan Shafa. Sempat Harun mengutarakan keinginannya untuk rujuk dengan perempuan berhijab itu, jujur saja Harun masih memendam rasa untuk perempuan cantik itu. Harun masih ingin kembali merajut kasih, menebus segala kesalahan yang pernah ia lakukan. Harun berjanji, ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, kesalahan fatal yang membuat hubungannya dan Shafa kandas, dan ia tidak akan membiarkan siapapun menggoyahkan kepercayaannya terhadap Shafa. Meskipun itu ibu dan adiknya sekalipun, Harun tak ingin mengulangi kisah pelik yang menyakiti hati Shafa. Seandainya waktu bisa diulang, Harun ingin memperbaiki semuanya. Kini setelah semuanya hancur berantakan, rumah tangganya tidak terselamatkan Harun harus menghadapi sebuah penyesalan.

Suara pintu dibuka, satu sosok perempuan cantik berdiri menatapnya, Harun yang masih sibuk dengan pikirannya sampai tak menyadari kehadiran Shafa yang berdiri dihadapannya.

"Mas, Harun," Suara indah Shafa mampu menyadarkan Harun yang tengah berdiri dengan tatapan mata kosong, Harun seketika tersadar, lantas mengulas senyum tipis menatap ke arah Shafa. Perempuan cantik itu memakai daster rumahan bermotif monokrom dengan pembungkus kepala instan lebar berwarna coklat gelap. Tatapan mata Shafa mampu menggetarkan hati Harun, laki-laki tampan itu sejujurnya terpesona dengan kecantikan mantan istrinya.

"Aku bawa oleh-oleh, nih. Buat Alif," Harun tersenyum canggung, karena sorot mata Shafa menatapnya lekat.

"Oh," singkat Shafa menatap bungkusan ditangan Harun.

Harun mengangkat bungkusan ditangannya dengan senyum kaku, perasaan gugup ketika ditatap perempuan yang masih bertengger dihatinya itu cukup menimbulkan getaran-getaran didada Harun.

"Ya udah mas, dibawa kedalam aja. Alif pasti seneng ketemu sama kamu, kemarin juga bilang kangen sama kamu," tutur Shafa yang membuat hati Harun menghangat ketika mendengarnya. Senang hati Harun tentunya, ketika Alif merindukannya. Manik mata Harun berkaca-kaca, kesalahannya amat besar pada Alif dan Shafa dulu. Ia menyesal karena terlalu sibuk bekerja sampai melupakan waktu luang bersama keluaga kecilnya dulu.

Harun mengikuti langkah Shafa menuju ruang tengah setelah melepas sepatunya. Tatapan matanya lekat memandang langkah Shafa yang berjalan didepannya, jujur saja Harun ingin memeluk perempuan itu. Harun rindu, rindu dengan kebersamaan mereka.

Shafa bergeming, lalu memutar tubuhnya menatap ke arah Harun dengan senyuman ramah. Harun yang melihatnya sampai tak bisa berkata-kata. Terpesona.

"Itu Alif lagi main, kamu temenin Alif dulu mas. Aku mau nyuci dulu nih, mumpung masih pagi," suara lembut Shafa mengalun indah ditelinga Harun, laki laki dewasa itu mengangguk dengan gugup.

"Ibuk kemana?" tanya Harun duduk didekat Alif.

"Ibuk lagi bantu hajatan dirumah tetangga," sahut Shafa sebelum menghilang dari hadapan Harun.

Tatapan Harun langsung beralih ke arah Alif yang tengah sibuk menyusun lego.

"Alif, ini ayah bawain oleh-oleh buat Alif," Harun menaruh bungkusan itu diatas karpet, Alif menoleh dan mendekat ke arah Harun. Tatapan Alif berbinar, dengan tangan kecilnya ia memilah beberapa bungkusan yang berisi cemilan yang disukainya.

I love you Shafa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang