Terima kasih yang sudah mampir ke ceritaku ya....jangan lupa Vote dan comment
Mohon untuk tidak copy paste!!! Hargai sesama penulis!!!!
Maaf telat update! Aku harap kalian tetap stay disini sampe cerita ini tamat!
Harun turun dari mobilnya, tatapannya melirik jam yg melingkar dipergelangan tangannya pukul 06.15 menit. Laki-laki berbadan tegap itu berjalan perlahan mendekati pintu rumah sederhana.
"Assalamualaikum," ucap lelaki itu. Setelah menunggu beberapa detik, akhirnya pintu terbuka. Menampilkan Alif yg sudah bersiap ditemani Shafa.
"Waalaikum salam," suara Shafa terdengar lembut.
"Aku mau berangkat dulu ya?" pamit Harun pada Shafa, perempuan itu hanya mengangguk dan tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Alif, sudah siap?" tatapan mata teduh Harun langsung teralihkan ke Alif.
"Ciap!" tegas Alif dengan nada cadelnya. Harun tersenyum hangat dan menuntun Alif menuju mobilnya yg terparkir.
"Assalamualaikum," Harun menunduk sebelum memasuki mobilnya. Shafa tersenyum hangat melihat kedekatan Harun dan Alif, netranya memandang kendaraan Harun sampai keluar pagar rumahnya.
-
-
-
Akbar keluar dari kamar kosnya, memandang Feri yg tengah siap membawa tasnya keluar.
"Kalau ada masalah apapun, jangan lari. Selesaikan masalah itu dengan baik. Jangan jadi laki-laki pengecut," nasehat lelaki itu menepuk pelan bahu Akbar seakan menanggapi perkataan Akbar yg ingin ikut pulang bersamanya kemarin.
"Cinta itu emang rumit, apalagi kalau sudah bertepuk sebelah tangan. Pasti akan sulit mendapatkannya, jadi tidak perlu bersedih dan marah dengan apa yg terjadi. Jalani, dan bangkitlah. Jadikan motivasi dalam hidup agar lebih baik kedepannya. Jangan jadi hancur karena cinta, Allah punya rencana yg lebih indah dari apa yg kamu impikan. Tetaplah semangat menjalani hidup," ujar Feri seperti memahami apa yg dialami Akbar. Akbar tersenyum bangga, untuk pertama kalinya dia setuju dengan apa yg dikatakan temannya ini.
"Thanks bro, hati2 dijalan ya," Akbar menyelipkan beberapa uang lembar merah ke saku baju Feri.
"Kagak usah, selama ini gue udah ngerepotin tinggal disini," tolak Feri secara halus.
"Buat ongkos, terima aja," Akhirnya Feri menerima uang pemberian Akbar dan berpamitan pada lelaki itu.
-
-
-Jam berjalan begitu cepat, dan hari-hari pun berjalan dengan sebagaimana mestinya. Akbar yg sudah bersiap dan rapi akan berangkat bekerja, setelah selesai ia pun perlahan menutup pintu kos. Pagi ini cerah dan sedikit gerimis, Akbar memutuskan memakai topi.
Akbar berjalan perlahan sampai akhirnya ia sampai didepan gang, tatapannya tertuju melihat ke arah sepeda motor dengan pengendara laki-laki yg tengah melambaikan tangan kepadanya.
"Halo bro," Hamzah berjalan mendekat dan bersalaman tanpa diminta, bersikap sok asik adalah caranya. Setelah beberapa hari mereka terlibat keributan kecil.
"Lo gak berangkat?" Akbar menaikkan alis menatap Hamzah yg cengangas cengenges melihatnya.
"Nungguin lo, mending kita bareng aja ke pabrik. Sebagai tetangga yg baik, gue harus memperlakukan tetangga dengan sopan dan penuh perhatian," sahut Hamzah.
"O," Akbar hanya ber 'oh' ria dan memandang Hamzah dengan bingung.
"Ayok ah! Berangkat dulu, jangan bengong gitu," Hamzah menarik tangan Akbar ke arah sepeda motornya tanpa persetujuan lelaki itu.
"Begitu tetangga yg baik rupanya," sindir Akbar tapi menuruti kemauan Hamzah, walaupun kesal tapi Akbar akui bahwa Hamzah ini sebenarnya baik tapi dialah ini yg terlalu sensi kepada lelaki itu sehingga langsung memberikan stigma buruk dan penilaian yg salah selama ini.
"Gak usah marah-marah mulu, cepat tua entar lu," Hamzah menyodorkan helm saat Akbar sudah duduk diboncengan.
"Ayok, gas!" Akbar yg sudah memakai helm dibuat terkejut karena Hamzah menekan pedal gas dengan kencang hingga hampir membuat Akbar terjengkang.
"Tetangga yg super baik sekali, hampir saja gue jantungan gara-gara ulah tetangga!" Maki Akbar kesal, tentu saja Hamzah tertawa lepas hingga giginya kering karena mendengar kalimat Akbar.
"Selalu salah ya gue, padahal gue gak sengaja," keluh Hamzah sok mendramatisir keadaan.
Perjalanan mereka akhirnya sampai didepan pabrik, meskipun terjadi perdebatan kecil antara keduanya tadi. Setelah memarkirkan sepeda motornya ditempat parkiran, kedua laki-laki yg usianya hampir sama itu berjalan beriringan layaknya teman.
"Tumben akur?" selidik Lily yg berdiri didepan pintu.
"Kita sohib sekarang," sahut Hamzah.
"Biasanya berantem terus kek tikus dan kucing. Seneng gue ngelihat sohib pada akur dan gak berantem lagi," ujar Lily heran.
" Ya dong, kan kita tetanggaan. Gak boleh ribut terus, kasihan dia," tunjuk Hamzah ke arah Akbar, Akbar mengernyitkan alis. Emang Akbar kenapa? Kenapa pula dikasihani?
"Hah? Lu kasihan sama gue. Alasannya?" Akbar memicingkan mata curiga setelah tadi sempat berpikiran baik pada Hamzah.
"Ya karena lu anak rantau, jauh dari keluarga. Gitu doang," jawab Hamzah cepat.
"Dan satu lagi, kita senasib," lanjut Hamzah.
"Suka sama orang yg sama, tapi tidak ditakdirkan memiliki orang itu," ujar Hamzah dengan lirih agar hanya dirinya dan Akbar saja yg mendengarnya, jujur saja ia merasa malu. Pria setampan dirinya ini masih menjadi jomblo bertahun-tahun, bukan karena ia tidak laku. Hanya saja ia terlalu pemilih, itu saja.
"O," ujar Akbar mulai paham kenapa Hamzah sok akrab dengannya.
"Bagus, bagus. Lanjutkan! Gue seneng kalau ngeliat kalian berdua akur terus," Lily memberi jempol dengan semangat.
Tbc
Dipublikasikan oleh TansahElingdd diwattpad pada tanggal 23 november 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you Shafa (On Going)
De TodoBagi siapapun yang mengcopy paste isi seluruhnya atau sebagian dari cerita ini. Demi Allah aku gak ikhlas dunia akhirat, jadilah penulis yang hebat dengan mengarang sendiri, bukan dari hasil mencuri! Mohon untuk tidak copy paste!! Hargai sesama penu...