Bagian 2
No copy paste! Hargai sesama penulis!Akbar terdiam tak bersuara namun tangannya sibuk merapikan beberapa barang di dalam kamarnya.
"Besok jalan - jalan yuk! " ajak Ramli menghampiri anaknya itu.
"Ayuk! Kemana yah?" Akbar terlihat sangat antusias, Ia harus benar - benar menggunakan waktu luangnya kali ini. Mengingat kesibukannya yang selalu bekerja.
"Kerumahnya pak Anton, temen ayah," sahut Ramli. Akbar menoleh, jawaban ayahnya membuat Akbar berpikir sejenak.
"Pak Anton punya anak gadis. Cantik, cocok sama kamu," puji Ramli.
"Sholehah dan agamis. Calon
menantu idaman," lanjut Ramli lagi. Akbar mengakui itu, siapa yang tidak tahu dengan anak pak Anton.Namanya Sakinah, cantik, agamis dan pintar. Bahkan banyak pemuda yang menyukainya. Tapi, hatinya hanya terpaut kepada Shafa. Entah mengapa ia begitu tertarik kepada perempuan itu. Wajahnya, senyumnya, gayanya dan semuanya ia suka.
"Ayah, kalau Akbar suka sama wanita lain.... apakah ayah akan menerima?" Akbar berkata dengan penuh kehati - hatian. Ramli tidak segera menjawab, ia malah duduk disamping anaknya itu.
"Tergantung! Kalau seperti Sakinah... yah...ayah setuju saja," sahut Ramli seraya menepuk-nepuk bahu Akbar.
"Kalau misalnya wanita itu sudah punya anak? Bagaimana?" Tanyanya lagi. Ekspresi wajah Ramli mendadak berubah, sepertinya ia tak suka dengan apa yang dikatakan anaknya itu. Ramli memilih diam dan langsung pergi keluar kamar. Akbar terdiam, pertanyaan yang bodoh. Pikirnya. Tapi memang ia tidak menyukai Sakinah. Shafa, ya hanya Shafa di hatinya saat ini. Akbar menghela nafas, pikirannya sedang kalut hari ini. Pertanyaan tadi yang keluar dari bibirnya selalu terngiang - ngiang di telinganya. Akbar menyesal, seharusnya moment kali ini di gunakan untuk membuat ayahnya bahagia.
"Hhh," Akbar menghembuskan nafas kasar, seraya mengacak-ngacak rambutnya. Frustasi.
Suara derit pintu di buka, tampak ibu masuk kamar."Ayo makan nak," ajaknya.
"Akbar gak selera buk," ucap Akbar pelan.
"Ayo cepat! Ibuk masak menu kesukaan kamu tuh," Ajak ibunya lagi . Akbar menyerah, ia menaruh jaket di samping kamar tidur dan segera bergegas menuju meja makan. Di sana tampak ada ayahnya. Ayah hanya menatapnya sekilas dan melanjutkan makan tanpa sepatah katapun. Membuat suasana canggung di antara mereka. Akbar segera menyendok nasi dan lauk - pauk tanpa menghiraukan tatapan ibunya. Ibu heran melihat Akbar yang tak seperti biasanya.
"Kalian kenapa? Kok pada diam begitu?" ibu mengamati perubahan sikap Akbar dan suaminya. Akbar hanya menatap ibu sekilas dan melanjutkan makan tanpa menjawab pertanyaan ibunya. Sementara ayah juga melakukan hal yang sama. Ibu menatap keduanya secara bergantian. Ia heran dengan suasana kali ini.
Ayah beranjak pergi meninggalkan mereka berdua setelah selesai makan."Kalian ada masalah?" tanya Lasmi lagi.
"Nggak," sahut Akbar menatap ibunya.
"Biasanya selalu ramai kalau ada kamu. Sekarang kok pada diam begitu," heran ibu menatap Akbar
"Akbar capek. Mau tidur dulu," ucap Akbar meninggalkan ibunya di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you Shafa (On Going)
RandomBagi siapapun yang mengcopy paste isi seluruhnya atau sebagian dari cerita ini. Demi Allah aku gak ikhlas dunia akhirat, jadilah penulis yang hebat dengan mengarang sendiri, bukan dari hasil mencuri! Mohon untuk tidak copy paste!! Hargai sesama penu...