27. Finale

656 81 1
                                    

The Second Togetherness

Masa lalu buruk, takdir buruk membuatku harus melepaskan cintaku. Terlalu sakit jika aku memaksa untuk bertahan dalam hubungan yang penuh luka ini.

•••

Hawa dingin dengan ruangan gelap tanpa tahu arah waktu saat ini lah tempat gadis itu berada, entah bagaimana bisa ia berada di dalam ruangan seperti ini. Rasa takut menyelimuti dirinya, gadis itu berlari ke kanan dan kiri, namun tidak menemukan jalan keluar. Tolong lah siapapun, di mana ia sekarang? Tangisnya mulai keluar, cairan bening menetes dari kelopak mata disambut dengan suara tangisnya.

"Papa, Mama di mana Lalisa," rengek gadis itu dengan memeluk lututnya, hawa dingin dan aura yang mencekam ini benar-benar terasa mengerikan untuknya.

"Tolong Lalisa."

"Putri kecilku."

"Lalisa." Mendengar suara seseorang membuat gadis itu pelan-pelan mengangkat kepalanya, kedua matanya menangkap dua sosok yang mengenakan baju putih. Satu perempuan yang sangat cantik bersama laki-laki yang begitu tampan.

"Ini Ayah dan Ibu," kata perempuan itu dengan merentangkan kedua tangannya.

Gadis itu masih diam menatap kedua orang di depannya, ragu untuk memeluk perempuan itu. Tangannya mencubit tangannya yang tidak merasakan apapun, di mana ia saat ini? Apa ia tengah bermimpi?

"Kemarilah, peluk aku. Kau tidak merindukan Ibu dan Ayahmu Sayang?" kata perempuan itu kembali.

"Di mana aku?"

"Ayah dan Ibu datang untuk memberi tahumu sesuatu, kemarilah peluklah Ibumu yang merindukan dirimu."

Dengan hati-hati dan penuh keraguan akan rasa takut ini, Lalisa beranjak dari duduknya dan mendekat pada perempuan itu untuk dipeluknya. Tangisnya langsung pecah saat itu juga, tidak pernah ia merasakan kehangatan seperti ini sebelumnya. Apalagi saat laki-laki itu juga ikut memeluknya.

"Kau tumbuh dengan sangat baik, kau cantik putriku." Laki-laki itu berkata padanya dengan menyentuh lembut rambutnya.

"Boleh Lalisa ikut dengan kalian?"

"Lalisa merasa bahwa dunia terlalu jahat denganku, pria yang aku cintai adalah anak dari orang yang membuatku kehilangan kalian, Lalisa membenci hal itu." Kedua maniknya berkaca-kaca.

Ibunya tersenyum manis, menatap sang putri dengan sangat lembut. "Kau adalah alasan kami masih di sini, kau harus melanjutkan mimpi kami Sayang. Buanglah rasa dendam dan sakit hatimu dan cobalah untuk melihat ketulusan hatinya."

"Tapi bagaimana aku bisa melakukan hal itu?"

"Tentu saja bisa, kekuatan cinta yang akan membantumu."

"Lalisa takut untuk terluka." Suara gemetar mengatakan hal itu, membuat Ibunya langsung memeluk dirinya.

"Ada banyak orang yang menyayangimu mereka yang akan menjagamu, mintalah bantuan paman dan bibimu, mereka yang akan membantu untuk menyelesaikan masalahmu."

"Kami mencintaimu, jagalah diri baik-baik." Pelukan itu mulai melepas, kedua orang itu melangkah mundur mulai menjauh hingga akhirnya kedua mata Lalisa membuka.

Napasnya masih tersenggal-senggal, kali ini ia bisa melihat cahaya matahari di tambah banyak orang di sampingnya.

"Bibi."

The Second Togetherness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang