The Second Togetherness
Sejak awal memang aku tidak pernah memilikimu sekalipun kita saling membalas rasa. Bodohnya aku berpikir bahwa rasa itu mengikat hubungan.
•••
Suasana damai dan tenang begitu terasa pada ruang makan keluarga Bambam. Gadis berambut sebahu itu sejak tadi tidak berhenti tertawa saat sang paman dan bibinya terus menggoda dirinya.
"Bukankah usiamu saat ini sudah dua puluh tahun, Lalisa? Kau tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Siapa kekasihmu sekarang?" tanya Wendy pada sang keponakan.
Lalisa membalas dengan menyengir kuda, kedua ekor matanya beralih pada sang ayah yang masih tampak diam. "Lalisa belum memiliki kekasih, lagipula Lalisa ingin menjadi seperti Mama, menjadi seorang pemain teater yang tidak hanya di panggung kampus melainkan panggung dunia."
Yeri menoleh pada putrinya, tersenyum begitu manis. "Aku sudah menyuruhnya untuk mengambil jurusan yang lain, dia sangat keras kepala."
"Memang apa salahnya dengan perfliman? Papaku seorang novelis dan Mamaku adalah pemain teater jadi aku ingin menjadi satu di antara kalian. Rasanya beruntung sekali menjadi anak dari kalian."
Jisoo dan Bambam yang melihat Lalisa sudah mulai dewasa ada rasa terenyuh. Keduanya seperti melihat sahabatnya dulu yang sudah pergi bersama Tuhan. Rasa rindu itu selalu terobati saat melihat Lalisa.
"Bagaimana dengan Bibi Wendy? Apa Bibi akan kembali menetap di sini?" tanya Lalisa.
Wendy tersenyum tipis, sang suami dan anaknya langsung menatapnya. Lalu wanita itu menghela napasnya dan mengangguk. "Hanya beberapa bulan."
"Mom," panggil Mark dengan menekuk wajahnya.
"Momy tidak bisa lama-lama di sini, Sayang."
Pria itu menunduk ke bawah, meletakkan sendok dan garpumya. Sangat terlihat jelas bahwa wajahnya saat ini tengah kecewa. "Mark juga tidak akan ikut Momy."
Setelah itu pria itu beranjak dari duduknya dan berjalan pergi. Melihat reaksi putranya tentu saja Wendy langsung lemas, namun wanita itu masih tetap tersenyum di depan suami dan sahabat-sahabatnya. Bambam menepuk bahu sang istri, menatap dengan sangat hangat.
"Kami akan selalu menunggu sampai kau siap untuk tinggal di sini."
Memang selama sembilan belas tahun Wendy harus berpisah rumah dengan suami dan anaknya, bahkan negara. Tentu saja karena Wendy tidak ingin berurusan dengan mantan suaminya, maka dari itu Wendy memutuskan untuk tinggal di luar negri dan harus meninggalkan keluarganya.
"Sampai kapan kau akan menghindar?" tanya Jisoo.
"Apa kau tidak merindukan putra pertamamu Wendy?" lanjut Jisoo semakin membuat Wendy tidak bisa menjawab.
Jika ditanya rindu atau tidak dengan putra pertamanya? Tentu saja iya, mana ada seorang ibu yang tidak merindukan anaknya. Wendy tidak pernah bertemu putranya setelah ia berpisah dengan mantan suaminya.
Sementara itu Lalisa kini tengah mengejar Mark, tampak pria itu yang kini tengah duduk di tepi kolam renang. Tiba-tiba saja Lalisa berjalan cepet dan masuk ke dalam kolam renang, tentu saja Mark langsung kaget saat melihat Lalisa kesusahan di dalam kolam renang. Mark tahu sejak kecil Lalisa tidak bisa berenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Togetherness ✔
Fiksi PenggemarPada kehidupan sebelumnya sepasang kekasih tidak bisa hidup bersama. Setelah itu sang pria berjanji bahwa di kehidupan selanjutnya mereka akan bersama. Reinkarnasi keduanya ada pada sebuah masa depan, masa depan yang membuat mereka kembali bersama...