23. Run

636 84 1
                                    

The Second Togetherness

Apa harus seperti ini Tuhan untuk bahagia, menghancurkan kebahagiaan ibuku hanya karena aku ingin bersama dengan orang yang aku cintai.

•••

Kedua tangan Mark mengepal setelah mengetahui semuanya, senyumnya menyungging dengan penuh emosi ia memutar kembali mobilnya untuk menjemput ibunya. Ia tidak terima ibunya harus menjadi tumbal untuk kebahagiaan sepupunya. Tidak membutuhkan waktu lama mobilnya sampai di depan halaman rumah besar pamannya.

"Kau ingin mengetahui kebenarannya Jeon Jungkook?"

Semua arah pandang mata beralih pada Mark yang tiba-tiba datang, tangis Wendy semakin pecah melihat anaknya datang dengan penuh emosi. Ia dapat melihat dengan jelas bahwa Mark sangat marah dan kecewa padanya.

"Dia ibuku, wanita yang mengaku ibu kandungmu adalah ibuku Hyung, kenapa kau merebut kebahagiaan kami? Kenapa harus melibatkan ibuku dalam masalahmu?" teriak Mark dengan penuh emosi.

Jungkook sendiri masih bingung dan semakin bingung. Sedangkan, Park Jimin masih seperti tadi tampak pria itu yang terlihat santai sekali. Mendekat pada sang keponakan, namun yang didapatnya sebuah penolakan. Mark menatapnya dengan penuh kebencian.

"Paman jangan pernah berani untuk mengambil ibuku, aku tidak akan membiarkan ibuku kembali dengan pria tua sialan sepertimu."

"Mark jaga bicaramu!" kata Narissara mengingatkan.

"Aku lebih baik dianggap tidak punya etika daripada aku harus bersikap baik dengan bajingan sepertinya." Senyum Mark menyungging, sejak tadi ia terus menahan dirinya agar tidak meluapkan emosinya.

Lalu ia beralih pada Jungkook dan Lalisa yang masih diam.

"Hanya karena rasa bersalah ibuku denganmu, Hyung ibuku harus meninggalkan keluarganya dan kembali dengan bajingan seperti ayahmu," lanjut Mark.

Wendy mendekat pada sang putra untuk menenangkan. "Bukan salah kakakmu, Mama yang ingin melakukan ini. Jika Mama bersikap dengan daddy. Mark masih menjadi anak Mama."

"Dan jika sampai Mama melakukan semua ini, Mark tidak akan pernah memaafkanmu, bahkan jika perlu aku tidak akan pernah mau bertemu denganmu."

"Sejak dulu aku selalu diam dan memahami kondisi Mama. Selama tujuh belas tahun aku selalu menghabiskan waktu dengan Daddy, aku mencoba mengerti kondisi Mama yang tidak bisa merawatku dan meninggalkanku, tapi setelah Mama kembali kau bilang ingin kembali dengan mantan suamimu." Laki-laki itu tertawa setelah itu, tidak pernah ia sebelumnya menangis. Namun kali ini hatinya terasa amat sakit.

Wendy menunduk ke bawah, ia benar-benar berada dalam pilihan sulit. "Mengertilah posisi Mama."

"Aku memiliki seorang ibu, tapi rasanya aku seperti kehilangan seorang ibu."

"Mark!" panggil Wendy pada sang putra yang berjalan pergi keluar.

Park Jimin mendekat pada Wendy, merangkul mantan istrinya itu. "Aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan."

•••

Sadar akan sesuatu yang aneh dengan Lalisa membuat keempat sahabatnya saling menatap sama lain. Winwin mendekat pada gadis itu dan memberinya minuman.

The Second Togetherness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang