2. He's Not

1.6K 180 7
                                    

TST

Bagaimana bisa aku berpikir orang lain adalah dirimu, kumohon kembalilah.

•••

Kembali seperti orang linglung itulah yang terjadi pada Lalisa satu minggu ini. Setelah sadar bahwa kekasihnya memang sudah bersama Tuhan membuat mentalnya turun. Kedua sahabatnya yang sejak tadi melihat Lalisa sangat tidak tega melihatnya. Sejak kecil hidupnya sudah menderita meninggalkan keluarganya, dituduh membunuh ibunya sendiri. Lalu sekarang pun harus menderita.

"Aku benar-benar tidak tega melihatnya seperti itu, sungguh."

Bambam menoleh pada Jisoo yang tampak menangis sejak tadi melihat kondisi sahabat mereka. Memangnya teman mana yang juga tidak ikut menderita saat melihat temannya linglung seperti orang gila.

"Kita harus membatunya untuk bangkit, memang berat yang terjadi padanya," balas Bambam.

"Maafkan aku, aku gagal membantunya untuk sembuh." Kedua sahabat Lalisa menoleh pada seorang bersetelan kemeja biru muda, Tuan Shin orang yang dianggap Lalisa adalah Jungkook.

"Kau bisa mencobanya untuk ajak bicara, dia selalu menolak makan sudah beberapa hari. Dia bisa sakit," kata Jisoo dengan tersenggal-senggal oleh tangisnya.

Pria bermarga Shin itu mengangguk, lalu mendekat pada Lalisa yang terus menatap ke luar jendela, dilihatnya gadis itu yang tadinya tampak sedih sekarang tiba-tiba menjadi senang. Lalu ekor matanya juga ikut melihat apa yang dilihat oleh Lalisa.

"Kau melihatnya?" tanyanya.

Gadis itu menoleh padanya, tersenyum kecil mengangguk. "Dia selalu datang saat aku bersamamu, aneh bukan?"

Bambam dan Jisoo tersenyum kecil melihat sahabatnya merespon ucapan Tuan Shin, padahal sejak kemarin gadis itu tidak mau berbicara kepada siapapun.

"Aku dan Jisoo akan menunggu di luar, mohon bantuannya." Bambam berkata pada pria itu dengan membungkukkan badannya.

Pria itu mengangguk membalas dengan senyum ramah. "Akan aku usahakan."

"Apa dia pernah datang menemui?" tanya Lalisa tiba-tiba.

"Pernah, kalian bertiga juga selalu datang dalam mimpiku. Aku tidak tahu kenapa harus aku yang menjadi perantara itu." Ucapan pria itu membuat Lalisa langsung menoleh padanya. Ada sebuah senyum harapan.

"Bisa bantu aku untuk bertemu dengannya, aku ingin melihatnya sekali saja. Aku ingin meminta maaf."

Pria itu tidak langsung menjawab, tentu saja bagaimana bisa ia mengiyakan permintaan Lalisa. Ia bukan dukun atau apapun itu, ia juga tidak memiliki kemampuan untuk melihat hantu.

"Aku tidak yakin."

"Bicara padanya untuk menemuiku, aku mohon bantu aku," kata Lalisa dengan kedua mata penuh harapan.

"Nona Lalisa, aku tidak pernah berbicara pada hantu sebelumnya."

Lalisa tersenyum kecil setelah itu, menunduk ke bawah. "Mungkin dia memilihmu untuk menyampaikan pesannya, aku tahu ini tidak masuk akal, tapi aku mohon bantu aku."

The Second Togetherness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang