Ify's side ya gaes..
***
Keesokan hari nya gue pergi ke kampus untuk mengajar. Yap, karena sudah kenal dengan dosen dosen yang sebelumnya adalah dosen gue juga dulunya, jadinya tidak canggung lagi. Beruntungnya tempat penitipan anak dekat dengan kampus.
Tapi hari pertama ini, gue tetap membawa Aga bersama gue. Katanya ada yang ingin berkenalan dengan bocah itu. Hihi ada ada saja.
"Mama, nanti Aga main sama siapa disana?" Tanya anak itu.
"Ada temennya anak Mama juga. Nanti Aga kenalan ya, Nak." Dia mengangguk patuh.
Untunglah jadwal gue sudah diatur oleh sekretaris jurusan dan tadi malam sudah ada ditangan.
"Mama nanti kalau ngajar jangan galak-galak ya!" Peringat nya. Gue terbahak mendengar ucapannya. Tapi gue tetap mengangguk demi menghibur hatinya.
Karena jarak rumah dan kampus agak jauh jika tidak menggunakan kendaraan, jadilah gue harus memesan taksi online lagi.
Sesampainya di kampus gue langsung menuju kantor jurusan. Suasana yang masih sama hanya saja dekorasi atau tatanan ruangan saja yang berbeda.
"Assalamu'alaikum--,"
"Waalaikumsalam. Ehh ada bu dosen baru nih. Udah lama ga ketemu kita ya Bu." Kata bapak sekretaris jurusan. Beliau masih saja enerjik seperti dahulu. Gue tersenyum menanggapi beliau.
"Ah bapak bisa aja! Apa kabar pak Yanto?"
"Alhamdulillah, baik dong. Ify gimana? Aduh bawa buntut ternyata ya!" Seloroh nya disertai tawa dari dosen yang lain.
Setelah gue bersalaman hangat dengan mereka gue memperkenalkan Aga.
"Bapak, Ibu ini anak saya Aga Abdillah Putra. Usianya sudah lima tahun." Jelas gue sembari tersenyum.
Aga langsung menjadi magnet di kalangan para dosen tua tersebut. Mereka gemas dengan wajahnya yang lucu.
Gue pun diajak duduk bersama mereka, "jadi kamu selesai S1, langsung menikah ya Fy?" Tanya salah seorang dosen perempuan, Bu Anita namanya.
Agak berat sebenarnya membahas ini, tapi--
"Aga bukan anak kandung saya, Bu. Tapi dia sudah masuk ke dalam kartu keluarga saya sejak usia 8 bulan. Orang tuanya meninggal dunia dan mereka meminta saya untuk membawa Aga bersama saya." Jelas gue dalam sekali tarikan nafas.
Bu Anita tampak mengerti dan mengangguk paham. Dia menepuk pundak gue memberikan semangat.
"Jadi kamu belum menikah?" Praktis, gue menggeleng pelan seraya tersenyum kecil.
"Saya masih fokus berkarir dan mengasuh Aga dulu, Bu." Jawab gue santai.
"Jangan kelamaan, Lifya. Kamu itu sudah cantik, mapan, mandiri. Apalagi yang mau kamu tunggu?"
Gue nunggu dilamar sih. Ehe.
Karena sudah waktunya mengajar, gue menitipkan Aga ke Ibu Susan. Kebetulan dosen matakuliah organik itu membawa anaknya juga. Jadi Aga ada teman mainnya sementara. Untnglah anak itu mau di tinggal.
"Dadah mama!"
***
"Ok, mungkin saya rasa cukup untuk hari ini. Terimakasih atas waktunya. Sampai jumpa minggu depan ya!" Pamit gue. Sebagai dosen baru yang mengampu matakuliah kependidikan, gue tidak hanya mengajar seputar ilmu pendidikan saja. Tapi juga sebagian ilmu murni di kelas mahasiswa baru. Cukup senang bertemu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romancesebuah pertemuan yang didasari tanpa rasa, tanpa cinta dan tanpa obsesi. semudah itukah dalam berteman antara lelaki dan perempuan? . . Kepada semesta, tolong jatuhkan rasa nyaman dan berbalas ini kepada dia yang benar-benar menginginkan ku. Bukan...