Ify's Side ya gaes...
🌈🌈🌈
Gue gak habis pikir dengan kelakuan brengsek Rio, bisa-bisanya dia teler didepan rumah gue. Temen satu kosannya juga malah bawa dia kesini, kan anjing! gak ngotak. kalau ada yang curiga kan bisa gawat. iya sih, disini bisa dibilang acuh tak acuh, mau bodo amat dengan lingkungan sekitar tapi gue tetap aja was-was.
"Engh..."
Bagus, dia udah mulai sadar. 6 jam dia tertidur akibat menegak minuman berakohol itu, dan gue harus ke kampus untuk mendaftarkan ujian skripsi ke Kaprodi.
"Bangun!" bentak gue. Rio langsung tersadar akibat suara gue yang menggema dikamar. memang sih, kamar gue dibuat kedap suara. gak akan ada terdengar sampai keluar.
"Ehm, Fy--," gue pun duduk disebelahnya dan menyuguhkan sebuah susu hangat.
"Makasih Fy."
"Gue mau ke kampus. Tidur aja dulu." Kata gue dengan nada datar. gue masih kesel dengan tingkah lelaki itu yang suka seenaknya. Iya, dia minum. Sedikit berkurang respect gue kepadanya. Lagi, kenapa harus lari ke gue sih?
"Maaf, Fy--," Dia tertunduk sesal. gue menghela nafas lelah dan keluar dari kamar.
gue memasukkan laptop kedalam tas dan menyambar kunci motor.
"Fy, tunggu!"
"Apa?"
"Gue tau lo marah karena gue mabuk--,"
"Marah juga gak guna buat gue. Siapa gue harus ngelarang semua privasi elo.". sanggah gue. rio semakin menguatkan cekalan tangannya di lengan gue.
"Gue tau lo gak suka, lo kaget, lo ilfiel--,"
"Iya gue ilfiel! gue ilfiel dengan tingkah brengsek lo itu! gue gak suka lo mabuk-mabukan, Rio!" teriak gue tepat dihadapannya. tanpa menunggu apapun gue menyentakkan cekalan tersebut dan menangis di dapur.
Harusnya gue gak begini, harusnya gue bisa sewajarnya saja menyikapi apa yang dia lakukan. Tapi entah kenapa rasa sesak itu mengetuk untuk kesekian kalinya. Gue gak bisa lihat Rio terpuruk akibat renggangnya hubungan dia dan pacarnya, gue gak bisa lihat Rio melukai dirinya sendiri dengan cara melampiaskan ke minuman beralkohol. gue gak bisa..
"Ify...gue--,"
"Udahlah, lo istirahat aja dulu hari ini. Gue mau ke kampus ada urusan."
"Lo ninggalin gue?"
Hati gue udah lo tinggalin duluan tuh.
"Gak usah kayak anak kecil, mabuk aja lo bisa. Masa ditinggal sebentar gak bisa." Dia malah terkekeh lucu dan mengangguk patuh.
Lalu gue keluar dan mengambil motor. dalam perjalanan menuju kampus gue habiskan untuk mengisi kekosongan udara di paru-paru. menyiram rasa sesak dengan segumpal polusi luar meskipun tak lah sehat.
🌈🌈🌈
setelah mengurus pendaftaran ujian, gue kembali ke ruangan Pak Lukman. Karena beliau ingin bertemu dengan anak-anak bimbingannya. Gue belum tau sih ujiannya kapan, at least mungkin dalam minggu depan.
"Oi Lifya Rahma!" praktis gue menoleh ke sumber suara dan tersenyum ketika melihat siapa yang menyapa. Itu Cakka, dia temen satu prodi gue. Lagi sibuk-sibuknya mengejar waktu validasi dengan pembimbing.
"Oi Cakka! Mau kemana lo?"
"Mau kerumah Pak Suryono. Ngasih bahan validasi." Katanya sembari menunjukkan map berisi berkas penelitian.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romancesebuah pertemuan yang didasari tanpa rasa, tanpa cinta dan tanpa obsesi. semudah itukah dalam berteman antara lelaki dan perempuan? . . Kepada semesta, tolong jatuhkan rasa nyaman dan berbalas ini kepada dia yang benar-benar menginginkan ku. Bukan...