22

295 22 3
                                    

Ify's side ya gaes..

***

Kenapa sih Rio pake ngejemput segala, kan gue jadi susah buat move on! Dasar bangke tu anak. Aga malah seneng banget karena ada Rio disini. Hah, Tuhan! Rencana mu apa sebenarnya?

"Mama, tau gak sih masa Erin bilang kalau Om Rio itu Papa nya Aga!" celotehan Aga menyeruak membuat gue tersedak tak siap. Apa tadi?

"Erin nyangka kalau Om Rio Papa nya Aga, Ma. Lucu ya Erin, Ma. Padahal kan Aga udah bilang kalau Aga gak punya papa, Ma." Ada sedikit ketidaknyamanan di hati ini ketika Aga mengatakan dia tidak punya papa.

"Aga punya papa kok, Nak." Sanggah gue.

"Kata Nenek, Papa Aga udah gak ada Ma. Kalau gak ada berarti kan gak punya, Ma." Lanjutnya polos. Gue menghela nafas panjang lalu melirik Rio yang juga melirik gue.

"Aga--," Panggil Rio.

"Iya Om." Sahut anak itu.

"Aga mau punya papa emangnya?" Anak itu malah mengangguk semangat.

"Mau Om! Aga juga pengen main sama Papa kayak temen Aga di Surabaya." keinginan sederhana tapi sangat berat untuk gue kabulkan.

"Kita udah sampe nih. Ayo turun Ga!" Gue memotong terlebih dahulu supaya Rio tidak melanjutkan ucapannya.

"Tapi, Ma--"

"Turun. Kamu harus mandi udah sore ini!" kata gue tegas. Aga pun menuruti perintah gue. Anak itu menatap Rio meminta dibela.

"Ayo Aga!" gue sudah diluar dan membuka pintu untuknya.

"Ify tunggu sebentar!" gue menyuruh Aga masuk terlebih dahulu dengan memberikannya sebuah kunci.

"Apa lagi? oh iya lupa mau bilang makasih. Makasih udah jemput gue." Rio menggeleng aneh.

"Gak perlu bilang makasih. Gue cuma mau bilang, jangan ketus gitu sama Aga--"

"Tau apa lo tentang anak gue? Lo cuma orang baru di hidupnya Aga--"

"Iya gue orang baru, orang baru yang bisa bikin dia nyaman! Lo cuma perlu tau keinginan dia Fy, dia sebenarnya mau sosok Papa."

"Gue bisa jadi sosok papa untuk dia--" Rio tersenyum sinis dan mendekat ke gue.

"Gak akan pernah bisa lo ngegantiin peran seorang papa, Fy. Lo sebatas mama untuknya." Dengan dada yang bergemuruh, gue mendorong nya kuat.

"Brengsek! mau lo apa anjing?!" bentak gue kasar, sifat asli gue balik lagi seperti dulu.

Rio kembali tersenyum sinis, "Simple! Nikah sama gue dan gue bakalan ngebahagiain lo sama Aga."

"Taik! masih punya muka lo untuk minta gue balikan sama lo? Lo gila kali ya!"

"Iya gue gila karena lo Lifya! Gue cuma mau bilang kalau gue tulus dan bener-bener cinta sama lo! gak ada alasan kenapa demikian. Gue mau jadi bagian dari hidup lo!"

anjir, lamaran macam apa ini? meskipun gue deg-degan setengah mati sekarang, gue gak mau gegabah dalam menjawab.

"Halah bulshitt! Lo udah ada pacar ngapain lagi sama gue sih! Udalah gue mau masuk, jangan ganggu gue dan Aga!" tanpa pikir panjang gue pun berlari ke rumah meninggalkan Rio dengan sejuta airmata yang mulai bergelimang di pelupuk mata.

"Mama--" Aga memanggil gue dan penuh kelirihan. Dia berlari dan memeluk gue yang terduduk di ruang tamu.

"Mama kenapa, Ma?" tanya nya panik.

"Gak papa sayang, mama baik-baik aja kok."

"Tapi mama nangis, kenapa Ma?" gue menggeleng tegas lalu menatap Aga lamat-lamat.

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang