8

444 24 9
                                    

Rio's side..

🌈🌈🌈

Gue melampiaskan kekesalan dengan cara instan. Gue melukai diri sendiri dengan menerima ajakan teman gue untuk hangout di salah satu bar. Minum, adalah tujuan gue saat ini.

Gue benci, gue muak karena Joana menduakan gue selama ini. Dia gak jujur selama 6 bulan terakhir, ternyata dia punya orang lain disana. Apa yang gue rasakan terhadap nya memang benar. Bitch!

Sudah enam botol gue habiskan untuk mengurangi kekesalan tapi tetap saja gue merasa gak baik-baik saja.

"Bro, gue bawa lo pulang aja ya! Udah hangover gini elo nya!" kata Tristan, temen kos gue.

"Gak, gue males pulang!" bentak gue kasar. Gue masih betah disini. Pulang rasanya gak membuat gue nyaman. Terlebih dikosan gue bakalan teringat Joana.

"Kalau gitu pulang kemana kek! Gue capek, pengen tidur." katanya lagi. Gue menghela nafas berat. Sudah pukul 3 pagi dan hampir mendekati setengah 4 pagi.

"Anterin gue ke tempat temen gue aja." pinta gue. Tristan mengangguk patuh setelah gue menyebutkan alamat rumah yang dituju.

Selama perjalanan kesana, gue memilih untuk diam menetralkan isi hati. Karena entah kenapa gue menginginkan dekat dengan orang tersebut dibanding pulang ke kosan.

🌈🌈🌈

Pukul 9 pagi gue terbangun di sebuah kamar yang begitu asing. Ada sosok perempuan yang sudah berdiri kaku sembari menyuguhkan segelas susu.

Bangun pun karena bertakan dari dia.

"Makasih Fy." Ujar gue pelan.

"Gue mau ke kampus. Tidur aja dulu." kata nya. Iya, Ify langsung berucap datar tak seperti biasanya.

"Maaf, Fy--," Gue tertunduk menyesal. Gadis itu terlihat murung lalu keluar dari kamar dan dengan cepat gue pun menyusulnya.

Setelah menyumpahi apa yang ia rasakan, Ify menangis tanpa diminta. Gue gak tega melihat dia seperti itu. Dia mengkhawatirkan gue ternyata. Ada rasa hangat yang menjalar dihati ini ketika melihatnya murka. Eh.

Tanda sayang gak sih?

Ify langsung pamit ke kampus dan menyuruh gue untuk  beristirahat saja dirumahnya. Kembali gue rasakan sebuah rasa kehilangan. Aneh sekali.

🌈🌈🌈

Ify kembali ke rumahnya menjelang magrib. Asli, baru kali ini gue melihat dia pakai baju daster. Apalagi bahannya. Anjing! Gue normal dan horny seketika.

"Rio."

"Ayo makan." Gue memintanya untuk menarik gue tapi yang ada dia yang terjatuh menindih gue. Haha rasain.

Dia meronta minta dilepaskan tapi gue semakin erat mengurungnya. Hey sayang! Lo gak tau ada sesuatu yang bangun dibawah sini?

"Kita coba satu ronde yuk, Fy!" Mampus gak tuh!

"Rio, astaga! Lo becanda nya jangan begitu dong!" sentaknya tak Terima. Gue tersenyum sinis dan mencoba terus memaksanya.

"Kalau mau cari pelampiasan bisa gak jangan ke gue?" Gue terdiam. Ify benar, seharusnya becanda gue gak keterlaluan. Bisa saja Ify berpikir kesana meskipun gue gak bermaksud demikian.

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang