Ify's side ya gaes...
***
Pukul 2 sore, gue ke kampus nya Rio bersama Via, Shilla, Alvin dan Gabriel. Yah, bisa ditebak gue jadi obat nyamuk diantara mereka. beruntungnya kali ini gue gak satu mobil sama dua pasang sejoli itu. gue lebih memilih naik taksi online, tapi sayang saat dikampus Rio gue malah jadi obat nyambuk. malesan banget deh.
Rio sedang mengurus ruang ujian bersama teman-temannya. gue gak bisa ikut campur karena belum tau lingkungan disini, tapi gue udah kasih dia dopamin kok biar dia bisa semangat lagi. Dan Rio juga tidak keberatan sama sekali.
"Jadi, Ify...lo sama Rio udah jadian nih?" Tanya Alvin disertai kerlingan jahilnya. gue mendelik tak santai dengan pertanyaanya itu.
"Menurut lo gimana? Apa gue sama Rio terlihat seperti orang pacaran?" Tanya gue balik. pemuda itu malah tertawa bersama pasangan nya. Via menggeleng heran melihat kami.
"Jangan dijailin gitu, Vin. Dia malu-malu kucing gak mau ngaku. Padahal Rio sendiri udah cerita." Gue melotot tak percaya, kapan Rio ngasih tau nya coba? Ah, parah sih ini.
"Apaan? Gak ada kok!" Elak gue. gue masih aja takut.
"Buat apa lo ngelak sih, Fy? Tadi pagi Rio udah cerita ke kita berdua. Dan ya, gue tau alasan lo gak mau ngasih tau ke kita berdua apa. Gue sama Shilla bisa maklum kok, secara Joana juga teman kami. Tapi itu sekali lagi, bukan salah lo kok. Lo gak merebut dan kalian jadian juga pas Rio dan Joana udah selesai." Jelas Via yang membuat gue merasa tenang seketika. overthinking yang gue alami beberapa waktu terakhir sirna begitu saja. Dasar aku.
"Akhirnya Ify yang udah lama punya banyak skandal punya pacar juga!" celutuk gabriel. gue agak kesel sih dibilang punya skandal begitu.
"tau ah, bodo amat Gab. Serah lo aja dah!" keluh gue kali ini. Setelah dirasa cukup, gue kembali hening sampai akhirnya suara Rio menginterupsi kami.
"Ayo masuk kalian!" Kata Rio. Gue hanya diam saat dia menggandeng tangan gue. suara cuit-cuitan teman-temannya membuat gue tak berkutik alias malu. Tapi lelaki itu tetap cuek seperti biasa.
"Ini kue Lo." Gue mengangsurkan satu kantong plastik putih yang berisi kotak snack.
"Bantuin gue di dalem ya?" Pintanya pelan, mau tak mau gue mengangguk saja. Rio membawa gue ke ruang komprehensif nya. ruangan yang berbeda dengan yang ada di universitas gue tentunya.
"Tolong susun disini aja, Fy". Kata Rio sembari menunjuk meja panjang yang dihadapkan pada papan tulis. gue asumsikan bahwa meja tersebut tempat para penguji.
"Proyektor sama laptop aman kan?" tanya gue.
dia tersenyum kecil seraya mengangguk, "aman kok sayang." dada gue berdesir mendengar panggilan tersebut. ada yang tak biasa yang gue rasakan. entahlah, apa mungkin statusnya yang sudah berbeda?
"Kalau gitu gue keluar dulu, ya! semangat pokoknya, janga grogi ya." Bisik gue sembari memeluknya erat. Rio mencuri kecupan dibibir gue, dasar mesum. Dia selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan.
tanpa pikir panjang, gue mencubit lengan kekar nya. "Sakit, Fy!" desisnya.
"bodo amat! Siapa suruh nyambar gitu aja!" semprot gue. dia malah tertawa lepas seperti tak merasa bersalah. kalau ketahuan sama orang lain kan bahaya.
lekas saja gue keluar dari ruangan itu sebelum Rio menahan gue lebih lama. Tapi ponsel gue bergetar panjang menampilkan id call Mama.
"Hallo, Ma!"
"Hallo, Fy. Kamu lagi dimana, Nak?"
"Aku di kampus, Ma. kenapa Ma?"
"Bian bilang, dia udah nyampe Surabaya. Dia mau susul kamu ke Padang. Daripada dia nyusul kamu, mending kamu yang pulang ke sini, Nak. Kasian dia baru datang harus nyusul kamu gitu." Gue menghela nafas berat. Lagi-lagi nama itu menyeruak membuka kenangan lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romancesebuah pertemuan yang didasari tanpa rasa, tanpa cinta dan tanpa obsesi. semudah itukah dalam berteman antara lelaki dan perempuan? . . Kepada semesta, tolong jatuhkan rasa nyaman dan berbalas ini kepada dia yang benar-benar menginginkan ku. Bukan...