23 (LAST PART)

419 21 5
                                    

Semuanya berjalan begitu saja. Semua dipermudah oleh Semesta. Ify menerima lamaran bak ajakan pergi main itu. Dia juga sudah berdiskusi dengan keluarga nya yang ada di Surabaya. Tak tanggung-tanggung Ify terbang ke kampung halaman nya untuk meminta restu kedua orang tuanya disamping Rio juga ingin bertemu dengan mereka.

Disinilah mereka sekarang, di kantor KUA guna mengurus semua berkas pencatatan pernikahan. Ify terpaksa mengambil cuti awal nya, padahal ia baru saja mengajar sekitar 2 bulan lamanya. Tapi pihak jurusan dengan senang hati mengabulkan cuti nya, alhamdulillah.

"Scan KTP nya udah belum?" Tanya Ify, dia bisa dibilang panik karena hari pernikahan mereka akan diadakan tiga Minggu dari sekarang. Terlalu singkat, pikirnya.

"Udah sayang, kamu jangan stress sendiri gitu dong." Kata Rio menenangkan. Ify menghela nafas lega, banyak yang ia pikirkan. Termasuk Aga yang belum bertemu dengan nya dua hari ini. Iya, Aga pulang ke rumah keluarga kandungnya. Ke rumah orang tua almarhum Bian.

"Kamu kenapa? Kok panikan gitu? Semua udah selesai kok, kan udah di bantu sama WO juga." Kata Rio lagi.

"Banyak yang aku pikirkan, mahasiswa ku, Aga apalagi--,"

"Hey, jadi kamu gak mikirin aku nih?" Ify berdecis malas.

"Buat apa mikirin kamu sih? Udah didepan mata gini kok!" Rio langsung terbahak mendengar jawaban calon istrinya itu.

"Yakin nih gak mikirin aku?" Goda nya. Ify hanya diam tak ingin menjawab. Sejujurnya dia sedikit berdegub digoda seperti itu oleh Rio. Dasar tua bangka. Usia sudah mau kepala tiga tapi masih saja bersikap seperti anak ABG. Lucu sekali.

"Kita mampir dulu ke tempat baju ya, ada yang mau aku ubah sedikit."

"Mau ubah apa?" Tanya Rio. Pasalnya Ify memang sudah merancang gaun pengantin impiannya sejak dirinya melamar gadis itu.

"Bagian bahu nya aku agak kurang suka sih, waktu itu udah dibilang ke mbak nya cuma kayaknya belum diganti deh." Katanya sedikit menggerutu sembari memperlihatkan foto berupa gaun pengantin.

Rio mengangguk paham lalu melakukan mobil nya ke arah butik tempat mereka memesan baju pengantin.

Sesampainya disana, mereka sudah disambut langsung oleh pemilik butik. Ify pun mengutarakan niat awalnya untuk mengubah desain yang ia kehendaki. Untunglah desain tersebut bisa diterima dan akan diselesaikan dalam waktu satu hari.

"Untuk Mas Rio mau diubah juga jas nya?" Rio menggeleng tegas.

"Enggak perlu, Mbak. Udah cukup dan pas kok!" Jawab Rio. Demi tidak menambah kerja mereka, pikir Rio. Baik sekali ya.

Setelah dari butik, mereka kembali ke rumah. Selama di Surabaya, Rio menginap di rumah Ify. Mereka sepakat tidak memakai banyak acara adat karena kesibukan yang melanda serta cuti yang diambil bukan lah cuti yang panjang.

"Hah, capek banget sumpah!" Keluh Rio. Ify ke dapur mengambilkan minum untuk calon suaminya itu.

"Gimana pengurusan surat-suratnya?" Tanya Papa nya Ify.

"Alhamdulillah sudah selesai semua, Om. Tinggal di jemput lusa ke sana." Papa Ify mengangguk paham.

"Jadi setelah menikah kalian akan menetap di Padang? Gak berniat untuk pindah ke sini?"

"Iya, Om. Pekerjaan Rio juga masih panjang kontraknya disana. Lagi pula Ify juga baru mengajar, dia sudah susah payah untuk bisa mengajar disana. Sayang rasanya kalau secepat ini pindah." Jelas Rio. Om Frans, papa Ify setuju saja dengan keputusan calon menantunya. Bagaimanapun mereka yang akan menjalankan. Sebagai orang tua dia hanya bisa membantu mengarahkan jika mereka keliru atau butuh bantuan.

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang