"Woi manten baru!!"
Rio dan Ify praktis mengedarkan pandangannya ke sumber suara. Suasana bandara yang hingar bingar membuat mereka sedikit sulit mencari di manusia peneriak itu.
"Mama itu disana!" Kata Aga sembari menunjuk sosok yang sedang melambaikan tangan kepada mereka.
"Ah Shilla rupanya." Imbuh Rio. Ify mengangguk singkat lalu menyusul Shilla yang ternyata menjemput nya ke bandara.
"Wagelaseh! Baru kemarin resepsi udah balik aja ke sini." Ujar Shilla setelah mereka berpelukan hangat melepas rindu.
Ify mengibaskan tangannya, "Kerjaan nunggu, lagian kita gak ngambil cuti panjang juga." Jawab Rio.
"Anyway, maaf ya gak bisa datang ke sana. Anak gue kemarin itu sakit. Jadi rawan mau dibawa jalan jauh. Nanti kenapa-kenapa kan susah."
Rio dan Ify kompak mengangguk, "it's ok beb, kami paham kok. Disini bakalan ada acara kecil-kecilan juga rencananya."
"Iya. All is fine, Shilla." Sambung Rio.
"Ma, Aga ngantuk." Celutuk anak itu. Rio dengan sigap menggendong Aga dengan sebelah tangan sedangkan tangan yang lainnya membawa koper.
"Ayo kita langsung pulang aja." Kata Rio. Lelaki itu berjalan terlebih dahulu ke parkiran dimana mobil Shilla berada.
"Tuh lihat! Husband able banget gak sih dia itu!" Bisik Shilla kepada Ify. Perempuan itu hanya bisa tersenyum malu karena perlakuan Rio. Dia bisa merasakan betapa sayangnya Rio kepada Aga. Anak angkat mereka.
"Alhamdulillah. Berarti pilihan gue gak salah dong ya!" Kata Ify. Shilla pun memberikan kedua jempol nya, memuji pilihannya.
***
Sesampainya dirumah, Aga langsung dibawa ke kamar oleh Rio. Anak itu sangat pulas sekali tidurnya. Tak heran jika sepanjang jalan dengkuran halus menjadi saksi bahwa Aga memang lelah.
"Malam ini kita delivery aja ya. Besok baru belanja, pas aku pulang kampus." Kata Ify.
"Iya gapapa. Lagian capek juga kalau mau masak."
Tanpa pikir panjang, Ify pun memesan makanan untuk makan siang dan makan malam.
Pengantin baru itu kompak membereskan koper dan barang-barang yang mereka bawa dari Surabaya. Tak hanya itu, tapi juga menata kembali semuanya dengan rapi.
Tiba-tiba ponsel Rio berdering panjang, menampilkan id call Valdo. Ah, iya lelaki bujang itu masih di berada di Surabaya.
"Hallo Valdo."
"Hallo Rio, kalian udah sampai?"
"Udah, ini lagi beres-beres juga. Kenapa?"
"Ooh bagus lah. Ehmm...tapi ada sedikit kerjaan buat lo besok." Lanjut Valdo di sana. Dahi Rio berkerut tiga mendengar penuturannya.
"Kerjaan apa?"
"Soal rancangan gedung tipe A dan B yang waktu itu sebelum lo cuti. Mereka mau ngadain pertemuan sama kita. Tapi gue besok baru take off dari sini siang. Lo bisa dateng kan gantiin gue. Tenang aja, sekretaris gue juga bakalan ikut kok." Rio menghela nafas berat, sebenarnya lelah tapi karena ini pekerjaan wajib untuk nya. Apalagi dia yang merancang bangunan tersebut, mau tak mau dia harus datang.
"Oke. Jam berapa dan dimana?"
"Fix ya lo bisa! Besok jam 2 siang di Aksana. Laila bakalan kontak elo besok sebelum berangkat. Berkas udah sama dia, nanti biar gue yang bilang ke dia buat kirim ke elo." Jelas Valdo lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romancesebuah pertemuan yang didasari tanpa rasa, tanpa cinta dan tanpa obsesi. semudah itukah dalam berteman antara lelaki dan perempuan? . . Kepada semesta, tolong jatuhkan rasa nyaman dan berbalas ini kepada dia yang benar-benar menginginkan ku. Bukan...