Rio's side ya gaes..
***
Gue mengerang kesal saat Valdo meminta gue menemaninya bertemu dengan teman lamanya. Dengan tidak tau sopan santun ya Valdo datang ke rumah gue dan mengatakan bahwa gue harus ikut dengannya. Bangsat sekali kawan!
Dia juga mengatakan kalau temannya ini akan bekerja di sini, di kota ini. Ya apa peduli gue sih?
Semenjak beberapa tahun terakhir gue menjadi orang yang tidak peduli kepada sekitar, itu kata teman-teman bahkan keluarga gue sendiri. Tapi gue ga peduli soal itu. See memang kan.
"Buruan siap-siap Rio!! Lo lelet banget macem siput!" Ledeknya. Gue berdecis malas tapi tetap menuruti permintaan nya. Itulah anehnya gue.
"Kenapa gak lo sendiri aja sih? Kan lo bisa berduaan sama temen lo itu." Kata gue
Valdo terkekeh keras, dia seolah menertawakan omongan gue.
"Jancok! Berduaan? Bertiga yang ada. Temen gue udah punya buntut kali." Dahi gue berkerut bingung saat dia mengatakan kiasan tersebut.
"Lah, kenapa ga sama suami nya aja sih? Ngerepotin banget sumpah!"
Valdo menghela nafas berat, dia pun tak menjawab pertanyaan gue. Ya udah lah ya.
Sesampainya di bandara, Valdo tampak menghubungi temannya itu. Tapi tak diangkat. Jadi kami menyusuri pintu kedatangan.
"Lo coba telfon lagi dong!" Valdo mengangguk sembari menghubungi temannya itu.
"Gak di angkat ini. Mungkin lagi ngambil bagasi kali ya!" Terkanya. Gue mengedikkan bahu lalu dia mengajak gue ke foodcourt bandara.
Gue bertugas mengantre makanan sedangkan Valdo mencari tempat duduk.
Setelah memesan, gue pun menghampiri Valdo tapi ponsel gue malah berdering.
Id call Dahlia terpampang di layar ponsel. Gue menghela nafas berat. Ada apalagi sih?
"Hallo."
"Hallo sayang! Kamu lagi dimana? Kok gak ke kantor hari ini?"
"Aku lagi bandara nemenin Valdo. Hari ini aku emang gak masuk. Kamu lupa jadwal aku?" Semprot gue. Dahlia ini selain pacar gue, dia juga menjadi asisten gue.
Sudah tiga tahun belakangan gue bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang real estate. Beruntung nya posisi gue sebagai arsitek sesuai passion gue, jadi jam kerja nya ya ngikutin diri gue sendiri. Enak kan? Iyalah, kan yang punya perusahaan temen sendiri.
"Jemput siapa?" Tanya Dahlia.
"Temen nya. Udah dulu ya!"
"Sayang, tapi--" Panggilan itu gue putuskan saja secara sepihak tanpa menunggu Dahlia berbicara.
Gue melihat Valdo yang sudah mendapatkan meja, tapi tunggu dia sedang bersama anak kecil. Dan mereka terlihat dekat sekali.
Anak itu terlihat menggemaskan dari jauh,
"Aga sama siapa Nak?" Gue mendengar seorang perempuan menghampiri mereka. Mungkin kah itu ibu nya?
"Valdo!" Panggil gue. Valdo menoleh dan kemudian menatap lagi perempuan itu. Karena penasaran gue langsung menghampiri mereka. Iya, karena gue gak bisa melihat wajah perempuan itu.
Betapa terkejut nya gue saat tau bahwa perempuan itu adalah perempuan dari masa lalu gue. Kami bersitatap lama. Gue memindai semua yang ada padanya.
Demi Tuhan, gue bertemu kembali dengan Ify. Dunia gue yang tadinya terasa suram seolah perlahan menampakkan cahaya remangnya. Gue,, gue merindukan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romancesebuah pertemuan yang didasari tanpa rasa, tanpa cinta dan tanpa obsesi. semudah itukah dalam berteman antara lelaki dan perempuan? . . Kepada semesta, tolong jatuhkan rasa nyaman dan berbalas ini kepada dia yang benar-benar menginginkan ku. Bukan...