Rio's side...
🌈🌈🌈
Hari ini Lifya selesai ujian skripsi. Dia berhasil menangguhkan ujian tersebut dengan apik. Gue bangga dengan gadis itu.
Dari pagi hingga sore hari gue menemaninya, tak heran banyak yang menyangka bahwa gue adalah kekasih Lifya. Hah, padahal bukan. Cuma entah kenapa gue menyukai pertanyaan berkedok ledekan itu.Sedangkan Lifya hanya merespon seadanya. Iya, sederhana jawaban gadis itu.
"Bukan, dia temen gue kok. Temennya Shilla sama Via malah." Apa ya...seolah-olah gue hanya orang baru bagi nya. Tapi toh kenyataan nya memang begitu, gue baru dikehidupan Ify.
"Fy--," Panggil gue. Sekarang kami sudah berada di rumah gadis itu. Banyak sekali yang memberikan bingkisan untuk nya.
"Kenapa Rio?"
"Gue pulang dulu ya, mau mandi."
"Oh iya, makasih banyak ya udah bantuin gue hari ini." Katanya sembari tersenyum manis. Gue membalas senyum itu dengan anggukan singkat.
Kemudian gue pulang ke kosan. Tapi saat sampai di kosan, ada sebuah pesan singkat masuk dari Joana. Gadis itu, mau apa sih?
Joana Gatri : Rio, maaf selama ini aku ngecewain kamu. Maaf untuk semua kesalahan aku. Aku berharap setelah ini hubungan kita tetap baik-baik saja. Kamu bahagia dengan pilihan kamu, begitupun aku. Aku mau menikah besok dengan calon pilihan orang tua ku. Baik-baik di Padang ya! Semoga kamu sehat selalu.
Dada gue terasa sesak membaca pesan tersebut. Ternyata jawaban jelas dari putusnya hubungan kami adalah, dia di jodohkan oleh orang tuanya. Jadi apa artinya kebersamaan kami selama hampir empat tahun lamanya ini?
Kenapa orang tuanya malah welcome dengan gue, kenapa kedua keluarga sudah saling mengenal sejauh ini malah tidak bisa berjodoh? Ah, damn it!
Gue gak membalas pesan tersebut. Gue memilih mandi untuk menyegarkan otak. Karena sekarang antara gue dan Joana sudah selesai.
Bangsat emang!🌈🌈🌈
Setelah mandi, gue pun mengecek ponsel. Ternyata ada satu panggilan tak terjawab dari Bunda. Tanpa pikir panjang, gue menghubungi beliau kembali.
"Hallo, Bunda. Apa kabar?"
"Ario, sayang! Kabar bunda baik, Nak. Kamu tadi kemana?"
"Aku baru selesai mandi, Bun."
"Kamu tadi ke kampus?"
"Enggak, Bun. Tapi aku ke kampus temen ku, bantuin dia ujian skripsi."
"Oh ya? Siapa? Via ya atau Shilla?" bunda memang sudah mengenal kedua gadis itu, tak heran kalau Bunda langsung menanyai mereka.
"Bukan, Bun. Ini teman mereka. Udah jadi teman ku juga sih. Hehe." Jawab gue lucu. Bunda ikut terkekeh di seberang sana.
"Siapa namanya?".
" Lifya, Bun. Lifya Rahma namanya." Kata gue kalem.
"Nama yang cantik--"
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romancesebuah pertemuan yang didasari tanpa rasa, tanpa cinta dan tanpa obsesi. semudah itukah dalam berteman antara lelaki dan perempuan? . . Kepada semesta, tolong jatuhkan rasa nyaman dan berbalas ini kepada dia yang benar-benar menginginkan ku. Bukan...