Ify's side ya gaes..
🌈🌈🌈
Keesokan paginya, gue bangun duluan dan bergegas untuk pulang bersih-bersih. Saat akan keluar kosan, gue baru ingat kalau motor gue ada di kosan sebelah. Alhasil, gue minta tolong ke Via untuk menjemputnya.
"Dia baik tau, Beb! Lo aja yang minta." kata Via. Gue meringis mendengar ucapannya itu. Bukannya apa-apa, gue itu kalau ketemu cowok baru agak takut-takut gak jelas. Suka aneh sendiri, gak tau kenapa.
"Lo aja deh. Kan elo yang nitipin kesana. Gue bilang makasih aja deh ke dia." balas gue.
Via mendelik malas lalu pergi ke kosan sebelah. Sedangkan gue menunggu di depan.
"Rio! Selamat pagi!" via mengetuk pintu kosan lelaki itu.
Tak lama pintu terbuka dan menampilkan sosok lelaki yang masih awut-awutan tapi terlihat seksi menurut gue. Eh gimana gimana?
"Sorry ganggu tidur lo, gue mau ambil motor temen gue."
Lelaki itu menatap gue sekilas dan mengangguk patuh. Gue jadi gak enak dengan dia, tuh kan gue tuh orangnya suka gak enakan dengan orang lain.
Rio mengeluarkan motor gue dan memberikannya ke Via, "Makasih ya Rio. Lo tidur lagi deh!"
"Iya sama-sama."
"Ehm...thanks ya Rio." kata gue pelan namun masih didengar oleh nya.
Lelaki itu tersenyum manis dan mengangguk santai. Lalu dia masuk ke kosannya.
"Nih motor lo! Dah pulang sana, nanti kesini lagi ya!"
"Ga janji ya! Do'ain gue ketemu dosbing hari ini pokoknya."
"Pasti! Semangat beb!"
Kemudian gue pun pulang dengan hati yang sedikit tenang. Kenapa tenang? Karena setelah melihat Rio yang menatap gue tadi, gue sedikit takut dengan tatapan tajam nya. Meskipun ada senyum yang membingkai wajahnya.
🌈🌈🌈
Pukul 11 lewat 10 menit gue masih bertandang di kantor dosen gue. Sudah satu jam lebih gue menunggu disini. Tapi si bapak belum juga datang, gue harus bersabar. Sabar, Fy.
"Hei kamu!" Gue menoleh ke sumber suara.
"Saya Pak?" beliau mengangguk. Gue tau nama beliau adalah Pak Hikman, staff ahli dosbing gue di kantor nya.
"Nama kamu siapa?" Udah satu jam lebih disini, baru ditanyain nama. Kenapa sih si bapak?
"Ify, Pak."
"Anak bimbingannya Pak Lukman?" gue mengangguk, iyalah. Kalau gak anak bimbingan Pak Lukman, ngapain gue disini?
Aduh, ini mulut lemes banget sih.
"Kamu semester berapa?"
"Akhir, Pak." jawab gue kalem.
"Sudah menghubungi Pak Lukman?" Sebenernya belum, cuma gue udah janji mau ketemu di kantornya aja.
"Udah, Pak. Kata Pak Lukman tunggu aja di kantor." Pak Hikman tampak mengangguk mengerti lalu beliau pun melanjutkan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romancesebuah pertemuan yang didasari tanpa rasa, tanpa cinta dan tanpa obsesi. semudah itukah dalam berteman antara lelaki dan perempuan? . . Kepada semesta, tolong jatuhkan rasa nyaman dan berbalas ini kepada dia yang benar-benar menginginkan ku. Bukan...