13

422 22 0
                                    

Ify's side ya gaes..

🌈🌈🌈

Demi apa gue udah jadian sama Rio. Setelah menunggu dia putus, dia move on, dia akhirnya ngaku kalau dia punya perasaan khusus kepada gue. Gue gak percaya tapi memang begini adanya.

Sudah satu bulan kami menjalin kasih sebagai sepasang kekasih dan selama itu pula kedua sahabat gue gak tau hubungan gue dan Rio. Lebih tepatnya gue yang gak mau bilang ke Via dan Shilla soal ini. Gue takut mereka berpikir kalau gue menjadi alasan retaknya hubungan Rio dan joana dimasa lampau lantaran selama beberapa bulan sebelum mereka putus, gue sering bersama Rio. Sehingga interaksi yang intens itu menimbulkan suatu rasa nyaman yang mengalihkan segalanya. Bukan begitu?

Satu bulan berlalu pula gue menemani Rio untuk mengurus sidang skirpsi nya. Dia sangat getol lantaran ingin pulang ke Malang atas desakan orang tuanya, tentu saja.

"Ifyyy!" Panggil Via dan Shilla. Mereka berlari ke arah gue yang sekarang sedang mengedit jurnal yang harus segera di publikasi.

"Kenapa?" Tanya gue heran. Mereka pun duduk di samping gue sembari memberikan minuman dingin. Ah, baiknya sayang ku!

"Si Rio kan mau kompre tu nanti sore. Kita ikut ke kampus nya nih?" Tanya Shilla. Gue mengedikkan bahu tak acuh. Sebenarnya gue juga bingung, Rio memang gak ada meminta gue untuk menemaninya ujian. Tapi sebagai seseorang yang sudah terikat selangkah dengannya, apa gue harus kesana? Ini gue lagi nunggu kode dari dia sih sebenernya. Hihi

"Gak tau deh! Emang dia bilang ke lo pada?"

"Ada sih tadi malem. Dia bilang kompre nya jam 3 sore, terus nyuruh kita nemenin dia." Lanjut Via. Gue mengangguk saja. Mungkin memang harus kesana.

"Lo ikut kan Fy?"

"Iya ikut." Jawab gue santai. Via dan Shilla tersenyum puas. Mereka berdua akan membawa pacar masing-masing. Siapa lagi kalau bulan Alvin dan Gabriel.

Setelahnya gue cuma bisa diam, berusaha untuk fokus pada kerjaan.

"Lo sama Rio udah jadian ya Fy?" Tiba-tiba Via bertanya hal seperti itu ke gue. Praktis, gue menoleh kepadanya dengan tatapan kaget.

"Jadian...?" Dia malah mengangguk.

"Soalnya gerak gerik kalian itu intim banget tau gak sih! Gestur dia ke elo juga gak kayak biasanya."

"Kayak biasanya emang gimana, Via?" Tanya gue disertai kekehan pelan. Asli, gue takut kalau mereka tau. Gue gak siap untuk dihujat.

"Kalau biasanya kan ya gitu--," Via tampak kesulitan menjelaskan maksud nya sendiri. Dia melirik shilla meminta bantuan.

"Gini deh, gue bantu lo inget-ingetin gimana perlakuan Rio ke gue selama beberapa bulan gue kenal dia. First, dia emang sering ngajak gue pergi kan? Second, dia emang manja gak ketulungan sama gue. Kayaknya gue emang ditakdirkan selalu mudah dekat dengan cowok deh--," Tanpa pikir panjang, Via menghadiahkan sebuah cubitan dilengan gue sementara Shilla menjitak kening gue. Lumayan sakit loh itu!

"Kepedean banget sih lo!" Desis nya kesal. Gue tertawa lucu melihat mereka.

"Lah iya kan? Kalian bisa lihat dia gimana ke gue. Terus--,"

"Terus dia makin lengket sama lo." Akhirnya gue menghela nafas berat.

"Gini deh, emang ada yang salah kalau gue sama dia punya something spesial? Apa kalian bakal berpikir kalau gue jadi orang yang merusak hubungan Rio dan Joana kemarin?" Mereka terdiam.

"Kalian tau kalau misalkan putus nya mereka itu karena Joana punya orang lain. Rio juga udah cerita." Lanjut gue. Secara tidak langsung gue mengeluarkan uneg-uneg gue ke mereka. Gue capek di curigai terus. Gue cuma mencoba untuk bersikap sewajarnya saja dengan Rio selama ini, terlebih ketika dia masih dengan Joana.

Tapi gue tetaplah seorang perempuan, yang meskipun mengeraskan hati ketika didekati laki-laki akan luluh juga. Gue tetap baperan, gue tetap mengharapkan sesuatu yang lebih. Padahal gue tau gak akan bisa terjadi saat itu.

"Jadi kalian gak suka gue deket sama rio?" Tanya gue to the point.

"Bukan gitu, Fy. Kami berdua juga pengen tau gimana perasaan lo ke Rio. Soalnya nih ya...gue sama shilla semenjak pulang pengabdian itu udah liat dia happy banget, dia juga sering ngasih perhatian lebih ke elo. Even itu hal hal yang kecil malah. Hey, bukannya gue cemburu, bukan! Cuma ya kok care nya pedes banget ke elo gitu. Ketimbang ke gue atau shilla yang notabene nya temen mereka juga. Ke elo itu over loh, Fy." Jelas Via. Gue menghela nafas panjang.

"Gue bersyukur malah kalau emang dia udah move on, apalagi move on nya ke elo. Artinya elo emang yang terbaik buat dia. Pacaran lama juga gak menjamin dia terbaik buat lo kan." Lanjut Shilla disertai senyuman teduhnya. Gue membalas senyum itu sedikit kaku.

"Gue mau pulang ke Surabaya setelah Rio selesai ujian. Kebetulan dia juga mau pulang ke Malang. Jadi sekalian aja." Kata gue mengalihkan pembicaraan. Demi Tuhan gue gak siap mau jujur ke mereka.

Via dan shilla kaget, tentu saja. Mendadak menurut mereka. "Kenapa pulang, Fy?"

"Loh emang kalian aja yang boleh pulang kampung?" Tanya gue heran. Mereka menggeleng cepat. Gue malah terbahak.

"Rumah gue gak cuma di Bukittinggi, gaes. Rumah gue yang sebenernya itu ya di Surabaya sama di Makassar." Kata gue lagi.

"Gak akan lama kok pulangnya. Gue juga musti nyelesaiin urusan yang lain di sini." Kemudian mereka mengangguk patuh.

Bersamaan dengan itu, ponsel gue bergetar singkat pertanda pesan masuk.

Ario : Fy, nanti lo jadi kan bantuin gue? Gue masih nagih janji lo waktu itu loh!

Dasar Rio, masih ingat aja dia sebulan lalu pasca gue kompre. Gue pernah bilang ke dia kalau gue bakalan bantuin dia. Dan sekarang ini anak malah nagih beneran.

Lifya : iya. Nanti gue, Via dan Shilla bakalan bantuin elo.

Perihal snack gue sudah memesankan kemarin, lantaran lelaki itu menyerahkan semuanya ke gue.

Mas Bian : dek, mas kangen.

Gue mengatupkan bibir rapat-rapat membaca pesan masuk setelah nya. Tanpa membalas pesan tersebut, gue memasukkan ponsel ke dalam tas. Lalu melanjutkan obrolan dengan Via dan Shilla.





🌈🌈🌈






#SalamAnakRantau

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang