4

573 29 0
                                    

Ify's side ya gaes. .

🌈🌈🌈

Gue masih terpaku lantaran suara maskulin itu menyeruak memenuhi pendengaran gue. Sampai Via menyentak semuanya, barulah gue tersadar.

"Ify, ayo cepetan! Itu Rio udah siap loh." Damn you Vi! Untung sohib.

"Eh iya pulang kok ini." Gue sedikit tergagap lalu membiarkan Rio menaiki motor gue. Setelahnya gue pun duduk di belakang dia.

Perjalanan menuju kontrakan terasa lama menurut gue, adalah karena Rio yang terlalu lama membawa kecepatan motor malam ini.

"Lo temenan sama Via sejak kapan?" tanya Rio tiba-tiba.

"Udah sejak maba."

"Awet ya!" Gue cuma berdehem singkat.

"Lo anti sama gue apa gimana, Fy?" Pertanyaan yang menyentil dan menyinggung sebenarnya. Tapi itulah adanya.

"Enggak anti. Cuma kalau sama orang baru, gue emang agak kaku gitu."

"Kata Via lo gak gitu, dia bilang lo asik, humble suka nyablak." Mau tak mau gue tersenyum kecil, mungkin terlihat oleh Rio dari kaca spion.

"Gue berlaku demikian ke orang-orang yang udah kenal gue lama, Rio."

"Berarti ke gue juga bisa begitu?"

"Bisa, mungkin kalau kita udah lama berteman." sahut gue yang tidak tau apa artinya.

Tak ada lagi pertanyaan dari lelaki itu. Hingga motor pun  berhenti tepat di depan halaman rumah.

"Lo tinggal sendirian?"

"Iya. Kenapa?"

"Boleh mampir dong gue?" Praktis, gue terkekeh pelan lalu mengangguk santai.

"Boleh lah. Siapapun boleh bertamu dan main ke rumah gue. Asal bawa makanan aja."

Rio berdecak kecil, "Harusnya elo sebagai tuan rumah yang menyediakan. Bukan tamu yang bawa!" katanya membantah.

"Harusnya tamu yang sadar diri kalau datang itu ya bawa makanan, menyenangkan hati si tuan rumah." bela gue tak mau kalah.

Kami sama-sama terbahak melihat sikap satu sama lain. Argumen yang tak ingin kalah tapi berujung canda tawa.

"Kapan-kapan kita jalan yuk, bareng yang lain. Gue gak pernah tau kalau Via dan Shilla punya sohib lain." Dahi gue berkerut tiga mendengar nya. Hubungan nya apa coba?

"Kalau gak sibuk sih! Gue ayo ayo aja."

"Sip dah! Gue pulang dulu ya!" pamitnya.

"Iya, thanks Rio. Hati-hati."

Sepulang nya lelaki itu. Gue memasuki rumah. Ada debar yang kurang ajar menjalar di dada. Jarak yang sangat dekat membuat gue merasakan sensasi aneh dari dalam diri ini. Gue gak pernah mau untuk berpikir menjadi perebut pacar orang.

Ya.. Kalian gak lupa kan kalau Rio sedang LDR dengan pasangan nya?

🌈🌈🌈

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang