Ify's side..
🌈🌈🌈
Air mata gue menetes tanpa diminta, rasanya bathin gue gak cukup kuat untuk menahan apa yang dia rasakan.
"Fy, sorry. Lo sakit banget ya?" tanya nya khawatir. Gue tersenyum kecil dan menggeleng pelan.
"It's ok, Rio. Gue tipe orang yang punya empati tinggi, kata guru konseling gue."
"Konseling? Lo ke psikolog?" Gue menggeleng lagi.
"Enggak. Gue cuma sering konsul ke guru aja waktu sekolah. Bukan ke psikolog."
Gue pun melepaskan tangan Rio yang masing menumpu dipinggang kecil gue.
"Gue mudah menangis dan mudah merasa sesak kalau disekitar gue lagi gak baik-baik aja, kayak lo sekarang."
"Iya, gue gak baik-baik aja sekarang." sahutnya kuyu. Gue tersenyum samar dan kembali membelai lembut surainya.
"Bicaralah baik-baik. Lo butuh tenang untuk sementara waktu. Jangan di bawa emosi setiap kata yang keluar, ya!" jelas gue.
Rio hanya diam, dan dia melewati gue begitu saja. Gue menghela nafas pendek, susah meruntuhkan ego Rio saat ini.
Tak ingin malam nanti kelaparan, gue memilih menuntaskan pekerjaan di dapur. Mengabaikan sejenak lelaki malang yang sedang kalut oleh cinta itu.
🌈🌈🌈
Hanya karena cinta mu pupus, maka bodoh menguasai diri. Itulah yang gue lihat dari diri Rio. Lelaki itu lesu tak berdaya, apakah efek Joana sedemikian rupa? Gue bisa lihat betapa cintanya Rio kepada gadis itu.
"Rio." Panggil gue. Dia menoleh.
"Ayo makan!" dia mengangguk patuh dan meminta gue untuk menariknya. Manja nya kumat. Heh.
Dengan terpaksa gue menarik tangannya, bukannya dia yang tertarik malah gue yang jatuh menimpanya. Anjir banget.
"Lo niat mau bangun gak sih? Udah tau badan segede gaban gini minta tarik sama gue!" omel gue tak tanggung-tanggung.
Rio terkekeh lucu dan menahan gue di posisi yang sungguh tidak enak ini. Gue diatas dia, dan dia dengan seenak jidat nya mengurung gue, membelitkan tungkai jenjangnya ke pinggang gue. Remuk dah.
"Gini dulu bentar, jangan kemana-mana." Pintanya. Gue mendengus sebal.
"Gue mau kemana sih? Lepas ah!" Bentak gue. Dia semakin membelitkan kurungannya.
"Baru gue yang dibawah, elo diatas. Kalau gue yang diatas lo dibawah bisa patah itu tulang lo kali ya!" Astaga mulutnya lemes banget, sumpah.
Plakk
Gue memukul mulutnya tanpa ampun hingga di meringis kesakitan. Keadaannya tidak bagus sekarang, karena daster gue sudah tersingkap sebagian.
"Heh anjing! Otak lo bisa gak sih jangan serong mulu. Eneg gue denger nya. Lepas sekarang juga!" Kata gue marah. Rio tidak mengindahkan perintah gue dia semakin menjadi-jadi.
Anak dakjal gini banget.
"Kita coba satu ronde yuk, Fy!" Apa-apaan dia!
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romancesebuah pertemuan yang didasari tanpa rasa, tanpa cinta dan tanpa obsesi. semudah itukah dalam berteman antara lelaki dan perempuan? . . Kepada semesta, tolong jatuhkan rasa nyaman dan berbalas ini kepada dia yang benar-benar menginginkan ku. Bukan...