Rio's Side ya gaes...
***
"Udahan kata kamu? Maksudnya putus?" Tanya gue memastikan. Wah sekali cara dia minta udahan.
"Iya putus! aku gak mau lagi sama kamu. Aku gak kuat sama sifat kamu ini ke aku, Rio!" Ujarnya frustasi. Gue menghela nafas panjang.
"Hanya karena sifat dingin ku, kamu jadi mau berpisah begini?" Tanya gue skeptis. Dia memalingkan wajah ke arah lain.
"Padahal aku berniat meminta maaf ke kamu karena sifat ku yang begini. Tapi kamu malah minta putus."
"Aku ga kuat Rio! Hanya aku yang berjuang disini. Hanya aku yang mendominasi hubungan kita. Aku berjalan sendiri, sementara kamu? Tak tersentuh sedikit pun!" Lanjutnya.
"Apa ada orang lain?" Tanga gue pelan. Dahlia menatap gue cepat. Dia tersenyum sinis.
"Kalau ada orang lain kenapa? Toh kamu juga gak peduli sama ku." Sangat dalam dan menancap kuat ucapannya.
"Jadi benar ada orang lain?" Tanya gue sekali lagi. Meskipun gue gak mencintai Dahlia, tapi ada setitik rasa kecewa dihati gue ketika Dahlia bermain hati di belakang gue sendiri.
"Aku lebih suka sifat Valdo daripada kamu. Tapi aku gak tau kenapa dia terus mendukung aku supaya tetap bertahan sama kamukamu--,"
Wait, Valdo yang nyuruh?
"Jujur aja, mama ku terus bertanya kapan kamu akan nikahin aku. Tapi aku terus bilang kalau kita berdua belum siap. Padahal aku udah siap, sedangkan kamu? Kamu gak tau seperti apa."
Gue mendengar semua keluhan yang Dahlia paparkan. Gue sadar tapi gue gak mau mencoba. Ya itu tadi, karena gak cinta meskipun ada rasa kecewa ketika pihak lain masuk kedalam cerita kami.
"Jadi orang lain itu Valdo? Sahabat ku sendiri?"
Dahlia menggeleng tegas, "Orang lain itu kamu gak kenal sama sekali." Jawabnya.
"Jadi, kamu beneran ingin selesai sampai disini?" Dahlia hanya mengangguk.
"Hanya karena sifat ku?" Sumpah gue masih gak percaya. Ini bisa dibilang bahagia atau nestapa. Bahagia karena jalan gue untuk mengejar Lifya terbuka lebar, sedangkan nestapa karena gue ditinggalkan dengan begitu mudahnya oleh Dahlia.
"Baiklah. Kita berhenti sampai di sini. Semoga kamu bahagia dengan orang yang kamu cintai. Semoga dia bisa membuat kamu merasa dicintai." Kata gue pelan. Dahlia mengangguk lagi. Dia menggenggam tangan gue dengan erat.
"Kamu jangan khawatir, dia orang yang baik. Sama dengan kamu. Semoga kamu juga bertemu dengan pengganti yang lebih baik dari ku. Yang bisa memahami apa yang kamu." Katanya terdengar tulus.
Lalu Dahlia memilih menyudahi makan siang terlebih dahulu. Gue pun memaklumi nya.
Oh God! Apa rencana mu selanjutnya? Gue masih gak percaya sebenernya. Semudah ini untuk berpisah?
Tiba-tiba ponsel gue berdering menampilkan id call Valdo.
"Hallo"
"Hallo, Rio! Gawat sumpah ini mah!"
"Gawat kenapa?" Jantung gue jadi deg-degan.
"Barusan di meja gue ada surat pengunduran diri, atas nama Dahlia masa!"
"Hah, sumpah lo!" Padahal Dahlia baru aja makan sama gue.
"Iya serius gue tuh! Katanya baru masuk pagi ini. Alasannya karena dia mau pindah ke luar negeri." Gue terdiam mendengar penjelasan Valdo.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romancesebuah pertemuan yang didasari tanpa rasa, tanpa cinta dan tanpa obsesi. semudah itukah dalam berteman antara lelaki dan perempuan? . . Kepada semesta, tolong jatuhkan rasa nyaman dan berbalas ini kepada dia yang benar-benar menginginkan ku. Bukan...