7. Bima

241 21 7
                                    


Isya selesai membeli bahan bahan untuk memasak, ia bergegas untuk pulang.karena malam sudah mulai larut jalan jalan di dekat gang juga agak sepi.

Ia berjalan dengan cepat, semoga sampai di rumah dengan aman.
Ia tak tahu perasaan apa yang menyelimutinya. Hawa dingin mulai menembus kulit Isya, sementara badannya mulai merinding.perasaanya tidak enak seperti ada yang membuntutinya dari belakang.

Karena takut, ia pun berjalan lebih cepat karena kegelisahannya sampai sampai ia tersandung dan jatuh. untung saja belanjaannya tidak berantakan dan jatuh ketanah.

Tetapi ada hal yang paling ia takuti saat itu, ada seseorang yang menepuk pundaknya lalu seseorang agak tinggi yang ada di depannya.

Isya yang tersungkur mulai panik.

" Si-siapa kamu ! " Isya gugup ,ia menelan savilanya takut. Ia masih memejamnkan matanya.

" Eh ini gue, kenapa Lo takut " ujar seseorang dari depannya.
Isya tak tahu siapa orang itu, yang jelas ia sangat familiar dengan parfum dan suara yang agak berat.

Ia berfikir walau badannya agak merinding, lalu mengingat satu orang , BIMA!!! .

Yah, dia adalah Bima, orang yang dulu membullynya dari SD sampai SMP.

Isya dengan tampak ragu membuka matanya, benar! Ada Bima disana.

Laki laki memakai jaket berwarna hitam dan Jins.
Dan agak mencium bau...... Alkohol.

Astaga... Orang ini mabuk!

Isya dengan cepat berdiri dan berlari saat itu, ia memang sangat takut akan orang yang mabuk ,entah kenapa.

Sedangkan Bima, ia mengejar Isya dengan sempoyongan .
Isya tak peduli walaupun cowok itu terus memanggilnya, ia sangat takut sekali .

BRAK!!!

Tiba tiba Bima terjatuh dan tepat ditempat.
Isya berhenti dari larinya, ia membalikan badannya , melihat dengan jelas seseorang yang sangat membencinya terjatuh tak berdaya.

Ia menghembuskan nafasnya berat, ada rasa kasihan dan juga takut.
Ia masih menaruh bingung untuk melakukan apa ? Menolongnya atau pergi.

Sebenarnya ia tak tega untuk meninggalkannya, walaupun dia yang dulu membuatnya menderita . Ia berjalan pelan menghampiri laki laki berbadan kekar itu.

Isya berjongkok , melihat jelas wajah Bima dengan alis tebal , hidung mancung serta bibir terbelah dua.

Dengan tangannya yang agak gemetaran ia membangunkan Bima dengan sangat hati hati.
Mengambil ponselnya dan memesan taxi.

****

Pagi hari dimana Isya sedang melakukan solat subuh ,lalu berjalan menghampiri meja belajarnya.
Menuliskannya di sebuah buku Diarynya yang tertulis jelas ( aku dan tuhan).

Untuk tuhan

Tuhan...
Disaat mentari mulai bersinar sampai sang bulan menampakan dirinya .
Aku tak berhenti untuk memikirkan nasibku.

Dulu yang sudah aman aman saja, kini telah bertambah satu.

Aku tak tahu bagaimana aku akan menghadapinya.
Aku sudah lelah, aku ingin mati saja.

Di lingkungan ku, semua tak ada yang menyukaiku. Baik orang terdekatku.

Apa salahku ?
Kenapa nasibku seperti ini hingga sekarang?

Surat Kecil untuk TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang