12. Siksa

113 9 3
                                    

     Keesokan harinya jam menunjukan pukul setengah 6 , Isya masih terkurung di dalam gudang setelah Diana menguncinya disini.

Perutnya mulai berbunyi, gadis itu lalu memegangi perutnya karena lapar.

Sungguh rasanya sesak dan pengap. Ingin rasanya segera keluar dari tempat ini. Bahkan Isya belum mencari mama kandungnya sedikitpun karena  Diana selalu saja mengurungnya dirumah dan selalu menyiksanya saat Isya melakukan kesalahan kecil.

Sungguh, apakah sampai selamanya Isya akan seperti ini?.
Rasanya sungguh berat. Hidup bersama orang-orang yang membenci kita sangat berat rasanya.

Tuhan, lelah.

Ssttt!!

Sstt!!

Isya terbuyar dari lamunanya saat mendengar suara desisan. Gadis itu mengusap air matanya lalu menoleh mencari dimana asal suara tersebut.

" Neng Isya, ssttt... Neng Isya sini. " terdengar suara seseorang dari arah jendela atas .

Isya menyipitkan matanya saat cahaya mengenai matanya hingga tak terlihat siapa orang yang ada di sana.

" Siapa? "

" Ini saya neng, Bi Yani. "

Seketika Isya melebarkan senyumnya, ia mendekat ke arah jendela tersebut dan mendogak ke atas karena jarak jendelanya sangat tinggi. Mungkin Bi Yani menggunakan tangga. Bahkan gudang rumah terdapat di samping taman.

" Bi Yani kok ada disini? Nanti kalo mama tahu gimana?, " Tanya Isya khawatir.

" Nyoya sedang pergi neng sama temen cowoknya tadi "

" Siapa? "

" Nggak tau neng. " Jawab Bi Yani setelah terdiam sesaat.

" Oh iya, Ini ada makanan buat neng Isya." Tambah Bu Yani memperlihatkan piring yang berisi nasi, ayam dan telur mata sapi.

Mata Isya berbinar seketika saat melihatnya. Pas sekali hari ini ia sangat lapar sekali setelah dikurung Diana seharian penuh.

Bi Yani kemudian menurunkan tambang dengan perlahan dan diikat pada sebuah ember untuk meletakan makanan yang akan diberikan untuk Isya.

Saat ember tersebut sudah dekat dengan Isya ditariklah ember tersebut dan diambilnya Piring serta makanan dan minuman yang ada disana.
"Makasih ya Bi. "

" Iya neng sama-sama. Bi Yani pergi dulu ya neng Isya, neng Amel kayaknya udah pulang lagi cariin bibi." Ucap Bi Yani dan diangguki Isya.

" Iya Bi. "

Isya menatap nanar piringnya, Bisakah ia bebas dari sini?.

                           💌💌💌

BRAK!!

" Bodoh!. Bersihin rumah kayak gini doang gabisa??. Dasar bodoh!!. "
Pekik Diana sendari melempar rotan dengan brutal di badan mungil Isya yang tersungkur di lantai kamar mandi.
Dengan keadaan badan gadis itu basah kuyup karena di siram Diana dengan perasan air pel.

" Isya sakit maa.. jangan dipukul terus hiks hiks. "
Gadis itu memohon hingga bersujud di kaki Diana supaya wanita itu tak merotaninya lagi.

" Lebih sakitan mana sama saya?. Lihat kan, Vas saya yang saya beli dari Amerika kamu pecahin!!. Kamu bego apa tolol sih. " Maki Diana , wanita itu lalu menarik rambut Isya membuat gadis itu meringis kesakitan.

" Kamu ganti Vas saya, atau saya usir dari sini?. " Ancaman Diana seketika membuat Isya takut.

Bagaimana ini apa yang harus Isya lakukan, jika Isya mengganti rugi ,Isya tak punya uang sedikitpun. Jika Isya diusir isya akan tinggal dimana?. Sedangkan dirinya belum bertemu dengan mama kandungnya.

Gadis itupun merintih kesakitan karena tangan Diana belum juga melepaskan rambut Isya dan menambah kuat cengkeramannya.

" Na-nanti Isya ganti maa... "

" Ganti?. Emang kamu bisa ganti Vas bunga saya yang mahal ini? Bahkan harga Vas ini lebih mahal dari manusia kayak kamu. "
Isya hanya bisa terdiam dan menahan rasa sakit dari kepalanya itu mendengar ucapan menusuk Diana membuatnya semakin jatuh- sejatuhnya apakah serendah itu Isya Dimata Diana?.

" Dapat duit darimana kamu buat ganti Vas saya?. Duit aja gapunya, kamu disini cuma bisa numpang sama saya. " Tambah Diana sekali lagi Isya tertohok sangat tertohok dengan ucapan kasar yang keluar dari mulut Diana.

Isya hanya bisa menangis saat itu. Yah, hanya itu yang ia bisa.

" Ma-mah bisa ambil mobil Isya yang papah beliin buat Isya buat ganti Vas mamah. Dan kurangnya nanti Isya cari. " Ucap Isya dengan sesenggukan.
Tenggorokannya terasa kering saat bau perasan air pel itu mulai menyengat di Indra penciumannya.

" Mobil? mobil siapa? Mobil kamu? Kamu sudah tidak punya apa-apa sekarang. Semua yang di beliin pak tua itu buat Lo, semuanya ada di tangan gue. PAHAM!!. " Bentak Diana seketika Isya dibuat terdiam.
Kenapa Diana begitu kejam dengannya?.
Apa salahnya kepadanya?.
Apakah karena isya bukan anak kandungnya?.

" Mamah tolong. "

" Mamah kamu sudah mati!. Cari sana di kuburan sekalian tidur disana. Bau Lo udah kayak mayat di kuburan. busuk!!. "Ucap Diana sekali lagi saat bau air perasan pel itu sudah sangat menyengat.

Diana lalu mendorong dengan kasar kepala Isya hingga membentur tembok  lalu pergi dengan tak ada belas kasihan.

Gadis itu lalu menundukan kepalanya kakinya ia tekuk tangannya melingkar di kakinya menenggelamkan segala rasa sakit di sana.

" Tuhan... Sakit.. "

                            💌💌💌

Surat Kecil untuk TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang