*1*

2.2K 155 25
                                    

Keram. Tetsuya meringis saat merasakan kakinya keram. Ia mendudukkan dirinya di sofa apartemennya sambil sedikit mengurut kakinya.

"Aku sudah bilang, sebaiknya kau fokus pada kuliahmu dan berhentilah bekerja. Kesehatanmu semakin memburuk kau tahu," omel temannya dengan tatapan kesal.

Tetsuya melirik sahabatnya sejak masa SMA itu dengan pandangan datarnya. Kagami Taiga, selalu membeberkan hal yang sebenarnya tidak perlu dibeberkan padanya.

"Aku tahu," kata Tetsuya.

"Kalau kau tahu, seharusnya kau tetap diam di rumah dan tulislah tugasmu," desis Taiga. "Bukannya malah menjadi pegawai di restoran cepat saji."

Taiga mendudukkan dirinya di sisi Tetsuya. Dilihatnya Tetsuya yang masih diam dengan tatapan linglung.

"Kenapa kau tidak meminta bantuan kakakmu saja?" tanya Taiga.

"Tetsurou Aniki hanya kakak tiriku. Aku tidak mungkin merepotkannya hanya karena keram," jawab Tetsuya.

Taiga memijit kaki Tetsuya yang keram dan sangat kaku. Berdiri sepanjang hari dengan stamina serendah itu pasti membuatnya kelelahan.

"Dia terlihat menyayangimu. Begitu pula dengan Tsukishima," komentar Taiga.

"Kau tidak harus memijit kakiku, Kagami-kun," ujar Tetsuya lalu menepis pelan tangan Taiga.

Tetsuya berdiri dari duduknya untuk mandi.

"Kuroko," panggil Taiga.

Taiga ikut berdiri dari duduknya. Matanya terarah sedih pada Tetsuya yang membelakanginya.

"Lupakanlah dia. Hiduplah dalam kehidupanmu sendiri, bukan dalam bayang-bayangnya," ujar Taiga datar. "Sekarang, aku pulang."

Cklek...

Suara pintu tertutup terdengar. Begitu suara itu meraih telinga Tetsuya, setetes air mata jatuh membasahi pipinya.

Seandainya... melupakan akan semudah membalik telapak tangan...

***

"Terima kasih, silahkan datang kembali," kata Tetsuya dengan senyuman tipisnya.

Tetsuya berbalik setelah melayani pelanggan terakhirnya saat itu. Dilepasnya apron oranye yang melekat sesuai dengan ciri khas restoran tempatnya bekerja.

"Kau sudah selesai, Nii-san?" tanya seorang gadis bermata hijau dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai.

"Ya, aku harus segera ke kampus. Kelasku dimulai setengah jam lagi. Kau hisa menggantikanku?" tanya Tetsuya dengan senyuman kecilnya.

Gadis itu, Ersha Jaeger, mengangguk mantap. Senyuman tak pudar dari wajah manisnya.

"Arigatō Ersha," kata Tetsuya.

Tetsuya menunduk kecil kemudian berlari keluar dari restoran itu. Setelah melangkah melewati pintu, Tetsuya memelankan lajunya. Matanya terarah pada gedung besar yang ada di seberang jalan untuk sesaat. Itu adalah rumah sakit yang dipegang oleh keluarga Jaeger.

Rasanya aneh melihat anak dari pemilik rumah sakit besar itu bekerja sebagai kasir di restoran cepat saji.

"Ah sudahlah. Dia pasti memiliki alasannya sendiri," gumam Tetsuya.

Cold Eyes [AkaKuro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang