*5*

648 78 19
                                    

Jika Tuhan mengijinkan kita bersama, kita pasti akan bersama. Aku akan terus menemukanmu dalam kehidupan selanjutnya, selanjutnya, dan selanjutnya lagi. Dan aku akan selalu mencintaimu...

Tetsuya menggelengkan kepalanya pelan. Kenapa tiba-tiba dia mengingat kata-kata itu?

"Apa aku baru saja menipu diriku sendiri?" gumam Tetsuya.

Puk

"Nii-san, ada pelanggan," ujar Ersha seraya menyenggol bahu Tetsuya hingga Tetsuya tersadar.

"Oh ah, sumimasen," kata Tetsuya cepat.

Tetsuya segera melayani pelanggan itu dengan cekatan. Sementara itu, Ersha memerhatikan Tetsuya dengan bingung. Mata itu tak lepas dari Tetsuya.

"Aneh," gumam Ersha.

Tetsuya menoleh memandang Ersha sejenak. Matanya yang berwarna biru bulat itu sedikit mengerjap melihat Ersha.

"Apa ada ma..."

"Eru," suara serak itu membuat perkataan Ersha seketika terpotong.

Tetsuya yang pertama menoleh untuk melihat siapa yang memanggil Ersha. Setahu Tetsuya, Eru adalah nama kecil Ersha.

"Ah! Erwin-Nii!" pekik Ersha.

Erwin? Tetsuya menoleh kembali meluhat Ersha. Matanya berkilat dan terlihat sekali kebingungan.

"Aku harus pergi dulu, sekarang juga waktunya pergantian shift bukan? Nii-san boleh pulang, sampai jumpa besok!" pekik Ersha.

"Tunggu, Er..." perkataan Tetsuya tidak sempat selesai ketika ia melihat Ersha sudah terlalu terfokus pada sosok Erwin.

Tetsuya tersenyum kecil pada pegawai yang menggantikan shift selanjutnya. Ia melepaskan apronnya di belakang lalu mengambil tasnya.

"Terima kasih dan mohon bantuannya," kata Tetsuya sambil membungkuk kecil.

Tetsuya berjalan keluar dari restoran itu. Berniat pulang karena lelahnya. Namun, saat ia mengingat pertengkarannya dengan Taiga, ia tidak memiliki keinginan untuk pulang. Kakinya berhenti melangkah saat merasakan rintik hujan.

"Mama! Mama! ... ma... ngan... pergi!"

Deg!

Tetsuya segera menyentuh kepalanya sendiri. Apa itu tadi? Suara siapa? Anak kecil...

Bruk

"Bisa kau memerhatikan langkahmu?! Sialan," desis orang itu.

"Levi?" gumam Tetsuya saat mendengar umpatan itu.

"Heh? Apa rambutku terlihat seperti... kau?"

Tetsuya menunduk sedikit untuk melihat wajah lelaki yang baru saja mengumpatinya. Tidak, bukan karena lelaki itu lebih pendek darinya, tapi sepertinya tabrakan tadi mengakibatkan lelaki itu menjatuhkan ponselnya.

Mata keduanya bertemu. Saat itu, Tetsuya seolah merasa waktu berhenti. Ingatannya kembali pada saat ia dan Taiga bertengkar.

"Matamu... berbeda..." lirih Tetsuya.

Tetsuya mundur selangkah saat lelaki itu berdiri. Ia memandangi mata heterokrom tersebut dengan tatapan sendu. Berbeda. Sangat jauh berbeda. Mata itu sangat dingin dan...

"Apa? Kau mengharapkan orang lain?" desisnya.

Deg!

"Akashi-kun..." bisik Tetsuya.

Cold Eyes [AkaKuro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang