*15*

442 53 4
                                    

Beberapa tahun lalu, Kei dan Erwin berteman. Berteman baik. Bahkan mereka layaknya saudara yang akan selalu menjaga satu sama lain. Mereka berteman sangat baik, hingga insiden itu terjadi.

Kecelakaan besar akibat sabotase dari keluarga Smith yang menewaskan hingga lima puluh orang, termasuk ibu kandung Kei. Kei tidak pernah mengira bahwa keluarga Smith melakukan hal sekeji itu hanya karena kerjasama bisnis.

Setelah mengetahui kenyataan itu, ia membenci Erwin. Ia sangat membenci Erwin, menghindarinya, dan bahkan menyimpan dendam padanya. Akibat dari sabotase itu, perusahaan milik keluarga Smith ditutup. Kedua orangtua Erwin menjadi buronan polisi.

Hanya sebulan setelah kabar itu tersebar, kecelakaan mobil beredar dengan maraknya. Kecelakaan itu menewaskan sepasang suami istri yang ada dalam mobil. Kalian tahu apa? Itu adalah orangtua Erwin dan Ersha.

Saat ini, Kei menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia mengacak surainya dengan frustasi. Selama ini, dendam yang ada dalam dirinya pada Erwin selalu menumpuk, namun mengetahui kenyataan lain detik ini membuat seluruh dunianya runtuh dan hancur.

Jika saja ia mengetahui semuanya sejak awal, ia tidak akan berakhir panik seperti ini. Sekarang, apa yang Kei takutkan adalah kehilangan suaminya sendiri. Kehilangan sosok lelaki berambut headbed yang ia cintai.

Namun, ia juga tidak akan pernah bisa membenarkan apa yang dilakukan Tetsurou. Dia benar-benar tidak bisa membenarkannya. Itu terlalu menyakitinya. Dan menyakiti Tetsuya.

***

Tetsuya melangkahkan kakinya secepat yang ia bisa menuju ke dalan bar yang sangat penuh akan bau alkohol. Tetsuya tidak menyukainya. Dia bahkan tidak akan datang jika bukan karena Seijuro yang harus menemui rekan kerjanya di sini.

Tetsuya menghembuskan nafasnya pelan. Ia terus terbayang mengenai penjelasan Shintaro tadi. Kenyataan pahit yang menyakitkan.

Ia memandang nanar punggung Seijuro. Bagaimana bisa Levi dan Tetsurou melakukan hal seburuk itu padanya? Dan Kei, lelaki itu, bagaimana jika ia mengetahui apa yang dilakukan suaminya?

"Tidak suka dengan baunya? Ah, bukannya aku peduli atau apa-nanodayo," tanya Shintaro yang berdiri di sisi Tetsuya.

Tetsuya mengangguk kecil. Ia memeluk berkas yang dibawanya dengan pandangan terarah pada punggung kekar Seijuro. Sesaat setelahnya, Tetsuya menoleh menatap Shintaro.

"Apa itu benar?" tanya Tetsuya, matanya begitu sendu membuat Shintaro merasa iba.

Shintaro memasukkan tangan ke kantung celananya dengan tenang. Ia menoleh menatap Tetsuya yang masih terlihat pucat dan ragu. Ia tidak pernah membayangkan bahwa ingatan Tetsuya akan kembali secepat ini. Apa Seijuro juga mendapatkan ingatannya kembali?

Ah siapa peduli, mereka sudah mendapatkan ingatan mereka dan itu hal yang baik. Shintaro tidak perlu berlama-lama menyembunyikan seluruh yang ingin disembunyikan Levi dari mereka.

"Ya," jawab Shintaro.

Tubuh Tetsuya bergetar halus dan itu tak lepas dari sudut pandang Shintaro. Kenyataan itu pasti akan sangat menyakitkan bagi Tetsuya.

"Ta-tapi kenapa? Kenapa mereka i-ingin melakukannya?" cicit Tetsuya.

Tetsuya menatap Shintaro dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Shintaro sempat tersentak melihat mata bulat itu dipenuhi air mata dan bukannya amarah. Namun, Shintaro dengan lihai mengubah mimik wajahnya. Ia kembali menatap lurus ke arah Seijuro.

"Karena Levi mengkhawatirkanmu," kata Shintaro.

Tetsuya tersentak mendengarnya. Levi Ackerman? Mengkhawatirkannya?

Cold Eyes [AkaKuro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang