Tetsurou itu bukan orang yang jahat. Ia hanya terlalu egois dan kurang pandai membedakan benar dan salah. Keluarganya tinggal dengan makmur di bawah kepemimpinan Akashi Seijuro di Rakuzan. Mereka juga adalah keluarga bangsawan yang dihormati oleh kekaisaran Rakuzan.
Dalan waktu dekat, keluarga Kuroo bahkan mendirikan daerahnya sendiri di Rakuzan. Namun, manusia tidak pernah puas. Malam itu, mereka merencanakan kudeta. Mereka menginginkan tahta. Tetsurou hanya seorang lelaki berusia dua puluh lima tahun yang menyetujui hal itu, merasa keluarganya layak mendapatkan hal tersebut.
Sayangnya, calon istri Tetsurou tidak menyetujui hal itu. Ia menentangnya kuat hingga membuat seluruh keluarga Kuroo membalikkan punggung mereka pada pernikahan Tetsurou. Itu Kei.
Kei tidak menyukainya. Kudeta adalah hal yang tidak menunjukkan rasa hormat. Daerah ini adalah daerah yang paling strategis dan Seijuro sudah memberikannya pada mereka.
Keluarga itu kian menjauh dari kekaisaran Rakuzan. Mereka diam-diam menusuk kekaisaran dari belakang. Kala itu, kekaisaran yang tenggelam di bawah Rakuzan menjalin hubungan dengan keluarga Kuroo. Kekaisaran Nekoma.
Lalu, semuanya berubah karena Kei. Ia melaporkan segalanya pada sang kaisar. Ia ingin Seijuro menghentikan semua ini. Membantu Tetsurou kembali pada jalannya yang dulu.
Sedikit yang diketahui Kei, Seijuro sudah memprediksi semuanya. Ia berusaha mengembalikan kepercayaan keluarga Kuroo, namun ia gagal. Apa yang terjadi selanjutnya, benar-benar membuat Tetsurou marah.
Seluruh anggota keluarganya dibunuh di malam rencana akan dilaksanakan. Seijuro ingin mengampuni mereka, namun ia tidak bisa. Bahaya itu akan menimpa anak dan istrinya. Dan ia tidak ingin hal tersebut terjadi. Maka, pada akhirnya, ia hanya bisa melindungi Tetsurou. Dalam diamnya, ia berterima kasih kepada calon istri Tetsurou, Tsukishima Kei.
Perang tidak bisa dihindarkan. Pemicu awalnya adalah serangan diam-diam di istana. Malam yang tenang itu seharusnya diisi dengan canda tawa dan kebahagiaan di ulangtahun kelima belas putra kembarnya. Namun, tentu saja semua tak berjalan lancar.
Malam itu, kastil dipenuhi darah. Mayat tergeletak dimana-mana. Istana yang seharusnya tenang langsung dipenuhi dengan teriakan khawatir. Kedua putranya, Seiya dan Seishu, mempersiapkan diri mereka.
Tidak pernah satu kali pun Seijuro berpikir untuk menurunkan kedua putranya dan Tetsuya ke area berbahaya seperti ini. Namun, keadaan memaksa mereka untuk turun membela diri mereka sendiri.
Hanya sedikit. Benar-benar sedikit yang Seijuro ingat di malam itu. Entah darimana datangnya, namun pembunuh itu menyerangnya. Ia lengah. Sangat lengah. Dan lengahnya ia saat itu menyebabkannya harus kehilangan orang yang paling ia cintai di dunia.
Malam itu, ia harus kehilangan Tetsuya. Malam itu, ia merasakan apa yang dirasakan oleh Kuroo Tetsurou. Namun, ia tidak pernah menyadari bahwa Tetsurou sendiri sangat menyayangkan kematian Tetsuya.
Bukan Tetsuya yang ingin ia lenyapkan, tapi Akashi Seijuro. Lalu, ia pergi. Pergi meninggalkan Rakuzan untuk berlindung di bawah pemerintahan Nekoma.
Dan dengan kalutnya, Seijuro mengirim pernyataan perang. Perang besar yang menewaskan lebih dari yang Seijuro kira. Dalam perang itu, ia terbunuh. Ia terbunuh bersamaan dengan pedangnya yang menembus jantung Tetsurou.
Meninggalkan Seiya dan Seishu yang memporak porandakan tempat itu akibat dari rasa sakit yang diberikan setelah kehilangan orangtuanya.
***
Ersha perlahan membuka matanya. Matanya begitu tenang dan sekilas, tak terlihat emosi apa pun di dalamnya. Saat ia menoleh, ia menyadari ada sosok lelaki berambut biru yang tidur dalam posisi terduduk dan kepala menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Eyes [AkaKuro]
FanfictionAll Kuroko no Basket, Haikyuu, and Attack on Titan Characters are belongs to their creator. Sementara storyline "Cold Eyes" murni dari hasil pemikiran Ao. Tiga tahun setelah kepergiannya, Tetsuya tidak lagi mengenal dirinya sendiri. Pribadi yang ber...