*4*

662 85 11
                                    

"Kunjungan dari perusahaan besar?" tanya Tetsuya.

"Mereka melakukan perekrutan untuk translator bisnis," kata Alcro sambil menyusun buku di tasnya.

"Historia akan lebih cocok untuk itu," kata Tetsuya datar.

Tetsuya berhenti sejenak. Ia mengerutkan keningnya.

"Apa kau melihat Kagami-kun hari ini?" tanya Tetsuya.

"Kagami Taiga maksudmu? Kepala basket di jurusan olahraga?" balas Alcro memastikan.

"Tepat," jawab Tetsuya.

"Tidak. Dan soal Historia, kurasa dia tidak lebih pantas darimu. Kau memiliki nilai yang sangat tinggi Kuroko," kata Alcro.

Tetsuya kembali berfokus pada menata barangnya. Matanya memandang sendu ke arah tasnya. Ingatannya sedikit buyar.

"Aku tidak tertarik," kata Tetsuya pelan.

"Apa kau gila? Kau sudah memiliki nilai yang bisa dikatakan lebih dari rata-rata. Kenapa kau tergila-gila dengan restoran itu?" tanya Alcro heran.

"Kenangan," jawab Tetsuya apa adanya.

Tetsuya menutup tasnya rapat-rapat seolah ia tengah mengunci otaknya dari memori yang terus berkeliaran dan menyakitinya.

"Kau akan tetap datang ke aula?" tanya Alcro.

Tetsuya mengedikkan bahunya.

"Apa ini seperti aku memiliki pilihan lain selain datang?" tanyanya. "Aku pergi sekarang."

Tetsuya membawa tasnya lalu berjalan keluar untuk mencari Taiga. Di perjalanan, ia menguap merasa mengantuk karena melakukan riset untuk skripsinya semalam.

Selain itu, ia masih tidak bisa melupakan lelaki bermata hijau yang ia lihat di restoran beberapa minggu yang lalu. Dia benar-benar merasa pernah melihatnya. Selain itu, cara berbicaranya sangat khas.

"Oi! Kenaa harus aku lagi?!" seruan kesal itu membuat Tetsuya seketika membuka matanya.

Ah benar. Taiga.

"Kagami-kun!" pekik Tetsuya.

Namun sayangnya, Taiga tidak mendengar Tetsuya dan berjalan cepat pergi mengikuti seorang kakak tingkatnya. Terlihat jelas lelaki itu menggurutu. Tetsuya melihat Taiga yang menghilang di balik dinding lorong.

Ia segera berlari berniat mengejar Taiga, namun tubuhnya menabrak tubuh kecil seseorang. Sebenarnya hanya delapan centi darinya.

"Apa kau buta? Lihat kemana kau berjalan," desisnya.

Tetsuya tersentak. Segera, ia mundur selangkah. Saat berhasil melihat lelaki itu, Tetsuya membungkam mulutnya rapat-rapat.

Levi Ackerman. Lelaki yang dicari Eren? Penampilannya sedikit berbeda dari saat Tetsuya melihatnya dikejar. Pipinya sedikit lebih gembil dan rambutnya menjadi sedikit lebih panjang. Namun, mata sayu dengan alis tipis itu tetaplah sama.

"Kau?" gumam Levi sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Kuroko Tetsuya desu," kata Tetsuya dengan wajah datar khasnya.

Levi melirik Tetsuya dari atas hingga bawah.

"Tidak berubah, selain tinggi," gumam Levi yang membingungkan Tetsuya.

Sebelum Tetsuya kembali berbicara, Levi berjalan dengan cepat melewati Tetsuya. Tetsuya mengerutkan keningnya. Levi terlihat sangat terburu-buru sehingga semakin menimbulkan pertanyaan dalam benak Tetsuya. Terutama pertanyaan mengapa lelaki itu ada di sini.

Cold Eyes [AkaKuro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang