*16*

398 50 4
                                    

Jika cinta hanya memandang fisik, lalu mengapa hati ini diciptakan untuk mencintai hati lain dan bukan paras rupawannya?

"Katakan, saya mohon katakan semua yang Anda ketahui, Levi-san," ujar Tetsuya dengan pandangan memelas.

Levi menatap Tetsuya ragu. Ia sesekali mendesah resah.

"Kita bicarakan di ruangan Erwin," kata Levi akhirnya.

Pada akhirnya, mereka berdua menuju ke lantai atas, tepatnya di ruangan Erwin Smith. Selama mereka berjalan beriringan, hanya keheningan yang menemani. Tak ada satu pun kata yang keluar baik dari Tetsuya maupun Levi.

"Duduklah," kata Levi begitu mereka memasuki ruang kerja Erwin.

Tetsuya segera mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia. Ia duduk dengan gelisah berusaha menyamankan dirinya sebelum mendengar penjelasan panjang Levi. Levi mendudukkan dirinya di hadapan Tetsuya.

Tetsuya bisa melihat dengan jelas keraguan di mata Levi. Sesaat, ia melihat dirinya di dalam Levi. Rasa tidak ingin kehilangan keluarganya.

"Ah, apa Ersha di sini?" tanya Tetsuya sebelum Levi menjelaskan.

"Dia sedang tidur. Erwin dan Aomine menjaganya," jawab Levi.

Levi berdeham pelan sebelum kemudian memandang Tetsuya. Pandangan mata Levi terlihat berbeda, Tetsuya menyadarinya dengan segera saat mata biru itu mengarah padanya.

Sekali lagi, keheningan tercipta. Keduanya hanya saling memandang tanpa berniat membuka suara. Levi masih ragu. Dia ragu mengatakan segalanya. Sedangkan Tetsuya, dia tidak kalah ragunya dengan Levi. Bagaimana jika kenyataan yang diterimanya akan lebih pahit daripada yang ia bayangkan?

"Aku selalu menganggapmu sebagai adikku saat pertama kali aku melihatmu. Kau tahu kenapa? Karena aku melihat diriku di dalam dirimu," kata Levi, memecah keheningan yang tercipta.

Tetsuya menunduk. Ia memainkan jemarinya merasa bingung. Levi tidak semenyeramkan yang ia bayangkan secara personal.

"Tapi... kita baru bertemu saat... bertabrakan?" tanya Tetsuya pelan.

Levi memandang kosong ke arah meja di hadapannya dan Tetsuya. Rasanya berat untuk mengangkat kepalanya pada Tetsuya.

"Kecelakaan besar yang menyebabkanmu kehilangan ayahmu, apa kau ingat?" tanya Levi.

Levi bisa melihat tubuh Tetsuya yang menegang. Itu wajar, Tetsuya sangat benci mengingat kenangan buruk itu.

"Aku melihatmu di sana. Di saat pemakaman itu. Kau tidak menangis, namun kau terlihat begitu sedih. Saat itu, pamanku juga menjadi korban," ujar Levi lagi.

"Tapi itu... itu ulah... Smith?" tanya Tetsuya dengan hati-hati.

"Keluarga Smith tidak pernah ada sangkut pautnya dengan semua itu. Sabotase karena kerjasama bisnis? Itu sana sekali bukan ciri khas keluarga Smith. Mereka tidak akan memaksa jika mereka ditolak," jelas Levi.

"Apa?" ujar Tetsuya tidak percaya.

Apa itu artinya berita sabotase itu suatu kebohongan?

"Dunia ini dipenuhi kekejaman, Kuroko. Meski indah, namun dunia ini dipenuhi dengan keburukannya. Pelakunya bekerjasama dengan polisi. Kedengkian dan iri hati pada keluarga Smith selalu mendorong mereka melakukan hal itu. Pesawat itu seharusnya juga dinaiki oleh orangtua Erwin dan... adikmu," kata Levi.

Tetsuya memalingkan wajahnya. Adiknya? Ah, Ersha maksudnya. Gadis bermata hijau itu adalah reinkarnasi dari Aora. Tidak heran Tetsuya sering merasa bahwa Ersha adalah adiknya.

Cold Eyes [AkaKuro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang