*20*

826 63 7
                                    

Kali ini, Seijuro benar-benar harus menahan emosinya. Ia melihat Tetsurou dengan tatapan yang sangat tajam dan dingin sementara lelaki bersurai hitam itu hanya menunduk dipenuhi dengan suasana gelap.

"Jika sampai sesuatu terjadi bada Tetsuya, aku benar-benar akan membunuhmu Kuroo," desis Seijuro.

Tetsurou tertawa lemah. Ia mengangkat kepalanya melihat wajah Seijuro yang mengeras dan jelas marah sekali.

"Apa kau berpikir aku akan memaafkan diriku sendiri bila terjadi sesuatu pada Tetsuya?" kata Tetsurou.

Tawa Tetsurou melemah. Matanya menyayu. Ia tidak pernah ingin melibatkan Tetsuya dalam keinginannya untuk mati. Ia hanya manusia berdosa yang tak layak hidup. Hanya itu yang bisa ia pikirkan.

"Kenapa kau ingin membunuh dirimu sendiri?" tanya Seijuro, akhirnya mengalah.

Seijuro tidak bisa melihat ke arah Tetsurou. Tetsurou terlihat begitu kacau. Bahkan rambutnya yang bedhead itu sekarang terlihat turun dan berponi. Lalu, tiba-tiba seorang lelaki melemparkan sebuah handuk pada kepala Tetsurou. Istri Tetsurou, Kei.

"Apa yang kau pikirkan?!" pekik Kei dengan mata basah akan air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kau pikirkan?!" pekik Kei dengan mata basah akan air mata.

Seijuro menghela nafasnya saat ia melihat Kei. Kei benar-benar mengkhawatirkan Tetsurou. Seijuro bersedekap dada, ia tidak ingin membayangkan apa yang mungkin terjadi pada Tetsuya.

"Apa kau memberitahu Ersha?" tanya Seijuro.

Kei yang sedang memarahi Tetsurou itu segera memandang Seijuro. Seketika, tatapan bingung Kei berganti menjadi tatapan sedih dan penuh rasa sakit.

"Tidak. Aku tidak berani memberitahunya. Aku tidak bisa membayangkan reaksinya," kata Kei sendu.

Kei memandang Seijuro yang berlumuran darah. Matanya terlihat begitu menyesal.

"Apa Erwin dan Levi sudah tahu?" tanya Kei.

"Belum. Alasan yang sama denganmu," jawab Seijuro singkat.

Hanya dengan mendengar suara Seijuro, Kei bisa mengerti bahwa Seijuro sedang menahan amarahnya. Kei melirik Tetsurou yang masih menunduk diam dengan rasa bersalah yang besar.

"Maaf," bisik Tetsurou dengan suara parau.

Hening. Tak ada jawaban. Seijuro menyandarkan punggungnya pada dinding, ia menokeh menatap Tetsurou dengan tatapan dinginnya.

"Aku berusaha melindunginya," ujar Seijuro.

Mata Seijuro benar-benar menunjukkan adanya amarah. Namun, amarah itu seolah tak tertuju pada Tetsurou.

"Aku gagal melindunginya di kehidupan kami sebelumnya. Dan aku juga gagal sekarang," kata Seijuro.

Desisan kecil terdengar. Seijuro jelas sedang tidak bisa diganggu.

Cold Eyes [AkaKuro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang