*11*

466 62 6
                                    

Setiap detiknya, aku akan mencintaimu. Setiap detakan jamnya, aku akan memikirkanmu. Bila waktunya tiba nanti, kita akan berkumpul kembali. Mendekap satu sama lain dengan hangat.

Seijuro tiba di apartemen baru yang dibelikan ayahnya. Kerutan di dahinya muncul saat melihat betapa besarnya apartemen ini. Ditambah dengan furnitur-furnitur mewah dan mahal, apartemen ini terlihat begitu berkelas. Luasnya tidak perlu ditanyakan, kenyamanannya sangat tinggi meski Seijuro belum menempatinya secara permanen.

Ini tidak seperti Seijuro ditendang keluar dari rumahnya. Seijuro hanya tidak bisa menolaknya. Rencananya tadi, ia akan membiarkan ayahnya membelikan apartemen ini untuknya, dan dia akan tinggal di rumahnya.

"Ini terlalu tiba-tiba," gumam Seijuro.

Ya. Dia memang berencana mengabaikan apartemen ini. Tapi itu sebelum ayahnya mengatakan bahwa apartemen ini akan menjadi tempat tinggalnya. Oh maaf, tempat tinggalnya dan Kuroko Tetsuya.

Seijuro memijit pelipisnya. Apa yang sebenarnya dipikirkan pria tua itu? Dia benar-benar berniat menjodohkan Seijuro.

Klik

"Kenapa luas sekali?"

Suara pintu terbuka terdengar disusul dengan suara tanya dari sosok lembut dan mulus. Seijuro segera memutar badannya memandang sosok manis itu.

Kedua netranya kembali bertemu dengan netra biru bulat. Kedua pasang mata itu saling memandang dalam diam. Menciptakan keheningan yang mencekam.

"Kau di sini," gumamnya penuh keraguan.

Melihat reaksi Tetsuya, Seijuro yakin bahwa Tetsuya tahu mengenai mereka yang akan tinggal bersama.

Seijuro melirik pakaian yang dikenakan Tetsuya. Kemeja putih dengan celana kain berwarna hitam. Matanya lalu memandang kalung yang melingkar di leher Tetsuya. Kalung itu baru. Ah, kenapa ia sangat menerhatikannya?

"Siapa yang mengantarmu?" tanya Seijuro datar lalu berbalik, memunggungi Tetsuya.

Seijuro tidak tahu apa yang merasukinya, yang jelas ia tidak bisa memandang Tetsuya. Bukan karena wajahnya. Tapi, kemeja dan celana yang dikenakan Tetsuya cukup ketat hingga mencetak lekuk tubuhnya. Juga, di dalam kemeja putih yang cukup tipis itu tidak terpasang dalaman apa pun. Sehingga, perut rata Tetsuya tercetak dengan apik sementara kedua titik sensitif di dadanya menonjol sedikit.

"Kei Onii-san, dan Tuan Smith," kata Tetsuya dengan polosnya.

Seijuro menggeram rendah. Aroma vanilla dari tubuh Tetsuya seketika mengisi penciumannya. Aroma manis yang begitu...

Candu...?

Lalu, sekelebat bayangan percintaan erotis dan panas muncul dalam benak Seijuro. Seijuro segera melangkah mundur merasa terkejut.

Dia dan Tetsuya? Apa maksudnya itu? Dia tidak pernah menyentuh atau bahkan berimajinasi liar mengenai Tetsuya. Tetapi, kenapa?

"Ah tunggu, kau bilang Erwin Aniki mengantarmu?" tanya Seijuro.

Kini, Seijuro mengalihkan perhatiannya pada sebuah pigura yang masih kosong di meja. Bordirnya berwarna emas dengan motif yang indah.

"Mereka bilang ada urusan dan sekalian mengantarku," jawab Tetsuya.

Tetsuya hari ini terdengar berbeda. Suaranya seolah menunjukkan antusiasme yang setinggi langit. Seijuro menoleh, sedikit memandang Tetsuya yang hanya tersenyum melihatnya. Senyuman manis. Kenapa rasanya...

Cold Eyes [AkaKuro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang