*6*

545 70 16
                                    

Seijuro memeriksa jam di ponselnya dengan sedikit tak nyaman. Sesekali ia akan memeriksa pesan masuk dari Levi atau Shintaro.

"Seharusnya ini gilirannya," guman Seijuro.

Tepat saat ia menggumamkan hal tersebut, telepon kantornya berbunyi. Seijuro menekan salah satu tombol yang ada.

<Akashi-sama, apa Anda akan melakukan interview secara pribadi terhadap Kuroko Tetsuya?> tanya sekretaris Seijuro, Hayama Kotaro.

"Apa ini sudah waktunya diwawancara?" tanya Seijuro.

Seijuro mengambil bolpoinnya dan mulai menulis sesuatu di kertasnya.

<Ya, ini sudah waktunya, Akashi-sama> jawab Kotaro dengan sopannya.

"Langsung panggil dia ke ruanganku," kata Seijuro lalu mematikan hubungan itu sepihak.

Seijuro mencoret-coret kertas perjanjian yang harus ia revisi. Beberapa kata ia bundari untuk direvisi. Saat ia kembali memeriksanya, ia memainkan bolpoin di tangannya.

"Sumimasen," sapa Tetsuya sopan.

"Ah ya, masuk..."

"Aku tidak akan membiarkannya! Akashi-kun jangan pergi! Tetap bersamaku! Kumohon tetap bersamaku!"

Deg!

Tatapan tajam Seijuro segera terarah pada Tetsuya. Tetsuya yang masih berdiri gusar di ambang pintu segera menunduk takut. Kenapa tatapan itu menjadi sangat dingin dan tajam?

"Duduklah," kata Seijuro setelah keheningan mencekam terasa selama beberapa saat.

"Ba-baik," jawab Tetsuya kaku.

Tetsuya menutup pintu itu lalu mendudukkan dirinya di hadapan Seijuro. Sementara Seijuro? Lelaki itu masih memikirkan suara lembut yang terisak di benaknya tadi. Suara yang dipenuhi pilu dan ketakutan akan perpisahan.

"Jadi, kau melamar di bagian sekretaris?" tanya Seijuro.

"Sebenarnya aku..."

"Apa alasanmu melamar di sini?" sela Seijuro.

Tetsuya menukikkan alisnya tajam. Tunggu dulu, dia tidak pernah melamar pekerjaan di bagaian itu!

"Tunggu, saya melamar di..."

"Kuroko Tetsuya," sela Seijuro sekali lagi.

Seijuro yang semula memerhatikan CV milik Tetsuya kini memberikan lirikan tajamnya pada Tetsuya. Saat mata Seijuro melihat Tetsuya, kilasan tentang seorang lelaki biru yang bermain dengan sepasang anak kembar terlihat. Detik berikutnya, seluruh ruangan seolah terbakar. Semua kebahagiaan yang terpancar segera menghilang.

"Fuck," desis Seijuro pelan.

Seijuro menyandarkan punggungnya pada kursi dan menyentuh kepalanya. Namun, sepertinya bukan hanya ia yang mengalami shock. Tetsuya, di seberangnya, juga membatu dengan mata sedikit melebar.

Seijuro berdeham sedikit berusaha mencairkan suasana. Melupakan apa yang baru saja mereka alami. Keduanya kembali saling menatap, kali ini tak terjadi apa pun. Namun, tak ada yang membuka suara pula.

"Kuroko Tetsuya," kata Seijuro setelah hampir lima menit mereka hanya menatap.

"H-ha'i," jawab Tetsuya canggung.

"Apa alasanmu melamar di perusahaan ini?" tanya Seijuro.

Tetsuya terdiam untuk sesaat. Seijuro melepaskan kacamatanya lalu meletakkannya di meja. Dia berdiri lalu sedikit menunduk memandang Tetsuya.

Cold Eyes [AkaKuro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang