*13*

437 53 16
                                    

Seijuro menyesap rokoknya dengan tenang. Malam ini begitu dingin. Ia tidak bisa tertidur. Padahal, Tetsuya sudah tertidur lelap beberapa jam yang lalu.

Seijuro mengetukkan rokoknya pada pembatas balkon. Matanya begitu tajam, menikmati pemandangan malam itu. Seharusnya, ia tidak menghentikan apa yang diinginkannya. Dia tidak pernah berhenti atas apa yang ia inginkan, namun kenapa ia berhenti saat melihat air mata itu? Tubuhnya benar-benar bertindak tanpa persetujuannya. Dan bahkan...

"Kenapa jantungku terus berdetak sekencang ini?" gumamnya.

Seijuro mematikan rokoknya dan menjatuhkannya begitu saja dari balkon. Perlahan, ia berbalik untuk menemukan Tetsuya yang bergelung manis dalam selimutnya.

Sepasang mata berbeda warna itu memandang tajam pada Tetsuya. Dia manis. Sangat manis. Seharusnya Seijuro membencinya karena kematian saudaranya, tapi kenapa ia tidak bisa membenci anak manis itu?

Seolah di dalam dirinya tersimpan rasa yang luar biasa besar untuk Tetsuya. Perasaan itu mengalir dengan hangat hingga perlahan mengubah dinginnya Seijuro menjadi kehangatan yang menenangkan.

"Unh... Sei-kun," lenguhan pelan terdengar dari bibir ranum itu.

Seijuro yang mendengarnya hanya bisa terdiam. Siapa yang dipanggil Tetsuya dakam tidurnya? Tetsuya tidak pernah memanggil Seishuro dengan nama panggilannya.

Ia tertegun untuk beberapa saat. Jawaban atas keanehannya ada dalam benaknya, namun ia tak ingin mengakuinya. Perlahan, ia mendekati Tetsuya.

Tetsuya terlihat tidak terlihat tenang dalam tidurnya. Peluh menetes membasahi wajah manisnya dan keningnya berkerut terlihat sangat gusar.

"Siapa? Siapa kau sebenarnya untukku?" gumam Seijuro.

Tangannya yang besar perlahan menyentuh wajah Tetsuya. Mengusapnya untuk menyingkirkan peluh yang mengganggu tidur nyenyak Tetsuya... Tetsuyanya.

Perlahan, Seijuro menghujani wajah manis itu dengan kecupan-kecupan lembut. Mulai dari kening, kedua kelopak mata, hidung, pipi, dan kemudian bibir Seijuro berhenti di atas bibir Tetsuya. Benar-benar berjarak hanya sekitar satu centi dari bibir Tetsuya.

"Kau menggodaku," gumamnya entah atas dasar apa.

Seijuro melihat mata yang mulai tenang itu. Terbungkus oleh kelopak matanya yang putih bersih layaknya susu. Lalu, tubuhnya bergerak sendiri.

Ia merangkak ke atas kasur, mengungkung tubuh Tetsuya dengan posesifnya. Bibirnya perlahan menyentuh bibir Tetsuya, melumatnya dengan lembut dan penuh kehati-hatian.

"Mmh..." lenguh Tetsuya pelan.

Tetsuya perlahan membuka matanya. Matanya begitu sayu dan lemah. Ia, tanpa sadar, melingkarkan tangannya pada leher Seijuro. Berpikir bahwa ini mimpi, ia membiarkan lenguhannya keluar.

"Aahh..." desah Tetsuya pelan.

Kecupan Seijuro turun dengan sensual menuju ke leher Tetsuya. Seijuro sesekali menyesap leher putih itu, memberikan tanda di sana dengan posesifnya.

Tetsuya memberikan lenguhannya. Berpikir bahwa semua ini hanya mimpi karena pikirannya begitu kacau akan Seijuro. Ia takut. Ia begitu takut untuk jatuh cinta pada saudara kembar dari mantan pacarnya.

Ini hanya mimpi, tidak masalah bukan? bisiknya dalam hati. Mata sayunya memandang Seijuro seolah menggodanya. Tetsuya takut. Ia sangat takut. Tiap kali menghabiskan waktu dengan Seijuro, kenangannya dengan Seishuro akan semakin memudar.

Tak banyak kata yang terucap malam itu. Hanya ada lenguhan lembut dari Tetsuya akibat sentuhan Seijuro. Sesekali, Seijuro akan mengecup puting Tetsuya seolah menggodanya sebelum menyedotnya seperti bayi yang kehausan. Seijuro bermain dengan ahli, sangat ahli.

Cold Eyes [AkaKuro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang