*19*

407 45 6
                                    

"Apa hari ini kau akan mengunjungi Ersha lagi?" tanya Seijuro dengan satu tangan tertekuk untuk menyangga kepalanya.

"Uhm... aku tidak tahu, tapi aku ada janji dengannya hari ini. Apa kau ingin menitip sesuatu?" tanya Tetsuya dengan wajah polosnya.

Seijuro tersenyum kecil saat melihat Tetsuya yang sedikit memberengut sambil mengancing kemejanya. Ah, akhir-akhir ini dia jadi sangat sering tersenyum.

"Janji apa? Aku tidak ingin menitip apa pun," kata Seijuro.

"Katanya, Ersha ingin membicarakan sesuatu denganku. Kalau begitu, apa Sei-kun ingin ikut?" tanya Tetsuya sekali lagi.

Tetsuya meloncat kecil untuk mengambil sebuah parfum di atas lemarinya. Lemarinya yang tinggi.

"Apa aku boleh ikut? Kukira itu akan mengganggu kalian," jawab Seijuro.

Seijuro memandang Tetsuya gemas. Anak itu masih tetap meloncat-loncat kecil berusaha meraih parfumnya.

"Kau sudah wangi, tidak perlu memakai itu. Pakai celanamu saja, Tetsuya," kekeh Seijuro.

Seijuro tidak berbohong. Parfum itu hanya akan merusak aroma manis vanilla dari tubuh Tetsuya.

"Benarkah? Aku tidak akan memakainya kalau begitu," jawab Tetsuya sambil mencium aroma tubuhnya sendiri.

Tetsuya memakai celananya segera setelah menyadari aroma tubuhnya. Ia terlihat manis sekarang dengan balutan kemeja kebesaran dan celana kain yang cukup longgar untuknya.

"Apa kau ingin ikut denganku, Sei-kun? Kurasa Ersha tidak masalah dengan itu," kata Tetsuya.

Binar mata indah itu nembuat Seijuro tidak bisa menolaknya. Ia tersenyum kecil lalu mendudukkan dirinya sendiri. Bekas percintaan mereka semalam masih ada, bahkan Seijuro masih bertelanjang dada dan bagian bawahnya hanya tertutupi oleh selimut.

"Tunggu aku, kau bersedia?" tanya Seijuro.

Tetsuya mengangguk senang. Ia melangkah kecil ke arah Seijuro dan mengulurkan tangannya.

"Hug," katanya dengan wajah polos.

"Aku masih belum mandi kau tahu itu bukan, Tetsuya?" kekeh Seijuro.

Anggukan didapatnya dari Tetsuya. Mata Tetsuya terlihat begitu riang saat Seijuro melihatnya lembut. Seijuro akhirnya menyerah, ia memeluk erat tubuh kecil pemilik surai biru itu sebentar.

"Sudah?" tanya Seijuro.

Tetsuya mengangguk semangat. Ia menjauhkan tubuhnya dari Seijuro dan memandang Seijuro lagi, polos. Polos sekali.

"Kau..." gantung Seijuro.

Tetsuya memiringkan kepalanya bingung. Ia mengedip beberapa kali bertanya-tanya apa yang terjadi? Kemudian, gelak tawa Seijuro terdengar.

"Uh, apa yang lucu?" rengek Tetsuya.

Seijuro mengulurkan tangannya mencubit pipi gembil Tetsuya. Menggemaskan. Intinya, calon istrinya ini menggemaskan!

"Kau kembali seperti dulu, aku lega," ujar Seijuro.

Tetsuya memberengut. Ia menepis lembut tangan Seijuro dan mencondongkan badannya hingga wajahnya dan wajah Seijuro kian dekat.

"Itu karena Sei-kun," jawab Tetsuya dengan wajah serius.

Iya. Wajah serius yang menggemaskan dan meminta diterkam. Tangan Seijuro bergerak, kembali menangkup pipi gembil itu. Ia lalu memainkannya dengan gemas.

"Mulai sekarang, jangan bersikap menggemaskan di depan orang lain. Aku masih bisa menghukum-mu sekarang," kata Seijuro posesif.

Tetsuya tersenyum lebar. Ia mengarahkan tangannya ke keningnya memberi hormat pada Seijuro.

Cold Eyes [AkaKuro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang