27. Pelangi ku

15.7K 1.8K 445
                                    

Jaemin mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi ke udara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi ke udara. Menggerakkan pinggangnya ke kiri dan ke kanan untuk meregangkan otot tubuhnya yang terasa sedikit kaku. Setelahnya Jaemin mengucek-ngucek sebelah matanya sambil menguap, sampai air mata muncul dari sudut matanya.

Jaemin terbangun, dan ia baru sadar kalau tertidur di sofa rumah Jeno. Ini pasti akibat dia kelelahan menangis semalam.

Masih pukul 3 pagi. Jaemin mengecek hp nya yang baru saja di belikan Hyunjin kemarin. Katanya untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu.

Sudah banyak pesan dan panggilan tidak terjawab yang masuk. Dan tentu saja itu dari Hyunjin. Kebetulan saat itu juga ada satu panggilan masuk dari Hyunjin. Buru-buru Jaemin menggeser tombol hijau, dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Halo?"

'Astaga akhirnya di jawab juga. Kau kemana saja Jaemin? Kau baik-baik saja? Ada yang luka? Sekarang kau ada dimana? Share lokasi terkini mu. Akan ku jemput sekarang.'

Jaemin terkekeh mendengar celotehan Hyunjin yang terdengar seperti mengomelinya, "Hyunjin kau belum tidur?"

'Kenapa malah balik bertanya. Jawab aku!' Ucap Hyunjin dengan nada sedikit kencang.

"Aku baik-baik saja. Sekarang aku berada di rumah Jeno."

'APA?! Ekhem... Maaf sudah membentakmu. Baik akan ku jemput sekarang.'

"A-ah nanti saja. Kau tidur saja dulu. Aku yakin kau belum tidur kan?"

'Bagaimana aku bisa tidur Jaemin. Kau menghilang!'

Jaemin menundukkan wajahnya, merasa bersalah. "Maaf Hyunjin. Sekarang kau sudah tau kabarku kan. Tidurlah. Jemput aku nya nanti pagi saja. Sampai jumpa."

'Hei Jaemin. Tidak jang–'

Tuttt...

Jaemin memutuskan sambungan telefon nya secara sepihak. Menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana, dan bangkit dari duduknya. Berjalan menuju kamar Jeno yang terletak di lantai dua.

Jaemin membuka pintu kamar Jeno dengan pelan. Ia tau ini tidak sopan, Jeno melarang keras Jaemin untuk masuk ke kamarnya. Tapi mau bagaimana lagi, Jaemin ingin menghabiskan waktu yang tinggal sedikit ini untuk berdekatan dengan cinta pertama dan terakhirnya.

Jaemin mendudukkan tubuhnya di ujung kasur. Menatap wajah Jeno tanpa berani menyentuhnya. Jaemin merasa kalau Jeno semakin kurus dari yang sebelum-sebelumnya.

Lengan kekar yang dulu begitu ia dambakan sudah berubah menjadi lengan kurus yang ringkih. Tidak ada lagi dada bidang yang mampu membuat Jaemin terpesona. Tidak ada lagi rahang tegas yang mampu membuatnya takut dalam sekejap mata. Wajahnya juga pucat. Apa sesakit itu yang dirasakan oleh Jeno?

"Apa ini?" Jaemin mengambil pelan buku bersampul kan warna hitam di bawah bantal Jeno.

Jaemin membuka acak buku itu. Yang ia tau buku ini adalah buku diary Jeno saat masih kecil. Terbukti dari tulisan nya yang masih tidak rapi, dan ada kalimat 'dear diary' di setiap paragraf pertama nya.

My Pain! • NoMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang