3. Bukan Jalang

29.6K 2.8K 965
                                    

Hyunjin mendengus, "Makannya kalo lagi sakit bilang aja ke gua, Na

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyunjin mendengus, "Makannya kalo lagi sakit bilang aja ke gua, Na. Jangan maksa buat kerja."

"Maaf. Aku jadi ngerepotin kamu Hyunjin." Ucap Jaemin sambil menunduk.

Hyunjin terkekeh, "Mana ada lu ngerepotin. Lagian ini tangan kenapa bisa sampe melepuh gini?"

Jaemin bingung. Dia tidak mungkin berkata jujur bahwa ini perbuatan Jeno. Karena Jaemin yakin Jeno tidak sengaja melakukan nya.

"Eh ini? Hm a-anu, aku ga sengaja numpahin panci yang isinya air panas." Jaemin tersenyum canggung, berharap Hyunjin mempercayainya.

"Lain kali hati-hati dong Na." Hyunjin mengelus rambut Jaemin pelan. "Gua obatin ya?"

"Aku bisa sendiri kok." Jaemin berusaha meraih obat yang ada di tangan Hyunjin, tapi Hyunjin dengan sigap mengelak.

"Let me do this for you." Ucap Hyunjin pelan.

Segera meraih tangan kanan Jaemin. Mengelus tangannya sebentar, lalu mendekat kan tangan Jaemin ke wajahnya, memejamkan matanya dan mengecup lembut punggung tangan Jaemin. Jaemin membelalakkan matanya, kaget akan perbuatan Hyunjin dan langsung menarik tangannya cepat.

"Ah maaf Hyunjin. Tapi sudah waktunya aku pulang. Terimakasih untuk hari ini, dan maaf." Jaemin segera bangkit dari duduknya dan membungkuk hormat pada Hyunjin. Melepaskan apron yang masih melekat di badannya dan mengambil tasnya buru-buru.

"Nana tunggu." Jaemin menghentikan langkahnya saat dirasa pergelangan tangannya ditahan.

"Biar aku antar kamu pulang." Jaemin mengernyit mendengar Hyunjin mengubah kosa katanya menjadi aku-kamu.

"Tidak usah Hyunjin. Aku bisa pulang sendiri." Jaemin tersenyum, dan segera melepaskan genggaman Hyunjin.

"Permisi." Jaemin membungkuk sekali lagi dan segera keluar dari cafe. Meninggalkan Hyunjin dengan wajah bingungnya.

Ini salah. Dia sudah punya suami. Seharusnya Hyunjin tidak boleh melakukan itu padanya.

"Maaf kan aku Jeno." Jaemin merasa seperti pengkhianat sekarang.

*****

Jaemin menggigit ujung kukunya, mondar-mandir di dekat pintu masuk rumahnya. Ini sudah lebih dari tengah malam, tapi Jeno juga belum kunjung pulang. Jaemin mulai berfikir aneh-aneh. Apa terjadi sesuatu dengan Jeno?

Tak lama suara mobil terdengar, buru-buru Jaemin membukakan pintu. Benar itu Jeno, tapi kenapa dia menggendong seorang pria kecil. Jaemin seperti pernah melihat pria yang di gendong Jeno. Ah Jaemin ingat, itu pria yang marah-marah padanya di cafe tadi.

Jaemin menghampiri Jeno yang akan naik ke kamarnya, "Itu siapa Jeno? Apa dia baik-baik saja?"

Jeno tidak menjawab pertanyaan Jaemin dan langsung masuk ke kamar, mengabaikan Jaemin yang masih diluar kamarnya begitu saja.

My Pain! • NoMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang