TDBB - Tiga Puluh

28.1K 2.2K 59
                                    

Hari berganti hari. Minggu pun berganti minggu, sudah sebulan lamanya sejak terjatuhnya Kenzo dari motor. Bekas lukanya juga sudah mulai memudar.

Hari ini adalah hari sabtu, semua siswa dan siswi SMA Bhakti Negara mengikuti Pengembangan diri atau bakat yang memang rutin dilakukan setiap hari sabtu, setelah jam istirahat pertama.

Kenzo saat ini sedang berada di tepi lapangan basket, mengamati dua tim yang sedang berhadapan. Dalam pengembangan diri ini, Kenzo memilih basket bersama kedua temannya.

Tiupan peluit berbunyi ketika salah satu pemain berhasil memasukkan bola ke dalam ring lawan. Dipapan skor sudah menunjukkan angka 20–18 yang mana permainan semakin sengit saja ketika jarak skor sangat dekat, kedua tim saling menunjukkan kemampuannya guna mencapai kemenangan.

"Wohoooo! Langsung bantai! Sikat bro!" teriak Aiden kencang di antara gemuruh tepuk tangan dan teriakan para penonton.

"Sarap nih, bocah," ejek Kenzo ketika melihat kelakuan overaktif Aiden. Lihat saja, sekarang cowok itu malah semakin jadi.

Entah tim mana yang sedang di dukung Aiden tidak jelas, yang penting teriak dulu ditambah dengan meloncat-loncat tidak jelas serta goyangan absurdnya yang mengundang kontroversi.

"Habis obat gak gini juga kali, Den," ujar Galang meringis malu.

"Nemu dimana sih temen lo, Lang?" tanya Kenzo.

Galang mendengus kesal. "Temen lo juga kali, bro!."

Kenzo terkekeh pelan. "Gue ke belakang dulu ya," pamitnya seraya menepuk pundak Galang.

"Mau kemana, lo? Belakang mah banyak, Ken. Balik punggung gue juga belakang namanya."

"Kepo banget sih, lo," sungut Kenzo dengan segera pergi dari sana.

"Ken! Kenzo! Tega lo ninggalin gue ama nih anak sarap. Elaahh gak asik lo!" Galang berteriak kesal ke arah Kenzo. Namun, tak sedikitpun di gubrisnya.

~oOo~

"Viona!"

Teriakan yang memanggil namanya membuat Viona membalikkan badan.
Sumber kekesalannya dari kemarin hingga saat ini tengah menuju dirinya.

Viona bersedekap menunggu Kenzo sampai di tempat dimana dia berdiri.

"Lo ngapain manggil gue?" tanya Viona dengan ketus.

Kenzo memandang tak suka mendengar perkataan cewek di depannya ini.

"Ooo, mau gue robek mulut, lo?" sadis Kenzo yang malah balik bertanya.

"Sifat pembangkang lo balik lagi, ya?" tanya Kenzo dengan sarkas.

"Emang iya! Terus kenapa?" tanya Viona dengan keras.

Nampaknya, kedua orang ini tengah melakukan sesi bertanya dan malah balik bertanya. Mengedepan kan emosi.

"Gak takut?" tanya Kenzo meremehkan.

Helaan napas Viona terdengar keras. "Apa yang mesti gue takuti? Elo? Sejak awal gue gak takut sama lo, Kenzo!" tantang Viona.

"Lo marah soal kemaren kan? Asal lo tahu—"

"Emang iya gue marah! Lo pikir gue tetap santai aja waktu lo nge-whatsApp dan ngasih tau gue kalau lo udah dirumah teman lo atau siapapun itu setelah gue nungguin lo satu jam lamanya?" Viona langsung memotong ucapan Kenzo meluapkan semua rasa kesalnya.

"Padahal lo yang seenaknya merintah gue buat nungguin lo sepulang sekolah. Sampai sekolah ini sepi, semuanya udah pada pulang termasuk guru, lha gue masih didepan pos satpam nungguin lo," jerit Viona melanjutkan ucapannya dengan rasa kesal.

"Buang-buang waktu tau gak!" bentak Viona sebelum kembali membalikkan badannya dan pergi.

"Terserah lo mau marah atau nangis! Gue gak peduli. Yang penting sepulang sekolah nanti lo ikut gue!" teriak Kenzo dengan keras tanpa rasa bersalah.

Langkah Viona terhenti, dia menolehkan kepalanya kebelakang. "Mau nipu gue lagi? Gue gak mau!" Setelah mengatakan itu Viona kembali berjalan dengan menghentakkan kakinya dengan amarah bercampur kesal.

Melihat itu Kenzo hanya menatap kepergian Viona dengan datar.

"Tuh kan, gue gak jadi pipis gegara tuh cowok." Dirinya kembali bersungut-sungut ketika rasa ingin buang air kecilnya sudah hilang.

"Untung aja ini dikoridor sekolah coba aja kalau enggak, semua nama binatang keluar dari mulut gue."

Setelah sampai didepan ruang musik dan Vocal, Viona menetralkan emosi serta napasnya. Berjalan masuk dan melanjutkan bidang pengembangan diri yang di ikutinya.

Pukul 15.00

Bel tanda berakhirnya kegiatan di sekolah telah berbunyi. Seluruh murid SMA Bhakti Negara berbondong-bondong menuju parkiran dan gerbang sekolah. Semuanya terlihat lega dan antusias meninggalkan sekolah dan siap bermalam mingguan nanti malam,  melepas penatnya dari kegiatan sekolah selama enam hari ini.

Dengan langkah sangat cepat Viona berjalan menuju gerbang sekolah, setelah selamat melewati area parkiran sekolah. Saat ini tujuannya adalah mencari taksi yang akan lewat di depan sekolah.

"Dadah, Vi! Gue duluan." teriak Rara yang tengah di bonceng Marcel.

"Jangan terlalu nempel, Ra. Nanti gak bisa lepas lagi, loh!" ledek Viona ketika motor Marcel melewatinya.

Rara tersenyum dan terus melambaikan tangannya kepada Viona.

Tin! Tin!

Suara klakson mobil megalihkan tatapan Viona. Kaca mobil yang berhenti disampinya diturunkan hingga nampaklah si pengemudi.

Melihat Kenzo yang berada dibalik kemudi itu membuat Viona mendengus kesal. Mempercepat jalannya.

Mobil Kenzo tetap mengikutinya.

"Masuk!" Perintah Kenzo yang berteriak dari dalam mobil.

"Gak mau!"

"Masuk atau gue seret?" tanya Kenzo memberikan pilihan yang pastinya tak ada yang di inginkan Viona.

Viona masih tidak menghiraukan Kenzo. Hingga cowok itu terlihat melepaskan sabuk pengamannya dan bersiap membuka pintu.

"Oke! Oke!" teriak Viona sedikit panik dan segera membuka pintu mobil lalu masuk kedalam.

Terpaksa!

Inget! Ini karena terpaksa ya. Mau lari tapi jalanan cukup ramai yang ada kemungkinan dia ditabrak motor atau mobil. Dia juga tidak bodoh dengan membiarkan dirinya di seret oleh Kenzo.

"Gue bilang gak mau! Kenapa lo maksa gue?" sembur Viona ketika sudah berada dalam mobil milik Kenzo.

"Gak mau tapi lo udah duduk disini," ejek Kenzo menatap Viona dengan geli.

"Terpaksa!" seru Viona singkat.

"Takut kan, lo?" tanya Kenzo masih dengan nada mengejek.

"Ngapain gue takut, lo manusia gue juga manusia! Lo makan nasi gue juga! Lo napak di bumi gue pun juga! Gak ngambang."

"Yang ngambang itu setan," tukas Kenzo.

"Lo kan setan. Eh gak ding, iblis!"

"Lo—"

"Apa? Mau marah juga?" tantang Viona memotong ucapan Kenzo.

"Mau protes omongan gue? Nyuruh aku-kamu lagi? Sorry aja gue masih marah." lanjut Viona dengan menggebu-gebu.

'Wah parah nih cewek,' pikir Kenzo.

Kenzo memilih diam supaya terhindar dari amukan Viona. Kali ini cewek itu benar-benar membuat Kenzo mencari jalan aman.

Mobil pun kembali dilajukan dengan Viona tak tahu tujuan mereka saat ini.

Memilih tak bertanya jika ujung-ujungnya malah di katain 'banyak tanya' oleh Kenzo.

~oOo~

The DEVIL Bad Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang